Tsaniyatil Wada’, Saksi Bisu Hijrah Rasulullah

Gerbang Kota Yatsrib mendadak ramai. Kota kecil dengan populasi tak seberapa banyak itu terasa begitu hidup, tidak seperti hari-hari biasa ketika para penduduk melakukan aktivitasnya sebagai petani, peternak dan pedagang.

Hari itu, di bawah sengatan terik matahari orang-orang berkumpul dengan perasaan campur aduk, bahagia menyambut purnama yang kabarnya segera tiba; was-was sebab yang dinanti tak juga nampak kedatangannya. Padahal sudah beberapa hari ini mereka menunggu.

Sebagian dari mereka berdiri di atap rumah yang terbuat dari susunan batu. Sebagian yang lain berlindung di balik pepohonan menghindari sengatan matahari. Selebihnya memilih pulang ke rumah masing-masing.

Tiba-tiba, dari kaki bukit, bayangan putih tampak berpendar samar-samar ditelan fatamorgana.

Begitulah gambaran visual yang disajikan Moustapha Akkad, seorang sutradara asal Suriah, dalam filmnya yang berjudul “The Message”.

Itulah Bukit Tsaniyatil Wada’. Sebuah bukit yang berdiri tegak, menjulang di sisi kota Madinah. Dalam Bahasa Arab, “tsaniyah” (الثنية) berarti “jalan setapak pada bukit”.

Nama Tsaniyatil Wada’, terdapat dalam nasyid yan disenandungkan para wanita Madinah kala menyambut kedatangan Rasulullah, sebagaimana termaktub dalam kitab-kitab sirah:

طلع البدر علينا :: من ثنيات الوداع

Purnama telah nampak pada kita

Dari Tsaniyatil Wada’

 

Namun, di Madinah terdapat dua tsaniyah yang dikenal; pertama, di sisi utara dari arah Syam. Kedua, di sisi selatan dari arah Makkah. Keduanya disebut “Tsaniyatil Wada’”, sebab di situlah para musafir berlalu (مكان توديع المسافر). Lalu, dari manakah Rasulullah memasuki Madinah?

Para ulama berbeda pendapat tentang ini.

Dalam Zaadul Ma’ad, Ibn Qayyim mengatakan “(persoalan ini) sudah jelas. Sebab Tsaniyatil Wada’ terdapat di sisi utara Madinah dari arah Syam. Mereka yang dari Makkah tak mungkin melihat, alih-alih melaluinya. Kecuali jika mereka dari arah Syam”.

Oleh karena itu, Ibn Hajar dalam Fathul Bari bekesimpulan bahwa nasyid tersebut disenandungkan ketika Rasulullah tiba dari Perang Tabuk. Otomatis, Tsaniyatil Wada’ yang dimaksud adalah yang berada di sisi utara, searah dengan jalur menuju gelanggang Tabuk.

Namun, Imam Al Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah menegaskan bahwa “hal ini telah disampaikan oleh para ulama kami (bahwa nasyid tersebut dilantunkan) saat kedatangan Rasulullah dari Makkah ke Madinah, bukan kedatangan beliau dari Tabuk”.

Dengan adanya dua pendapat itu, maka bisa disimpulkan bahwa Rasulullah pernah melalui kedua tsaniyah tersebut, baik yang di sisi utara maupun di sisi selatan. Tentunya pada momen yang berbeda. Beliau melalui tsaniyah yang di sisi utara selepas Perang Tabuk. Sedangkan ketika hijrah, beliau melalui tsaniyah yang di sisi selatan.

Wallahu a’lam.  

Similar Posts