Non-Muslim pun Ikut Berpuasa Ramadhan
Kanada termasuk negara yang sangat terbuka dengan Islam. Konon, negara pertama yang menerima ribuan pengungsi muslim dari Amerika pasca runtuhnya menara kembar World Trade Center 11 September 2001 di New York atau dikenal dengan tragedi 9/11 itu adalah negeri yang sangat multikultur ini.
Kaum muslimin di Kanada mendapat perlindungan sangat baik dari negara. Bila kita jalan-jalan di mall atau di pasar misalnya, maka setiap 3-5 menit sekali kita akan melihat muslim yang memakai peci maupun muslimat yang memakai kerudung. Mereka aman menggunakan atribut keislaman. Siapa yang mengganggu mereka, maka siap-siap menghadapi urusan dengan pihak berwajib.
Dengan banyaknya imigran muslim ke Kanada, maka Islam pun secara pesat berkembang dengan baik di sini. Terbukti banyak masjid yang sudah tidak lagi bisa menampung jamaah.
Di Toronto misalnya, dengan jumlah masjid yang hanya 20 buah atau malah lebih sedikit, ketika tiba hari Jumat, mereka harus mengantri 2 sampai 3 kali untuk melaksanakan salat Jumat. Ini tanda bahwa jumlah muslim di sini bertambah pesat.
Oh ya, apakah 3 kali pelaksanaan salat Jumat itu waktunya cukup untuk segala rukun, baik khutbah juga salatnya? Sangat cukup, karena waktu Zhuhhur ke Ashar di sini sangat lama rentangnya, yaitu sekitar 6 jam atau 3 jam lebih lama dibanding di Indonesia.
Rupanya ada hal menarik dari warga non-muslim Kanada. Menurut kami, ini mungkin saking keterbukaan masyarakat pada Islam. Apa itu? Ternyata ketika Ramadhan tiba, sebagian dari mereka banyak yang ikut berpuasa.
Usut punya usut, masyarakat non-muslim ini beralasan bahwa puasa itu sesuatu yang universal dan banyak manfaatnya. Mereka pun pernah ikut buka bersama bersama kami di Sayeda Khadija Centre dan mengatakan bahwa mereka pun sahur untuk berpuasa, sebagaimana dilakukan masyarakat Muslim. Masya Allah.
Hanya saja, ada satu hal pula yang kami perhatikan selama beberapa hari, di wilayah Toronto ini terutama. Ketika tiba waktu salat, masjid-masjid di wilayah ini tidak diperkenankan melantunkan adzan hingga terdengar ke luar masjid, cukup terdengar di dalam saja.
Wah, ketika kami tanyakan, kenapa tidak diperkenankan terdengar keluar, seperti di Indonesia? Jawaban mereka, agar tidak menganggu dan tetap menjaga ketertiban bersama.
Jika tak ada adzan terdengar di luar, lalu dari mana mereka tahu bahwa waktu salat sudah tiba? Rupanya, mereka mengetahuinya dari jadwal salat yang sudah disusun rapi oleh Sayeda Khadija Centre lengkap dengan waktu iqamatnya.
Pikir kami, semoga nanti akan tiba adzan yang menjadi syiar Islam ini kedepannya bisa diperbolehkan untuk diperdengarkan hingga ke luar masjid, pun tidak dinilai sebagai sesuatu yang mengganggu ketertiban. Tentu berharap juga menjadi wujud syiar bagi siapa saja yang mendengarnya.
Baca Juga: Pahami Umat, Utamakan Maslahat