regionalitas periwayatan hadis

Majalahnabawi.com – Penelitian terhadap sanad suatu hadis sejatinya sudah dimulai pada masa sahabat. Dalam kitab Minhaj al-Naqd ‘Inda al-Muhadditsin Syekh Mustafa Azhami mengatakan bahwa Abu Bakar r.a adalah sahabat pertama yang melakukan perbandingan riwayat dari sahabat-sahabat yang lainnya. Pada masa ini kritik sanad tidak bertujuan untuk mengetahui apakah perawi hadis tersebut berbohong atau tidak karena setiap sahabat tidak mungkin memalsukan hadis nabi. Namun hal ini mereka lakukan untuk memastikan bahwa perawi hadis tidak salah dalam memahami atau merekam suatu hadis. Karena, rawi yang tsiqah bisa saja salah namun tidak mungkin berbohong. Seiring berjalannya waktu dinamika kritik sanad ini berlanjut ke era tabi’in.

Dinamika Kritik Sanad Dalam Hadis

Dinamika kritik sanad ini terekam dalam suatu hadis yang Imam Nasai riwayatkan dalam kitab sunannya. Tepatnya dalam kitab al-thaharah bab al-wudhu min masi al-dzakari nomor 164 yang berbunyi:

أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُغِيرَةِ ، قَالَ : حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيدٍ ، عَنْ شُعَيْبٍ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ : أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ ، أَنَّهُ سَمِعَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ يَقُولُ : ذَكَرَ مَرْوَانُ فِي إِمَارَتِهِ عَلَى الْمَدِينَةِ أَنَّهُ يُتَوَضَّأُ مِنْ مَسِّ الذَّكَرِ، إِذَا أَفْضَى إِلَيْهِ الرَّجُلُ بِيَدِهِ، فَأَنْكَرْتُ ذَلِكَ، وَقُلْتُ : لَا وُضُوءَ عَلَى مَنْ مَسَّهُ. فَقَالَ مَرْوَانُ : أَخْبَرَتْنِي بُسْرَةُ بِنْتُ صَفْوَانَ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ مَا يُتَوَضَّأُ مِنْهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” وَيُتَوَضَّأُ مِنْ مَسِّ الذَّكَرِ “. قَالَ عُرْوَةُ : فَلَمْ أَزَلْ أُمَارِي مَرْوَانَ حَتَّى دَعَا رَجُلًا مِنْ حَرَسِهِ، فَأَرْسَلَهُ إِلَى بُسْرَةَ، فَسَأَلَهَا عَمَّا حَدَّثَتْ مَرْوَانَ، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بُسْرَةُ بِمِثْلِ الَّذِي حَدَّثَنِي عَنْهَا مَرْوَانُ.”

Urwah bin Zubair pernah berkata ‘Marwan menyebutkan pada masa pemerintahannya di Madinah bahwa menyentuh dzakar itu membatalkan wudu’. Maka aku mengingkarinya dan aku berkata: ‘menyentuh dzakar itu tidak membatalkan wudu! Lalu marwan berkata: Busrah binti Shofwan memberitahuku bahwa dia mendengar Rasulullah ﷺ menyebutkan bahwa hal yang membatalkan wudu maka Rasulullah ﷺ bersabda ‘menyentuh dzakar itu membatalkan wudu, Urwah berkata ‘maka aku tidak henti-hentinya mendebat Marwan sampai-sampai dia memanggil seseorang dari pengawalnya. Kemudian dia mengutusnya menemui Busrah. Lalu menanyakannya tentang apa yang dia sampaikan kepada Marwan kemudian Busrah menyampaikan sebagaimana yang Marwan riwayatkan kepadaku darinya”

Semangat Para Tabi’in Menjaga Keaslian Hadis

Dari kutipan hadis di atas bisa kita ketahui semangat para tabi’in dalam menjaga keaslian hadis yang mereka terima. Mereka tidak hanya melihat apakah orang yang meriwayatkan hadis kepada mereka itu tsiqah. Tetapi juga sampai melakukan cross check dari hadis yang mereka terima. Semangat itulah yang harus kita tiru dalam menjaga hadis Baginda Nabi ﷺ. Sehingga ketika kita bertemu dengan beliau kita bisa mengatakan “wahai baginda nabi aku telah belajar siang dan malam untuk menjaga hadismu”

Wallahu A’lam

By Trisna Yudistira

Mahasantri Darus-Sunnah 2020 dan Mahasiswa Ilmu Al-Quran dan Tafsir 2021