Majalahnabawi.com – Sering kali kita mendengar berita yang terus terkuak di media sosial. Entah itu berita baik maupun berita buruk. Banyak sekali kericuhan yang nampak di berbagai komentar. Bahkan kita sendiri pun termasuk, iya, bukan?

Secara tidak sadar dan dengan tanpa sengaja, kita telah melukai hati seseorang. You know what? Apa kita merasa paling benar dengan memberikan komentar sekehendak hati tanpa merasa bersalah? Menulis tidak sesuai etika dan menebar kebencian serta cacian dan makian. What happen with our minds? Apa yang terjadi dengan fikiran kita?

Banyak sekali perkataan yang menurut kita biasa saja tapi menurut orang lain tidak beretika. Sering kali komentar pedas yang kita paparkan membuat seseorang terluka. Apa yang sedang dicari dari hal tersebut? Apakah sekedar mencari ketenaran? Mencari perhatian? Membuat lelucon atas dasar kekurangan orang lain? You thing that’s funny? Are you alright?

Di dunia maya banyak komentar yang baik, tidak hanya komentar yang buruk. Sebuah pola pikir yang bagus jika kita mau menjadi pelopor hal-hal baik. Berangkat dari sosial media adalah langkah awal yang cukup progresif, sebagai sarana unuk menebar kebaikan dan menebar manfaat kepada khalayak ramai.

Berangkat dari hal itu juga adalah salah satu cara agar kita sama-sama bisa mengubah pola pikir dalam berbicara dan menulis. Seperti dalam sebuah kata-kata mutiara yang menyebutkan “berpikirlah sebelum bertindak”. Jika hal tersebut dapat dijadikan habit, maka dapat dipastikan tidak akan ada lagi komentar panas dan menyinggung dalam ranah sosial media.

Jadilah netizen yang baik dan berpikir. Di negara ini, sangat mudah menebar kebencian. tidak hanya dalam bentuk komentar, tapi juga dalam bentuk konten. Seorang tokoh agama atau tokoh masyarakat yang semula memiliki kehidupan yang bagus, yang nyaman, dan tentram, justru terganggu dengan konten-konten hoax yang menebar kebencian kepadanya.

Sebarkanlah kebaikan dan jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Karena sebaik-baiknya seseorang adalah orang yang bermanfaat bagi sesamanya. Tidak melihat dari agama, golongan, dan kultur, semuanya bisa digunakan sebagai sarana untuk menggapai keridhaan Tuhan.

Wallahu A’lam.