Majalahnabawi.com – Jum’at, 24 November 2023 tepatnya pukul 11.20 WITA, saya hendak berangkat shalat Jum’at ke Masjid Nurul Fatra, Moengko, Poso. Setelah selesai berpakaian rapih baju koko putih, sarung Atlas hitam, peci putih, dan sorban hijau. Kang Umam nanya ke saya: Sholat Jum’at dimana Iz? Ada jadwal khutbah? Saya jawab: Tidak ada jadwal, saya mau shalat di Masjid Nurul Fatra karena ada AC-nya. Kang Umam merespon: Oh, masjid depan fuel Pertamina, saya belum pernah ke situ sih. Yaudah nih kunci motor Mas Haerul, saya bersama Mas Asbari (salah satu anggota Anshor Poso) akan shalat Jum’at di Masjid Nurus Sa’adah, Kayamanya.


Kemudian, saya berangkat sendiri mengendarai motor Mas Haerul (Salah satu anggota Banser Poso) menuju Masjid Nurul Fatra. Perjalanan sekitar 10 menit. Setelah sampai masjid tersebut, belum ada orang sama sekali, hanya ada bunyi tilawah kaset. Kemudian, saya shalat sunnah Tahiyyatul Masjid, sambil menunggu azan. Saya duduk dekat mimbar. Lumayan lama, menunggu jamaah yang datang sedikit demi sedikit, sampai dikumandangkan azan sekitar pukul 11.50 WITA. Lalu jamaah melaksanakan shalat Sunnah Qobliyyah Jumat terlebih dahulu, setelah itu, tiba-tiba seorang bapak samping saya mempersilahkan saya untuk maju berkhutbah (hampir semua masjid di Poso tidak mempunyai jadwal khatib tetap. Biasanya DKM masjid mengundang secara mendadak pada hari Kamis atau bahkan malam Jum’at, satu hari sebelum hari Jum’at berkhutbah). Sebenarnya saya tidak diundang berkhutbah, dan saya juga sempat mempersilahkan bapak tadi yang nunjuk saya untuk berkhutbah, tapi bapak tadi tetep mempersilahkan saya. Saya mengira bapak yang di samping saya adalah khatibnya. Akhirnya saya maju ke mimbar berkhutbah secara dadakan.

Menjadi Khatib Mendadak

Saya menyampaikan isi kandungan surah al-Ashr yang menjelaskan tentang pentingnya waktu, dan 4 golongan manusia yang tidak merugi (beruntung) yaitu 1) orang yang beriman dengan artian meyakini dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan melaksanakan apa yang diperintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang Allah dengan anggota badan. Karena setiap orang berislam, belum tentu beriman. Betapa banyak orang yang hanya Islam KTP, karena tidak melakukan perintah Allah. Orang yang beriman pasti berislam. 2) orang yang beramal saleh, melakukan sesuatu yang baik dan bernilai ibadah. Amal saleh dapat diterima dengan syarat ikhlas karena Allah dan mengikuti (sesuai) tuntunan Rasulullah. 3) orang yang menasehati dengan kebaikan. Kita butuh alarm pengingat agar senantiasa berbuat kebenaran. Alarm tersebut bisa dari diri kita dengan cara mengaji, dan bisa juga dari teman sahabat kita yang bisa mengajak kita ke Allah. 4) Orang yang mewasiatkan kesabaran. Sabar merupakan salah satu senjata untuk menghadapi segala ujian. Sabar terbagi tiga: sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar dalam menjalankan segala ujian dari Allah, dan sabar menerima ketentuan Allah, yang baik dan yang buruk.

Berharaplah Hanya Kepada Allah SWT


Demikian isi khutbah Jum’at yang singkat itu. Setelah itu, saya memimpin (menjadi imam) shalat Jum’at di masjid tersebut. Setelah selesai shalat, saya memimpin zikir singkat dan doa secara jahr. Selesai berdoa, saya bersalaman dengan jamaah yang ada di belakang saya, lalu saya shalat sunnah Ba’diyyah Jum’at. Setelah itu, saya keluar dan menuju tempat parkir motor. Dalam perjalanan pulang mengendarai motor, hati saya bergumam: DKM masjid tadi apakah lupa memberikan bisyaroh khatib? atau memang begitu kalo khatib dadakan tidak ada bisyarohnya? dan saya juga menyadari, jangan mengharap kepada manusia karena bisa kecewa jika tidak sesuai harapan. Saya berdakwah harus karena Allah, bukan karena uang. Hati saya juga bergumam, Alhamdulillah bisa memberi manfaat kepada orang lain dengan khutbah saya tadi, dan emas tetaplah emas di manapun berada. Walaupun saya belum masyhur di masjid itu, dan saya juga belum mengenal jamaah masjid itu, tapi DKMnya memberikan kesempatan saya berkhutbah secara dadakan. Dan sebagai alumni pondok pesantren, harus selalu siap ketika masyarakat butuh, meskipun dadakan.

By Faiz Aidin

Dilahirkan tanggal 25 Juni 2000 di Jakarta Barat, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan H. Muharifin dan Hj. Nurhayati, bertempat tinggal di jalan raya Kembangan, Kembangan Utara Rt 09/02 No. 83 Gang H. Naim, Kembangan, Jakarta Barat. Mahasantri Darus-Sunnah angkatan Auliya dan mahasiswa PAI FITK UIN Jakarta.