3 Kisah Interaksi Nabi Dengan Orang Miskin Yang Ditegur Al-Qur’an

majalahnabawi.com – Allah Swt., memerintahkan manusia untuk berperilaku baik kepada sesamanya, terlebih kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak seberuntung kita. Beberapa kisah di bawah ini menjadi contoh bahwa Allah swt., tidak suka apabila manusia “menyakiti” manusia lainnya.

Kisah Ibnu Umi Maktum

Suatu saat, ketika Nabi Muhammad Saw., sedang berdialog dengan para tentara Quraisy, datanglah Ibnu Umi Maktum; seorang miskin yang buta. Ia melewati para pemuka Quraisy dan duduk di antara mereka. Lalu ia berkata kepada Nabi Saw.: “tolong ajarkan aku sesuatu yang telah Allah ajarkan kepadamu“. Permintaan ini memberatkan Nabi Saw., karena pada saat itu Nabi Saw., merasa sedang melakukan dialog penting dengan para pemuka Quraisy. Nabi Saw., pun berpaling dan tidak menghiraukan permintaan itu. Setidaknya untuk sementara, sampai Nabi Saw., menyelesaikan urusannya dengan para pemuka Quraisy.

Kejadian ini direspon oleh Allah Swt. Allah Swt., menegur Nabi Saw., dengan menurunkan sebuah ayat:

عَبَسَ وَتَوَلّٰىٓۙ اَنْ جَاۤءَهُ الْاَعْمٰىۗ وَمَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّهٗ يَزَّكّٰىٓۙ اَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرٰىۗ

Artinya: Dia (Nabi Muhammad Saw.,) berwajah masam dan berpaling, karena seorang tunanetra (Abdullah bin Umi Maktum) telah datang kepadanya, Tahukah engkau (Nabi Muhammad Saw.,) boleh jadi dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran sehingga pengajaran itu bermanfaat baginya?“. (QS. ‘Abasa: 1-4).

Kisah Pembagian Kelas

Suatu ketika, seorang dari suku Quraisy meminta Nabi Saw., untuk memisahkan antara pengajian mereka dengan pengajian orang fakir. Suku Quraisy merupakan suku yang terpandang di jazirah Arab yang memiliki strata sosial yang tinggi.

Nabi pun terbesit untuk melakukan saran dari orang Quraisy tersebut. Merespon hal ini Allah Swt., menurunkan sebuah ayat sebagai teguran untuk Nabi Saw.:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا

Artinya: Bersabarlah engkau (Nabi Muhammad Saw.) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas.” (QS. Al-Kahf: 28).

Kisah Menegur Pengemis

Suatu hari Utsman datang kepada Nabi Saw., dengan membawa setandan kurma. Ketika Nabi Saw., ingin memakannya, tiba-tiba datanglah seorang pengemis yang berdiri di pintu. Pengemis itu meminta-mita seraya berucap “semoga Allah menyayangi orang yang menyayangiku“. Kemudian Nabi Saw., memberikan kurma-kurma yang baru saja beliau terima dari Utsman.

Melihat hal tersebut, ternyata Utsman keberatan. Utsman ingin kurma itu di makan oleh Nabi Saw. Akhirnya Utsman membeli lagi kurma-kurma itu dari tangan pengemis dengan sejumlah uang. Lalu memberikan lagi kurma itu kepada Nabi Saw.

Namun, pengemis itu terus-menerus meminta. Sampai akhirnya Nabi Saw., pun menegurnya dengan berkata “engkau ini pengemis atau penjual?”

Apa yang dilakukan Nabi Saw., ini langsung mendapat teguran dari Allah Swt. Maka turunlah sebuah ayat:

وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ

Artinya: Terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik.” (QS. Al-Dhuha: 10).

Demikaianlah tiga kisah yang menyadarkan kita untuk berempati kepada siapapun, terlebih kepada orang-orang yang membutuhkan kita. Kisah ini terdapat dalam kitab tafsir Mafatih Al-Ghaib karya Fakhruddin al-Razi ketika ia membahas kandungan surat al-Dhuha.

Waallahu A’lam

Similar Posts