Penjelasan Hadis Arbain Part 12

Majalahnabawi.com – Hadis tentang pentingnya mengisi waktu dengan sesuatu yang bermanfaat.

بسم الله الرحمن الرحيم

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: مِنْ حُسْنِ إسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيْهِ. (رواه الترمذي و غيره هكذا)

Dari Abu Hurairah Ra. beliau berkata, Rasulullah Saw. pernah bersabda: Termasuk dari baiknya keislaman seseorang yaitu meninggalkannya dari sesuatu yang tidak bermanfaat baginya. (Riwayat at-Tirmidzi dan selainnya demikian).

Level Keislaman Seseorang

Seseorang dapat kita nilai level keislamannya baik atau belum. Baik di sini adalah menyempurnakan syariat dengan kata lain kerelaan diri terhadap prinsip, konsep, dan hukum-hukum Islam. Artinya, sempurnanya keislaman seseorang itu bisa kita ukur. Dalam konteks hadis ini tolak ukur sempurna keislaman adalah sikap. Yakni sikap tidak peduli terhadap perkara yang tidak bermanfaat.

Spesifikasi kata “Bermanfaat”

Sesuatu yang bermanfaat diklasifikasi menjadi 2 bagian. Bermanfaat untuk pokok kehidupan di dunia dan bermanfaat untuk keselamatan di akhirat kelak. Manfaat untuk kehidupan di dunia adalah setiap aktifitas yang bertujuan demi kelangsungan hidup, menghindari penyakit, dan tanggung jawab yang wajib. Manfaat untuk akhirat adalah setiap amal baik yang diniatkan untuk kehidupan di akhirat kelak. Keduanya sedikit sekali apabila kita bandingkan pada luasnya umur. Faktanya bahwa manusia cenderung lebih banyak menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak bermanfaat.

Termasuk hal-hal yang menghabiskan kuota waktu dengan perkara tidak bermanfaat seperti ngobrol tanpa faidah dan semacam itu. Pernah dikatakan oleh sebagian ulama salaf, barang siapa yang sadar bahwa pembicaraan harus disertai fakta, pasti ia akan sedikit bicara kecuali untuk kemanfaatan dirinya. Barang siapa yang bertanya tentang sesuatu yang tidak bermanfaat ia akan mendengar sesuatu yang tidak ia sukai.

Semua ada Pertanggung Jawabannya

Terdapat penjelasan, bahwa setiap kalimat hamba yang tidak bermanfaat akan ditangguhkan untuk mereka pertanggung jawabkan di akhirat pada lima pemberhentian. Di sana masa hisab dan teror akan Allah perpanjang sehingga daging dan hatinya mencair. Ia akan mendapat cercaan dengan lima pertanyaan intimidasi:

  1. Mengapa kau ucapkan kalimat itu? Adakah maksud di sana?
  2. Apakah jika kau mengucapkannya bisa mendatangkan manfaat?
  3. Adakah kerugian jika kau tidak mengucapkannya?
  4. Mengapa tidak diam saja dan kau selamat dari akibat perkataan itu!
  5. Mengapa tidak kau isi kesempatanmu untuk lafadz سبحان الله و الحمد لله و لا إله إلا الله و الله أكبر? Kemudian kau panen hasilnya!

Kisah di Zaman Nabi Ibrahim

Diceritakan, Nabi Ibrahim Al-Khalil As. pernah berjalan dan bertemu seorang hamba. Ia sedang melakukan ibadah dalam keadaan ngawang (diam di udara).

“Bagaimana kau bisa memperoleh kedudukan ini dari Allah?” tanya Nabi Ibrahim.

“Dengan pekerjaan ringan. Kucegah diri ini dari dunia. Aku tidak berbicara untuk sesuatu yang tidak ada maksud. Kuperhatikan apapun yang Tuhanku perintahkan dan kulakukan itu. Kuperhatikan apapun yang Tuhanku larang dan kujauhi itu. Maka setiap kuminta sesuatu kepadaNya pasti Dia memberikan. Setiap kuberdoa padaNya pasti Dia ijabah. Akhirnya kuminta untuk dapat diam di udara dan Dia membuatku dapat diam di udara.”

Sesuatu yang Tidak Bermanfaat

Hadis ini lebih mencakup daripada hanya persoalan bicara. Karena sesuatu yang tidak bermanfat bisa berupa senda gurau, main-main yang bukan demi kepentingan skill atau peningkatan bermanfaat, mengejar dunia, mengejar pangkat atau kedudukan, melakukan perkara yang menghilangkan muru’ah (harga diri), mencari pujian dan popularitas, dan semua hal yang tidak mengasilkan manfaat real.

Melakukan perkara tersebut adalah kekonyolan karena menjalani waktu dengan terbuang sia-sia. Waktu merupakan kuota berharga yang semestinya kita gunakan dengan baik dan cerdas. Karena kita tidak mungkin mengembalikan waktu kosong yang tidak kita isi kemanfaatan. Suatu ketika Hasan al-Bashri berkata, “Kami pernah bertemu suatu kaum yang sangat pelit menghabiskan waktu daripada uang. Sebagaimana kalian tidak ingin mengeluarkan uang kecuali manfaatnya kembali pada kalian. Demikian pula kaum itu tidak mau menghabiskan waktunya kecuali demi manfaat yang kembali padanya.” Maka hendaknya kita selalu memperhatikan aktifitas di setiap detiknya, apakah mengandung kemanfaatan atau tidak.

Similar Posts