Muhammad bin Basysyar, guru perawi hadis

Majalahnabawi.com – Dalam kajian hadis, pasti tidak terlepas di dalamnya kajian sanad hadis. Sanad dalam hadis sangat menentukan kualitas hadis tersebut shahih atau tidak shahih, sehingga kita harus mengetahui kualitas perawi dalam sanadnya.

Muhammad bin Basyar adalah salah satu ahli hadis terkenal pada zamannya dan juga menjadi poros sanad para perawi hadis termasuk penyusun al-kutub al-sittah banyak meriwayatkan hadis darinya. Beliau memiliki nama lengkap Muhammad bin Basysyar bin Usman bin Dawud bin Kaisan Abu bakar al-Abdi al-Bashri. Lahir di Basrah pada tahun 167 H dan wafat tahun 252 H.

Muhammad bin Basysyar juga terkenal sebagai ahli hadis yang jujur dan kuat hapalannya, maka tak heran bila penyusun al-kutub al-sittah pun berguru meriwayatkan hadis darinya. Beliau memiliki laqob (julukan) bundar. Sebagian berpendapat beliau dijuluki bundar karena beliau bagaikan tempat berlabuhnya hadis-hadis pada masanya dan di negaranya. Ibnu Hibban berkata: Dijuluki Bundar karena beliau mengumpulkan banyak hadis di negaranya yaitu Basrah. Bundar dalam bahasa Arab memiliki arti tempat berlabuh. Sedangkan menurut pendapat lain, bundar berarti al-hafidz.

Ahli Hadis yang Taat kepada Orang Tua

Muhammad bin Basysyar banyak mengumpulkan hadis di negaranya atas permintaan ibunya, karena beliau adalah ahli hadis yang sangat berbakti kepada orang tuanya. Beliau tidak melakukan rihlah semasa ibunya masih hidup. Ketika ibunya wafat, Muhammad bin Basysyar barulah melakukan rihlah ke beberapa negara.

Ini terdapat dalam pernyataan Bundar dalam kitab Tahdzib alKamal karya Syekh al-Mizzi

قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ خَاقَان السُّلَمِيُّ الْمَرْوَزِيُّ: سَمِعْتُ بُنْدَارًا يَقُوْلُ: أَرَدْتُ الْخُرُوْجَ ـ يَعْنِيْ السَّفَرَ ـ فِيْ طَلَبِ الْحَدِيْثِ، فَمَنَعَتْنِيْ أُمِّيْ، فَأَطَعْتُهَا فَبُوْرِكَ لِيْ فِيْهِ

Bundar berkata: Aku ingin keluar yaitu berpergian untuk mencari hadis akan tetapi ibuku melarangku maka aku mematuhinya dan Allah berkahi aku di dalamnya.

Meskipun begitu, Muhammad bin Basysyar banyak mengumpulkan hadis di Basrah karena Basrah ketika itu menjadi tempat periwayatan hadis yang banyak didatangi oleh para perawi hadis.

Oleh karena itu, Muhammad bin Basysyar menjadi poros sanad para perawi yang semasa dengan beliau, di antaranya: Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Muslim bin al-Hajjaj, Abu Isa al-Tirmidzi, Abu Dawud, Muhammad bin Majah, al-Nasa’i , Abu Zar’ah al-Razy, Abu Hatim al-Razy, Ibrahim bin al-Harabi, Ahmad bin Hanbal, Abu Abbas al-Siraj, Ibnu Khuzaimah, Zakariyya al-Saji, Baqi bin Makhlad, dan lainnya.

Imam al-Bukhari meriwayatkan hadis dari Muhammad bin Basysyar sebanyak 205 hadis dalam Shahihnya. Sedangkan Imam muslim meriwayatkan 460 hadis dalam Shahihnya.

Kesaksian terhadap Bundar

Banyak kesaksian dari perawi hadis terhadap Bundar dalam kitab-kitab perawi hadis. Mayoritas mereka berpendapat Bundar adalah muhaddits yang tsiqah dan juga mahsyur pada zamannya:

قَالَ أَحْمَدُ بنُ عَبْدِ اللهِ العِجْلِيُّ: هُوَ ثِقَةٌ، كَثِيْرُ الحَدِيْثِ

Ahmad bin Abdillah al- ‘Ijliy berkata: Dia (bundar) itu tsiqah, banyak meriwayatkan hadis

وَقَالَ ابْنُ حِبَّانَ: كَانَ يَحْفَظُ حَدِيْثَهُ وَيَقْرَأُهُ مِنْ حِفْظِهِ

Ibnu Hibban berkata: Dia (Bundar) menghapalkan hadis-hadis dan membaca dari hapalannya.