www.majalahnabawi.com – Sebagai umat muslim kita diperintahkan untuk selalu bertakwa kepada Allah Swt. Takwa adalah mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Allah swt telah menjanjikan pahala yang besar bagi siapa pun yang berusaha istiqomah dalam ketakwaan, hanya saja terkadang manusia masih juga terpeleset dalam jurang kemaksiatan.

Dosa Yang Tak Terhindarkan

Orang yang akhirnya terjerumus dalam perbuatan dosa sering kali terlalu larut dalam keputusasaan, dia akan merasa dirinya adalah orang yang paling kotor dan tak berharga lagi.

Perlu diketahui bahwa perbuatan dosa merupakan hal yang tidak bisa untuk dihindari, semua manusia selain para Nabi pasti pernah melakukan perbuatan dosa. Sebagian mereka ada yang segera bertaubat, mengaku salah atas perbuatannya dan sebagian lain terus menerus melakukan kemaksiatan. Rasululllah Saw bersabda:

كل بني آدم خطاء، وخير الخطائين التوابون

Artinya: “Semua bani Adam pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang segera bertaubat”. (H.R. At-Tirmidzi)

Diceritakan ada seorang wali yang berdoa di Multazam agar ia ditakdirkan tidak lagi melakukan dosa, kemudian justru ia mendapatkan jawaban yang mengejutkan. Allah berfirman: “lantas mau dikemanakan sifat Maha Pengampun-Ku”. Hal ini senada dengan perkataan Rasulullah Saw ketika merespon sahabatnya yang ingin terus menerus dekat dengan Beliau dalam ketaatan, Rasulullah Saw bersabda:

وَلَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَجَاءَ اللَّهُ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ ‌كَيْ ‌يُغْفَرَ لَهُمْ

Artinya: “Kalau saja kalian tidak pernah melakukan dosa, maka Allah akan menggantikan kalian dengan sebuah kaum yang mereka melakukan perbuatan dosa agar dosa mereka bisa diampuni.” (HR. Tirmidzi)

Alhasil, Allah Swt., akan selalu mentakdirkan manusia untuk berbuat dosa, kemudian Ia akan memaafkannya untuk menunjukkan sifat Maha pengampun dan Maha penyayang yang dimilikinya.

Meraih Ampunan Tuhan

Para ulama melalui kajiannya yang mendalam terhadap al-Quran dan sunah memberikan petunjuk kepada siapa pun yang terjerumus dalam perbuatan dosa agar bisa mendapatkan ampunan dari Allah dan kembali bahagia dalam menjalani kehidupan. Berikut adalah hal yang harus dilakukan setelah kita melakukan perbuatan dosa:

1. Memohon ampun kepada Allah

Hal yang paling utama dan sangat penting bagi pelaku dosa adalah memohon ampun kepada Allah Swt. Allah Swt,. mengetahui kelemahan dari hambanya dalam menahan diri dari tidak melakukan perbuatan dosa. Oleh karena itu, Dia mensifati diri-Nya dengan Dzat yang Maha pengampun (Al-Ghofar).

Lantas bagaimana cara untuk bertaubat itu?

Ulama mengatakan, taubat sudah dianggap cukup dengan mengucapkan istighfar, meminta ampun meskipun hanya sekali dengan disertai perasaan menyesal serta berjanji untuk sekuat tenaga menjaga diri agar tidak terjerumus lagi pada dosa tersebut.

Untuk lebih sempurnanya, hal yang harus dilakukan adalah berwudhu, kemudian sholat dua rakaat, dan setelah itu berdoa meminta ampun kepada Allah. Nabi Muhammad Saw bersabda :

مَا مِنْ رَجُلٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ ثُمَّ يُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ  وَيَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلَّا غَفَرَ اللَّهُ لَه

Artinya: Tiada seorang pun yang melakukan perbuatan dosa kemudian berwudhu dengan menyempurnakan wudhunya lalu sholat dua rakaat dan kemudian meminta ampun kepada Allah kecuali Allah pasti akan mengampuninya”. (HR. Ibnu Majah)

Rasulullah Saw., telah mengajarkan kepada kita sebuah kalimat yang disebut dengan sayyidul istighfar. Kalimat ini adalah kalimat yang sangat ampuh untuk menjadi wasilah diampuninya dosa-dosa kita. Adapun kalimatnya adalah:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكُ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِن شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكِ َعَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فاَغْفِر لِيْ فَإِنهَّ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

Artinya: “Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Dan aku atas tanggungan dan janji-Mu selama aku masih mampu. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang telah aku perbuat. Aku mengakui nikmat yang Kau berikan kepadaku. Aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau”.

Rasulullah Saw bersabda “barangsiapa yang membacanya (sayyidul istighfar) di waktu siang dengan penuh keyakinan, kemudian ia wafat sebelum datang waktu petang, maka ia termasuk ahli surga. Dan barangsiapa yang membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan, kemudian ia wafat sebelum datang waktu subuh, maka ia termasuk ahli surga.” (HR. Al-Bukhori)

Ayat-ayat yang menceritakan begitu luasnya ampunan Allah pun sangat melimpah jumlahnya. Allah Swt berfirman:

وَمَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا اَوْ يَظْلِمْ نَفْسَه ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّٰهَ يَجِدِ اللّٰهَ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

Artinya: “Siapa yang berbuat kejahatan atau menganiaya dirinya, kemudian memohon ampunan kepada Allah, niscaya akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Nisa 110)

وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya. Siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan apa yang mereka kerjakan (perbuatan dosa itu) sedangkan mereka mengetahuinya.” (Q.S. Ali Imran 135)

Sebagian ulama menafsirkan kata fahisyah dengan dosa besar atau dosa yang merugikan orang lain, seperti membunuh, mencuri, dan berzina. Sedang dzolim adalah dosa kecil yang merugikan diri sendiri. Allah Swt., akan mengampuni semua dosa ini bagi siapa pun yang mau memohon ampun pada-Nya.

2. Tidak menceritakannya kepada orang lain

Siapa pun yang telah melalukan perbuatan dosa hendaknya tidak menceritakannya kepada orang lain. Memang menceritakan dosa yang telah kita perbuat sekilas merupakan perbuatan yang jujur. Namun ini akan berdampak buruk kedepannya. Seorang ayah yang menceritakan dosa masa lalu kepada anaknya misalnya, ini akan menjadi legitimasi anak untuk berbuat seperti apa yang orang tuanya perbuat. Cerita itu akan menjadi bahan untuk membela diri apabila sang anak melakukan perbuatan dosa serupa dan saat itu orang tua akan terpojokkan karena sang anak telah mengungkit masa lalunya. 

Dalam konteks kekinian, seseorang yang melakukan perbuatan dosa hendaknya tidak mempublikasikannya di media sosial. Sering kita lihat saudara-saudara kita yang meminum minuman keras misalnya dan dengan bangga mereka mempublikasikannya di media sosial yang mereka miliki.

Rasulullah Saw., bersabda:

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّه صلى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْه

Artinya: “Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orang-orang menampak-nampakkannya dan sesungguhnya diantara menampak-nampakkan (dosa) adalah seorang hamba yang melakukan perbuatan dosa di waktu malam sementara Allah telah menutupinya kemudian di waktu pagi dia bercerita kepada kawannya: ‘Wahai fulan semalam aku telah melakukan ini dan itu’ padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah ditutupi oleh Allah’.” (HR. Al-Bukhori)

3. Berbuat Baik

Dalam satu kesempatan, K.H. Ahmad Bahaudin Nursalim menjelaskan bahwa salah satu tipu daya setan adalah membuat manusia selalu ingat dengan perbuatan dosa yang pernah ia kerjakan, sehingga ia akan terus merasa kotor dan akhirnya tidak mau lagi berbuat kebaikan. Seorang guru misalnya, karena ia melakukan perbuatan dosa akhirnya ia enggan untuk mengajar lagi karena merasa dirinya tak layak menjadi pengajar, orang tua berhenti mendidik anaknya hanya kerena ia pernah melakukan sebuah kesalahan, seorang ustadz tidak ingin lagi mengurus masjid, menjadi imam, mengisi pengajian karena merasa dirinya telah kotor dan tak layak lagi untuk mengajar kepada masyarakat.

Bisa dibayangkan kalau semua orang berpikiran seperti itu, agama akan mati. Tidak ada lagi yang mengurus masjid, tidak ada lagi yang mau mengajar, orang tua akan acuh kepada anaknya dan ketika itu terjadi setan akan merasa menang.

Padahal berbuat baik adalah cara ampuh untuk menghapus dosa-dosa masa lalu. Allah Swt., berfirman:

وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِ ۗاِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ

Artinya: Dirikanlah salat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah). (Q.S. Hud 114)

Ayat di atas memberikan kabar baik bagi kita. Allah Swt berjanji bahwa dosa-dosa kita di masa lalu akan hilang dengan amal-amal baik yang kita kerjakan sekarang. Banyak hal baik yang bisa kita lakukan. Seperti berwudhu, sholat, puasa, bersedekah, berbakti pada orang tua, menyayangi anak yatim, tidak menyakiti perasaan orang lain dan lain sebagainya. Hal-hal baik ini akan menghapus dosa kita di masa lalu, Rasulullah Saw., bersabda:

اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ ‌تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Artinya: “Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka perbuatan baik itu akan menghapus dosa perbuatan buruk. Dan perlakukanlah manusia di sekitarmu dengan akhlak yang terpuji.” (HR. Tirmidzi)

Semoga Allah mengampuni semua dosa kita. Amin.