Memahami Asal Makna Tasawuf
Tasawuf tidaklah asing bagi sebagian muslim. Mereka mengartikannya dengan sudut pandang yang berbeda-beda, tergantung dari kitab yang dipelajarinya, sekaligus gurunya.
Ada yang berpendapat bahwa tasawuf itu berasal dari shuf atau kain wol dari rambut domba yang biasa digunakan oleh kaum sufi atau darwis. Selain itu ada pula yang berpendapat bahwa ia berasal dari kata ash-shofa yang berarti jernih, karena intisari tasawuf adalah menjernihkan hati supaya wushul kepada Allah Swt.
Pendapat tentang tasawuf berikut disarikan dari kitab Qowaidut Tashawwuf karangan Imam Zaruq al-Fasi yang bernama lengkap Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Zaruq al-Fasi al-Burnusi yang berasal dari Maroko. Setidaknya pengembalian asal kata tasawuf itu kepada lima kata:
1. Berasal dari (الصوفة), yang berarti bulu domba atau sering disebut ‘wol’. Disebut demikian, karena ketika seorang sufi bersama Allah, bagaikan bulu yang terbuang. Tidak ada yang bisa menahan ketika ia tertiup angin, serta tidak peduli ia diterbangkan.
2. Berasal dari (صوفة القفا), yang berarti bulu tengkuk. Bulu tengkuk adalah bulu yang dikenal kehalusan dan kelembutannya. Maka seorang sufi, diungkap sebagai pribadi yang lembut, rendah dan lemah di hadapan Allah Swt.
3. Berasal dari (الصفة), yang berarti sifat. Secara global mereka memiliki sifat yang terpuji dan meninggalkan sifat yang tercela.
4. Berasal dari (الصفاء), yang berarti jernih. Inilah asal kata yang paling serasi dan cocok. Abul Fattah al-Busthi rahimahullah pun berkata:
تخالف الناس في الصوفي واختلفوا # جهلا وظنّوه مشتقا من الصوفي
ولست أنحل هذا الإسم غير فتى # صافي فصوفي حتّى سمّي الصوفي
Manusia berbeda faham tentang sufi, dan berselisih (karena) tidak mengetahui, disangkanya adalah kata yang musytaq (derivasi, red.) dari kata “shuf” (kain wol)
Dan aku tidak menempatkan nama ini (sufi) kecuali pada seorang yang tulus, maka demikianlah sehingga dinamakan “sufi”.
5. Berasal dari (الصفّة), as-Shuffah atau kumpulan sahabat Nabi yang belajar, i’tikaf, shalat, mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an bersama Nabi di masjid. Dinamakan demikian karena sahabat yang menjadi ahlus shuffah telah ditetapkan oleh Allah melalui firman-Nya:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas (QS al-Kahfi: 28).
Wallahu a’lam.