Menulis Al-Qur’an dengan Rasm ‘Uṡmānī
Majalahnabawi.com – Mungkin teman-teman pernah memperhatikan -atau tidak- bahwa kata العلمين di ayat alḥamdu lillāhi rabbil ‘ālamīn surat al-Fatihah (1:2) itu tidak tertulis alif setelah ain. Coba bayangkan ketika kata itu tidak diberi harakat fatah berdiri. Saya tidak ingin jauh sampai membayangkan mungkin ada yang membaca al-‘ilmaini (dua ilmu), misalnya. Lihat juga kasus yang sama pada kata ملك dalam ayat māliki yaumid dīn (1:4) yang mā-nya dibaca panjang dalam qiraat Ḥafṣ ‘an ‘Āṣim yang biasa kita baca. Atau, kata الكتب dalam ayat żālikal kitāb lā raiba fīhi hudan lil muttaqīn (2:2), yang andai tidak diberi harakat mungkin bisa jadi akan dibaca al-kutub (bentuk jamak dari al-kitāb) oleh teman-teman yang pandai baca kitab gundul tapi tidak hafal Al-Qur’an, karena hampir semua kata kitāb dalam mushaf Al-Qur’an rasm ‘uṡmānī tidak ditulis huruf alifnya.
Beda Rasm ‘Uṡmānī dengan Rasm Imlā’ī
Saya hanya ingin mengatakan bahwa tulisan dalam mushaf Al-Qur’an biasanya menggunakan rasm ‘uṡmānī yang dalam beberapa hal berbeda dengan tulisan dalam kitab-kitab Bahasa Arab yang biasanya ditulis dengan rasm imlā’ī. Tidak hanya penghapusan huruf alif -meskipun memang kasusnya adalah yang terbanyak-, ya’ sukun pada kata يستحي dalam ayat innallāh lā yastaḥyī an yaḍriba maṡalan (2:26), atau pada kata إبرهم (Ibrāhīm) dalam surah al-Baqarah (2:124,125,126,dst), huruf ya’ juga tidak ditulis dalam rasm ‘uṡmānī. Tidak hanya alif dan ya’, wau pada kata الموءدة (81:8), lam pada kata اليل (92:1), dan nun pada نـجي المؤمنين (nunjil mu’minīn 21:88) juga tidak tertulis dalam rasm ‘uṡmānī. Bisa dilihat bahwa dalam rasm ‘uṡmānī huruf alif, ya’, wau, lam, dan nun dalam beberapa kata tidak ditulis. Saya ingin menambahkan dengan contoh-contoh sebelum nanti meringkas menjadi kaidah pelajaran. Seperti kehidupan dengan pengalaman dan ujian terlebih dahulu baru kemudian hikmah pelajaran. Berbeda dengan kelas yang ujiannya ada di akhir setelah pelajaran.
Penghapusan, Penambahan, dan Pengubahan dalam Rasm ‘Uṡmānī
Penghapusan sama dengan pengurangan yang bisa dilawankan dengan penambahan. Alif pada لشايء (lisyai’in 18:23), ya’ pada أفإين (afa’in 3:144), wau pada أولئك adalah penambahan dalam rasm ‘uṡmānī yang tidak dibaca ketika diucapkan.
Tidak hanya pengurangan dan penambahan, ada pula pengubahan. Alif yang ditulis wau seperti pada kata الصلوة، الزكوة، الحيوة, alif yang ditulis ya’ seperti pada kata إنىه (ināh 33:53) تقىة (tuqāh 3:28) مزجىة (muzjāh 12:88), dan ta’ bulat yang ditulis ta’ lonjong seperti pada kata رحمت (2:218) نعمت (2:231) امرأت (12:35) سنت (8:38) لعنت (3:61) معصيت (58:8) كلمت (7:137), begitulah tertulis dalam rasm ‘uṡmānī.
Tentunya ini hanyalah sedikit contoh. Isi perincinya terdapat dalam kitab-kitab yang membahas rasm ‘uṡmānī seperti al-Muqni‘ fī Rasm Maṣaḥif al-Amṣār karya Abū ‘Amr ‘Uṡmān bin Sa‘īd al-Dānī (w. 444 H) dan Mukhtaṣar al-Tabyīn li Hijā’ al-Tanzīl karya Abū Dāwūd Sulaimān bin Najāḥ (w. 496 H), atau bisa juga diperhatikan dalam mushaf rasm ‘uṡmānī yang ditashih Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Kementerian Agama Republik Indonesia.
Kekhasan Rasm ‘Uṡmānī
Ringkasnya, dalam rasm ‘uṡmānī bisa jadi ada huruf yang tidak ditulis, yaitu alif, ya’, wau, lam, dan nun, dalam beberapa kata. Ada juga huruf tambahan berupa alif, ya, dan wau dalam beberapa kata. Ada juga pengubahan huruf alif menjadi wau, alif menjadi ya’, dan ta’ bulat menjadi ta’ lonjong dalam beberapa kata. Penghapusan, penambahan, dan pengubahan dalam rasm ‘uṡmānī ini berbeda dengan tulisan menggunakan rasm imlā’ī. Itulah yang ingin ditegaskan dalam artikel ini. Mudah-mudahan teman-teman yang menulis (atau mendapat tugas untuk menulis) Al-Qur’an menyadari kekhasan rasm ‘uṡmānī dalam mushaf. Selamat menulis dan menghafal Al-Qur’an!