Tradisi Salaman dan Asyiknya Buka Bersama

Ada hal menarik yang kami perhatikan dari kebiasaan jamaah Sayeda Khadija Centre khususnya di waktu-waktu sebelum dan setelah salat berjamaah, yaitu saling bersalaman antara satu jamaah dengan lainnya. Tidak hanya bersalaman lho, tapi juga mengawalinya dengan salam, sembari saling menanyakan kabar “How are you?” dengan mimik muka berseri. Tak jarang bahkan sambil berangkulan seolah baru pertama kali bertemu. Hal itu dilakukan setiap hari khususnya ketika hendak salat berjamaah dan setelahnya.

Kami sendiri mungkin ratusan kali disalami jamaah setiap harinya. Padahal baru saja tadi bertemu sekarang sudah disalami lagi. Sesuatu yang jarang kami temukan di negeri sendiri.

Bagi kami itu sangat indah, betul sangat indah. Salaman itu menghilangkan penyakit dengki, ujub, sombong, dan menumbuhkan kasih sayang serta semangat persaudaraan. Selain tentu menghapus kesalahan pelakunya sebagaimana sabda Baginda Nabi. Sesuatu yang baik bila ajaran salaman tersebut menjadi tradisi yang tidak bosan-bosannya dilakukan. Keberkahan akan terus mengalir ketika kebaikan dilakukan dengan ajeg.

Kalau ada seorang tokoh agama, maka anak-anak di sini disuruh orang tuanya agar cepat-cepat menyalami tokoh tersebut. Hanya tradisi salaman anak kecil di sini tidak seperti tradisi salaman anak kecil di Indonesia, atau sebagaimana murid dan gurunya. Kalau di Indonesia anak kecil atau murid salaman dengan orang tua atau guru atau tokoh pasti dicium tangannya. Di sini kami tidak menemukan hal itu.

Salaman itu ajaran Islam. Meski terlihat sederhana tapi menyimpan nilai yang sangat dalam. Salah satunya, memperkokoh persudaraan atau silaturrahim. Islam akan jaya manakala kaum muslimin kuat, bersatu, dan saling menjaga silaturrahim.

Nah, kami ceritakan juga bagaimana aktivitas jamaah Sayeda Khadeja Centre ini jelang berbuka. Satu jam sebelum magrib jamaah sudah memenuhi masjid Sayeda Khadija Centre menunggu ta’jil kemudian dilanjut dengan salat jamaah magrib. Sambil menunggu atau i’tikaf ada yang sibuk membaca Al-Quran, melantunkan zikir, mengajari anak-anaknya baca tulis al-Qur’an, dan sebagainya.

Sesekali, Sayeda Khadija Centre juga menghadirkan para tokoh atau guru untuk memberikan ta’lim sebelum ta’jil.
Tradisi ini toh banyak juga dilakukan di Indonesia.

Hanya yang kami kagum di sini adalah kekompakkan para pengelola Sayeda Khadija Centre dalam menghormati jamaahnya.
Untuk ta’jil pertama semua jamaah hanya diberikan kurma dan air putih saja. Itu dilakukan setiap hari. Mereka kompak karena setelah memberi ta’jil kepada ratusan jamaah itu tidak terlihat satu kotoran pun tercecer di karpet setelahnya. Mereka bergegas keliling membersihkan. Dan benar-benar bersih beriring dengan selesainya kumandang azan.

Selesai azan, Imam memberi kesempatan kepada jamaah untuk berdoa, karena sebagaimana diketahui doa orang berpuasa ketika berbuka tidak tertolak. Rasulullah bersabda: “Ada tiga orang yang doanya tidak tertolak: 1. Pemimpin yang adil. 2. Orang yang berpuasa ketika berbuka. 3. Orang yang teraniaya.”
Selepas magrib dengan tertib para jamaah memasuki ruangan khusus untuk menyempurnakan ta’jilnya dengan buka bersama yang sudah disiapkan pihak Sayeda Khadija Centre.

Adapun kami menemani seorang tokoh yang didatangkan Sayeda Khadija Centre, yaitu Shaikh Zahir Bacchus, beliau Imam & direktur Jamiat-ul-Ansar di Brampton di ruangan yang sudah disiapkan selepas beliau mengisi ta’lim untuk jamaah Sayeda Khadija Centre.

Baca Juga: Non-Muslim pun Ikut Berpuasa Ramadhan

Similar Posts