Isra Mikraj dan Keajaiban Langit Ketujuh

Majalahnabawi.com – Isra Mikraj adalah salah satu peristiwa besar yang pernah Rasulullah Saw alami pada tahun 10 kenabian atau pada tanggal 27 Rajab. Di mana saat itu Rasul diperjalankan pada malam hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa kemudian naik ke langit ketujuh menggunakan kendaraan yang bernama Buraq.

Pada malam itu, Allah Swt banyak memperlihatkan di antara tanda-tanda kekuasaanya kepada Nabi Muhammad Saw. Hal tersebut sebagai pelipur lara karena pada tahun itu kedua orang yang sangat Nabi cintai, yaitu Sayyidah Khadijah dan Abu Thalib wafat. Kemudian tahun tersebut dinamai dengan Amul Huzni. Deretan peristiwa agung ini Allah abadikan dalam al-Quran Surat an-Najm [53] ayat 18:

لَقَدْ رَاٰى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى

Artinya, “Sungguh, dia (Muhammad) telah melihat tanda-tanda (kekuasaan) Rabbnya yang paling besar”.

Dari mulai saat Nabi diperjalankan di bumi  bahkan hingga dinaikkan sampai langit ketujuh, setiap jengkalnya, Nabi tidak luput dari keajaiban-keajaiban yang nalar manusia biasa tidak bisa menerimanya. Setidaknya ada tiga tanda kekuasaan Allah yang diperlihatkan kepada Nabi saat berada di langit ketujuh. Di antaranya ada al-Bait al-Ma’mur, Sidratulmuntaha dan Sungai langit.

Al-Bait Al-Ma’mur  (البيت المعمور) 

Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim menyebutkan bahwa al-Bait al-Ma’mur  adalah bait yang terletak di  bawah Arasy, tepat di bawahnya ada Kakbah di bumi. Sebagaimana Kakbahnya penduduk bumi, al-Bait al-Ma’mur  adalah Kakbahnya para penduduk langit, di sana mereka tawaf dan beribadah. Ada sebuah periwayatan Imam Al-Bukhari dari Malik ra. yang mengisahkan perjalanan Nabi saat di langit ketujuh,

فَأَتَيْنَا السَّمَاءَ السَّابِعَةَ قِيلَ مَنْ هَذَا قِيلَ: جِبْرِيلُ قِيلَ: مَنْ مَعَكَ قِيلَ: مُحَمَّدٌ قِيلَ: وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ مَرْحَبًا بِهِ وَنِعْمَ الْمَجِيءُ جَاءَ، فَأَتَيْتُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ: مَرْحَبًا بِكَ مِنَ ابْنٍ وَنَبِيٍّ فَرُفِعَ لِي الْبَيْتُ الْمَعْمُورُ فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ فَقَالَ: ‌هَذَا ‌الْبَيْتُ ‌الْمَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ (رواه البخاري)

Artinya, “Kemudian kami naik ke langit ketujuh lalu ditanyakan: “Siapakah ini?”. Jibril menjawab: “Jibril”. Ditanyakan lagi: “Siapa orang yang bersamamu?”. Jibril menjawab: “Muhammad”. Ditanyakan lagi: “Apakah dia telah diutus?”. Jibril menjawab: “Ya”. Maka dikatakan: “Selamat datang baginya dan ini sebaik-baiknya kedatangan orang yang datang”. Kemudian aku menemui Ibrahim ‘alaihissalam dan memberi salam kepadanya lalu dia berkata: “Selamat datang bagimu dari saudara dan Nabi”. Kemudian aku ditampakkan al-Bait al-Ma’mur. Aku bertanya kepada Jibril, lalu dia menjawab: “Ini adalah al-Bait al-Ma’mur, setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat mendirikan salat di sana. Jika mereka keluar (untuk pergi salat) tidak ada satupun dari mereka yang kembali”. (HR Al-Bukhari)

Hadis ini memberitahu bahwasanya malaikat adalah makhluk yang jumlahnya paling banyak, karena dengan sebanyak 70.000 malaikat yang datang ke al-Bait al-Ma’mur  setiap harinya tak terhitung berapa banyak malaikat lainmya yang ada di seluruh alam semesta.

Sidratulmuntaha (سدرة المنتهى)

Imam as-Suyuti dalam kitabnya al-Isra wa al-Mi’raj menukil qaul Imam an-Nawawi bahwa penamaan Sidratulmuntaha itu karena alamnya para malaikat hanya sampai di sana dan tidak ada satu makhluk pun yang bisa melewatinya selain Nabi Saw. Dikatakan juga bahwa di Sidratulmuntaha itu batas akhir ruhnya syuhada.

Imam al-Wahidi dalam tafsirnya al-Basith menyebutkan bahwa Sidratulmuntaha adalah sebuah pohon sebagai tempat pemberhentian Nabi dan Jibril dalam perjalanan mikrajnya Nabi. Pohon itu berada di langit ketujuh dan di samping ‘Arasy. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Malik ra., Nabi bercerita saat setibanya di Sidratulmuntaha:

ثُمَّ رُفِعَتْ لِي ‌سِدْرَةُ ‌الْمُنْتَهَى فَإِذَا نَبْقُهَا مِثْلُ قِلَالِ هَجَرَ، وَإِذَا وَرَقُهَا مِثْلُ آذَانِ الْفِيَلَةِ، قَالَ: هَذِهِ ‌سِدْرَةُ ‌الْمُنْتَهَى (رواه البخاري)

Artinya. “Kemudian Sidratulmuntaha diangkat/dinampakkan kepadaku yang ternyata buahnya seperti tempayan daerah Hajar dengan daunnya laksana telinga-telinga gajah. Jibril berkata: “Ini adalah Sidratulmuntaha.” (HR Al-Bukhari)

Tak cukup dengan ketakjuban Nabi terhadap sidratulmuntaha, di tempat itu jugalah Nabi melihat kembali malaikat Jibril dalam rupa aslinya sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Fathu al-Qadir karangan Imam asy-Syaukani, nampak malaikat Jibril memiliki enam ratus sayap yang bisa menutupi langit dan bumi, setiap kepakannya keluar  mutiara dan yaqut (sejenis permata).

Sungai-Sungai Langit (الأنهار التي في السماء) 

Ada beberapa hadis Nabi yang menjelaskan tentang sungai-sungai yang ada di langit, salah satunya periwayatan Imam Al-Bukhari dari Malik ra.

وَإِذَا أَرْبَعَةُ أَنْهَارٍ: نَهَرَانِ بَاطِنَانِ وَنَهَرَانِ ظَاهِرَانِ، فَقُلْتُ: مَا هَذَانِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: أَمَّا الْبَاطِنَانِ فَنَهَرَانِ فِي الْجَنَّةِ، وَأَمَّا الظَّاهِرَانِ فَالنِّيلُ وَالْفُرَاتُ (رواه البخاري)

Artinya, “Ternyata di dasarnya ada empat sungai, dua sungai Bathin dan dua sungai Zhahir. Aku bertanya: “Apakah ini wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Adapun dua sungai Bathin adalah dua sungai yang berada di surga, sedangkan dua sungai Zhahir adalah Nil dan Eufrat.”(HR Al-bukhari)

Ada juga periwayatan dari Imam Muslim dari Abu Hurairah ra.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “سَيْحَانُ وَجَيْحَانُ، وَالْفُرَاتُ وَالنِّيلُ كُلٌّ مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ

Artinya, “dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah Saw bersabda: “ Saihan, Jaihan, Eufrat dan Nil semuanya adalah sungai-sungai surga” (HR Muslim)

Imam an-Nawawi memberikan syarah terhadap hadis ini bahwa sungai Nil dan Eufrat berasal dari Surga. Keduanya keluar dari dasar Sidratulmuntaha kemudian mengalir sesuai dengan kehendak Allah hingga keluar dari bumi dan mengalirlah kedua sungai tersebut, selaras dengan tekstual hadis tersebut.

Sedangkan al-Qadhi ‘Iyadh sebagaimana yang dikutip oleh Imam as-Suyuti dalam al-Isra wa al-Mi’raj menyebutkan bahwa dasar Sidratulmuntaha itu terletak di bumi hingga sungai Nil dan Eufrat keluar darinya. Berbeda dengan pendapat Imam al-Qurtubi  yang dikutip Syeikh Ibnu Hajar saat menjelaskan hadis ini dalam Fath al-Barri-nya bahwa Sungai Saihan dan Jaihan bukan merupakan sungai utama tetapi keduanya adalah cabang dari sungai Nil dan Eufrat. Imam as-Suyuti berkomentar bahwa pendapat Imam an-Nawawi lah yang utama.

Dari uraian di atas terdapat kesimpulan bahwa sungai Saihan, Jaihan, Nil dan Eufrat adalah sungai yang berasal dari Surga. Kemudian Nil dan Eufrat keluar dari dasar Sidratulmuntaha hingga mengalir ke bumi dan terpancarlah kedunya di bumi. Dari hadis ini juga menunjukan adanya keutamaan pada sungai Nil dan Eufrat karena bersumber dari surga sebagaimana Saihan dan Jaihan.

Wallahu a’lam.

Similar Posts