Kepala Rumah Tangga Idaman Ala Nabi Muhammad
Majalahnabawi.com – Suatu malam, Kanjeng Nabi baru pulang. Tiba di Madinah, malam sudah larut. Pintu rumah sudah tertutup. Istri Rasulullah sudah tidur pulas. Supaya tidak mengganggu keluarganya, maka Nabi tidak mengetok pintu. Memilih tidur di depan pintu hingga jelang Subuh. Kebiasaan ini terkenang kuat di benak para istri Nabi. Termaktub dalam banyak riwayat hadis. KH. Ishomuddin Hadziq (1965-2003), dalam kitabnya yang berjudul “Irsyadul Mukminin” menegaskan bahwa mencontoh laku hidup Nabi adalah jalan lempang mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kebiasaan lainnya adalah Nabi tidak pernah mencela makanan yang dihidangkan oleh sang istri. Jika berkenan, maka beliau nikmati. Jika tidak, maka cukup didiamkan. Tidak sama sekali menyalahkan sajian istri. Demikian halnya, beliau juga mengerjakan pekerjaan rumah. Secara sukarela, bagian tanggungjawab seorang kepala keluarga. Di antaranya adalah memerah susu kambing, memperbaiki timba pengambilan air, menjahit sandal, menambal pakaian, dan masih banyak lagi.
Rasulullah Selalu Perhatian dan Membantu Keluarga
Laku hidup ini nampak sederhana, namun sungguh sarat makna. Dicontohkan langsung oleh Baginda Nabi. Sosok yang diteguhkan al-Quran sebagai uswah hasanah (contoh terbaik). Sosok yang diutus untuk menyempurnakan akhlak anak manusia. Lebih dari itu, tak terhitung, Kanjeng Nabi juga mewanti-wanti para sahabat dan umatnya untuk menjadi kepala rumah tangga yang baik dan bertanggungjawab. Wasiat ini terpatri kuat dalam hadis-hadisnya.
Riwayat Imam al-Tirmidzi, Rasulullah menegaskan bahwa sempurnanya iman seseorang terletak pada kasih sayangnya kepada keluarga. Selain itu, dalam riwayat hadis lain, Nabi Muhammad menegaskan bahwa sebaik-baiknya seorang muslim adalah mereka yang paling baik melindungi dan mencitai keluarganya, anak dan istrinya. Tidak ada azab yang paling pedih bagi laki-laki kelak di akhirat, kecuali disebabkan keteledorannya mengurus anak istri, terlebih dalam bidang agama.
Jika dulu Kanjeng Rasulullah sudah menyeru dan mencontohkan, lantas sudah sejauh mana kita mengikutinya? Harapannya, Maulid yang baru kita adakan, meneguhkan komitmen untuk mengikuti laku hidup Baginda Rasulullah. Menjadi kepala rumah tangga idaman bagi anak dan istri kita masing-masing.
Semoga.