Tujuh Dosa Besar Manusia: Mengenal Konsep Pengelompokkan Dosa Manusia Menurut Tradisi Kekristenan
Majalahnabawi.com – Seven deadly sins (tujuh dosa besar manusia) adalah konsep pengelompokan dosa-dosa yang paling berbahaya yang dilakukan oleh manusia menurut tradisi kekristenan. Pada hakikatnya, Alkitab sendiri tidak menyebutkan pengelompokkan dosa-dosa ini secara eksplisit (jelas), akan tetapi konsep ini pertama kali digagas oleh seorang biarawan Kristen pada abad ke-4 bernama Evagrius Ponticus yang menulis gagasan tentang delapan pikiran jahat manusia: kesombongan, nafsu, kemarahan, keserakahan, kesedihan, kemalasan, kerakusan dan kebanggaan. Tujuan Ponticus menulis konsep ini adalah untuk menjelaskan kepada para biarawan yang lain, bagaimana pikiran-pikiran tersebut mengganggu pelatihan spiritual mereka.
Pada abad ke-6, konsep ini mendapatkan revisi dari Paus Gregorius I yang menghapus dosa kemalasan dan menggantikannya dengan iri hati. Selanjutnya, pada abad ke-13, Thomas Aquinas meninjau kembali daftar pengelompokkan dosa tersebut. Dalam karyanya Summa Theologica, ia mengembalikan dosa kemalasan dan menghapus dosa kesedihan. Dari sini lahirlah konsep tujuh dosa besar manusia: Kesombongan (pride), ketamakan (greed), kerakusan (gluttony), nafsu (lust), iri hati (envy), kemalasan (sloth), dan kemarahan (wrath).
Pada dasarnya, ketujuh dosa besar ini bukanlah dosa yang langsung menyebabkan manusia yang melakukannya meninggal. Akan tetapi, ketujuh dosa besar ini adalah dosa yang akan membawa manusia kepada dosa yang lebih besar atau mengarahkan mereka untuk melakukan hal-hal keji. Pada tulisan ini, penulis akan mengulas tujuh dosa besar manusia berdasarkan perspektif Islam beserta dalil-dalil yang relevan dengan dosa tersebut. Berikut Penjelasannya:
1. Kesombongan (Pride)
Menurut Thomas Aquinas, kesombongan merupakan puncak dari ketujuh dosa besar manusia. Pembangkangan yang dilakukan oleh iblis kepada Tuhannya didasari oleh kesombongan. Kesombongan adalah sifat yang membuat manusia memiliki keyakinan berlebih terhadap keyakinannya, sehingga lupa bahwa itu semua merupakan anugerah dari Allah Swt. Ketika kesombongan menguasai hati manusia, ia akan memandang rendah kepada selain dirinya dan menganggap bahwa hanya dirinya lah yang bisa melakukan segala hal dengan mudah. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad Saw. dalam Hadis-nya yang berbunyi, “kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia”.(HR. Muslim).
2. Ketamakan (Greed)
Ketamakan merupakan sifat serakah dan ketidakpuasan dalam menimbun kekayaan. Mencuri, merampok, korupsi merupakan contoh perbuatan buruk yang lahir akibat dari sifat tamak manusia. Orang yang tamak akan menghalalkan segala cara agar hasratnya bisa terpenuhi. Apapun yang dia inginkan harus terpenuhi. Ia akan mengambil apa yang menjadi miliknya dan apa yang bukan miliknya.
Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Sekiranya anak Adam diberi satu bukit yang dipenuhi dengan emas, niscaya ia akan menginginkan bukit yang kedua, dan apabila diberi yang kedua, niscaya ia menginginkan bukit yang ketiga, dan tidaklah perut anak Adam dipenuhi melainkan dengan tanah, dan Allah Swt. akan menerima taubat siapa saja yang bertaubat”.(HR. Bukhari).
3. Kerakusan (Gluttony)
Dosa yang yang ketiga ini memiliki perbedaan dengan dosa sebelumnya. Kerakusan lebih berfokus pada cara yang berlebihan pada pemenuhan kebutuhan manusia. Salah satunya adalah kebutuhan makan. Orang yang rakus akan memakan makanan dalam jumlah besar atau lebih memilih makanan yang paling mahal. Lebih parahnya lagi, ia tidak ingin berbagi dengan orang lain.
Hal ini tentunya bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad Saw. yang mengajarkan kesederhanaan dalam makan sebagaimana sabda beliau dari Abu Hurairah ra. yang berbunyi, “Seorang mukmin itu hanya makan dengan satu usus, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus”.(HR. Bukhari).
4. Nafsu (Lust)
Nafsu di sini didefinisikan sebagai nafsu birahi (libido) yang berarti keinginan berlebihan dalam pemenuhan hasrat seksual. Pada dasarnya, seks dan nafsu merupakan hal yang berbeda. Seks merupakan cara manusia untuk menghasilkan keturunan, sedangkan nafsu adalah keinginan birahi manusia dalam mendapatkan kenikmatan seksual. Orang yang dikuasai oleh nafsunya akan dipenuhi oleh pikiran kotor, hilangnya kebahagiaan dari wajahnya, serta terus merasa bersalah, dan sulit menerima diri sendiri.
Sesungguhnya hawa nafsu ini ada, agar kita bisa melawannya. Hal ini bukan berarti perintah untuk menghilangkan hawa nafsu, tetapi lebih kepada pengendalian hawa nafsu. Manusia yang bisa mengendalikan hawa nafsunya memiliki derajat yang bahkan lebih mulia daripada malaikat. Nabi Muhammad Saw. sudah memperingatkan hal ini sebagaimana yang tertulis dalam Hadis-nya yang berbunyi, “Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat mengikuti nafsu pada perut kamu dan pada kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang menyesatkan (syubhat)”.(HR. Ahmad).
5. Iri Hati (Envy)
Iri hati adalah perasaan benci melihat kelebihan orang lain, entah itu berupa kekayaan, jabatan, prestasi, dan lain-lain. Umumnya, perasaan iri hati muncul karena ketidakmampuan seseorang dalam memiliki sesuatu yang lebih baik disertai dengan perasaan sulit ketika melihat keberhasilan orang lain. Tak jarang, manusia yang mengalami iri hati tidak akan segan-segan untuk merampas kebahagiaan orang lain. Berdasarkan Hadis dari riwayat Abu Dawud, Nabi Muhammad Saw. memperingatkan tentang, “bahaya iri hati (hasad) yang bisa menghapus kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar”.
6. Kemalasan (Sloth)
Malas yang dimaksud dalam hal ini adalah rasa abai (lalai) dan ketidakpedulian manusia terhadap kewajiban yang seharusnya dijalankannya, seperti beribadah, bekerja, dan lain-lain. Kemalasan itu bisa berupa hilangnya hasrat melakukan kegiatan, ceroboh, dan bekerja dengan setengah hati.
Dalam Al-Quran surat an-Nisa ayat 142, menyatakan bahwa, “Allah Swt. menyandarkan kemalasan kepada orang-orang munafik”.
7. Kemarahan (Wrath)
Amarah merupakan respon alami manusia ketika menghadapi ketidakadilan atau mendapatkan kekecewaan. Namun, ketika amarah sudah melebih batasnya dan mulai menguasai hati manusia, ia sulit untuk menggunakan akal sehatnya, sehingga bisa dengan mudah melukai orang lain, baik melalui kata-kata ataupun tindakan. Oleh karena itu, kita harus sebisa mungkin mengendalikan amarah kita saat sedang marah.
Nabi Muhammad Saw. sendiri mengajarkan kita bahwa, “orang yang kuat itu bukanlah orang yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat itu adalah orang yang bisa mengendalikan diri ketika sedang marah”.(HR. Bukhari).
Itulah penjelasan tentang tujuh dosa besar manusia berdasarkan perspektif Islam. Semoga Allah Swt. senantiasa melindungi kita dari melakukan dosa-dosa tersebut aamiin ya rabbal ‘alamin.