Abu Hurairah; Perawi Hadis Terbanyak
Majalahnabawi.com – Kebanyakan kita mungkin sudah familiar dengan nama Abu Hurairah, namun apakah ada yang mengetahui bagaimana jejak kehidupan Abu Hurairah sampai bisa meriwayatkan banyak hadis Nabi?
Untuk mengetahui hal tersebut, kami akan membahas sedikit biografi Abu Hurairah.
Nama asli Abu Hurairah diperselisihkan, ada banyak pendapat tentang nama Abu Hurairah, di antaranya adalah Abdurrahman bin Shakhr, Umair bin Amir bin Abd, Sikkin bin Amr, Abd al-Syams. Ada pendapat yang mengatakan bahwa nama Abu Hurairah pada masa Jahiliah adalah Abd Nahm, lalu diubah Namanya oleh Rasulullah Ketika sudah masuk Islam menjadi Abdullah. Dari sekian banyak perselisihan tentang nama Abu Hurairah, yang paling unggul namanya adalah Abdurrahman bin Shakhr. Ibu Abu Hurairah bernama Maimunah binti Shabih.
Abu Hurairah dilahirkan di Yaman pada tahun 602 M. Abu Hurairah adalah seorang sahabat yang alim, ahli fikih, mujtahid, banyak menghafal dan meriwayatkan hadis Nabi.
Dijuluki Abu Hurairah oleh Rasulullah yang berarti “bapaknya kucing” karena Nabi sering melihat Abu Hurairah memmbawa dan menyayangi kucing, di setiap hari dibawa ke mana pun Abu Hurairah pergi dan pada malam hari kucing itu ditempatkan di sebuah pepohonan.
Sahabat Yang Paling Banyak Meriwayatkan Hadis
Abu Hurairah baru masuk Islam pada tahun 7 H di perang Khaibar, lalu tinggal di Madinah dan berdiam di emperan masjid Nabawi. Abu Hurairah adalah salah satu santri Nabi di Masjid Nabawi Madinah yang dinamakan dengan Ahl al-Shuffah.
Meskipun tidak lama berjumpa dengan Nabi, hanya sekitar 4 tahun saja, tetapi Abu Hurairah termasuk sahabat yang paling banyak menghafal dan meriwayatkan hadis Nabi. Abu Hurairah termasuk tingkatan sahabat kecil (shigar al-shahabah) dan paling banyak meriwayatkan hadis. Menurut Baqi’ bin Mukhallad, hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah sebanyak 5.374 hadis. Hadis riwayat Abu Hurairah dicantumkan di kitab-kitab hadis, khususnya enam kitab induk hadis.
Ada beberapa faktor banyaknya periwayatan yang diperoleh Abu Hurairah, di antaranya:
1) Rajin menghadiri majelis Nabi Saw
2) Selalu menemani Rasulullah, karena Abu Hurairah bagian dari Ahli Shuffah Masjid Nabawi
3) Kuat ingatannya karena pernah didoakan Nabi sehingga tidak lupa hafalannya
4) Banyak berjumpa dengan para sahabat senior, karena umur Abu Hurairah panjang sampai 78 tahun dan masih hidup 47 tahun pasca Rasulullah wafat.
Guru dan Murid Abu Hurairah
Abu Hurairah menerima hadis dari Rasulullah Saw, Abu Bakar al-Shiddiq, Umar, Abdullah bin Salam, Bashrah bin Abi Bashrah al-Ghifari, Aisyah, Ka’ab bin Mati’ al-Habr, dan lainnya. Muridnya Abu Hurairah sangat banyak yang meriwayatkan hadis darinya, di antaranya: anaknya Abu Hurairah yang bernama Muharrar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik, Jabir bin Abdillah, Abdullah bin Tsa’labah, Abu Umamah As’ad bin Sahl, Ali bin al-Husain, Sa’id bin al-Musayyib, Urwah bin al-Zubair, al-Qasim bin Muhammad, Salim bin Abdullah bin Umar, dan lainnya.
Selain ahli hadis dan ahli fikih, Abu Hurairah juga seorang yang ahli ibadah, wara’, dan zuhud. Kezuhudannya tergambar dari perilaku hidupnya yang sederhana di emperan masjid Nabawi, hanya mengaji kepada Nabi dan mengajar orang lain. Abu Hurairah tidak bekerja berdagang di pasar atau berkebun, tapi demi mendapatkan hadis Nabi yang banyak dia rela meninggalkan pekerjaan itu dan fokus tinggal di emperan masjid Nabawi dekat rumah Rasulullah.
Semangat dan Kuat Hafalan Abu Hurairah
Perihal semangat dan hafalan yang kuat yang dimiliki oleh Abu Hurairah tercantum dalam kitab Shahih al-Bukhari juz 1 sebagai berikut:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لاَ يَسْأَلَنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ، لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ. أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ».
Artinya: Riwayat dari Abu Hurairah, bahwa dia berkata: Rasulullah ditanya tentang siapa orang yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu pada hari kiamat? Rasulullah bersabda: Wahai Abu Hurairah, sungguh aku mengira bahwa tidak ada seorang pun yang lebih dahulu tentang hadis itu selain kamu, karena aku melihat kamu sangat semangat terhadap hadis. Sepaling bahagia manusia pada hari kiamat dengan mendapatkan syafaatku adalah orang yang mengucapkan لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ secara ikhlas dari hati atau dirinya.
حَدَّثَنَا عَبْدُ العَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: ” إِنَّ النَّاسَ يَقُولُونَ أَكْثَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ، وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيثًا، ثُمَّ يَتْلُو {إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ البَيِّنَاتِ وَالهُدَى} [البقرة: 159] إِلَى قَوْلِهِ {الرَّحِيمُ} [البقرة: 160] إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ المُهَاجِرِينَ كَانَ يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ بِالأَسْوَاقِ، وَإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الأَنْصَارِ كَانَ يَشْغَلُهُمُ العَمَلُ فِي أَمْوَالِهِمْ، وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِبَعِ بَطْنِهِ، وَيَحْضُرُ مَا لاَ يَحْضُرُونَ، وَيَحْفَظُ مَا لاَ يَحْفَظُونَ.
Artinya: Riwayat dari Abu Hurairah berkata: Para manusia berkata: Abu Hurairah banyak meriwayatkan hadis. Jikalau bukan karena ada dua ayat al-Quran tentang menyembunyikan ilmu, niscaya aku tidak akan meriwayatkan hadis kepada kalian. Kemudian Abu Hurairah membaca ayat QS. al-Baqarah ayat 159 sampai 160. Sungguh saudara-saudara kami dari kaum Muhajirin sibuk berdagang di pasar, sedangkan orang Anshar sibuk bekerja. Sungguh Abu Hurairah senantiasa bersama Nabi sampai perutnya kenyang (banyak ilmu dan hadis), Abu Hurairah hadir di majelis Nabi ketika sahabat lain tidak hadir, dia menghafal hadis yang tidak dihafal oleh sahabat lain.
Didoakan Nabi
Selain karena kesungguhannya, Abu Hurairah juga pernah didoakan Nabi agar hafalannya tidak lupa, sebagaimana tercantum dalam hadis kitab Shahih al-Bukhari juz 1:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ أَبُو مُصْعَبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ، عَنْ سَعِيدٍ المَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي أَسْمَعُ مِنْكَ حَدِيثًا كَثِيرًا أَنْسَاهُ؟ قَالَ: «ابْسُطْ رِدَاءَكَ» فَبَسَطْتُهُ، قَالَ: فَغَرَفَ بِيَدَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: «ضُمَّهُ» فَضَمَمْتُهُ، فَمَا نَسِيتُ شَيْئًا بَعْدَهُ. حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ المُنْذِرِ قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ بِهَذَا أَوْ قَالَ: غَرَفَ بِيَدِهِ فِيهِ.
Artinya: Riwayat dari Abu Hurairah berkata: Aku berkata kepada Rasulullah: Ya Rasulullah, sungguh aku telah banyak mendengar hadis dari engkau, lalu aku lupa. Nabi menjawab: Bentangkanlah selendangmu!. Lalu aku membentangkan selendangku. Lalu Nabi mencaup dengan tangannya, kemudian berkata: Himpunlah!, lalu aku menghimpun sselendangku. Semenjak itu aku tidak pernah lupa sedikit pun.
Abu Hurairah pernah berdoa, “Ya Allah, janganlah Engkau jumpaiku sampai tahun 60 H”. Pada tahun 58 H di Madinah, Abu Hurairah meninggal dunia.
Semoga kita bisa meneruskan perjuangan Abu Hurairah dan akan timbul penerus Abu Hurairah selanjutnya. Aamiin…