Catatan Dakwah di Kota “Seribu Sunset” Labuan Bajo
Majalahnabawi.com – ”Sepotong surga yang jatuh ke bumi” kiranya menjadi sebutan yang layak untuk kota “Seribu Sunset” Labuan Bajo. Labuan Bajo yang berada di wilayah administratif Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu dari lima destinasi wisata super premium yang dikembangkan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dengan predikat sebagai destinasi wisata sper premium, tentu keindahan alam dan fasilitas wisata di Labuan Bajo tidak sangatlah berkualitas.
Sosial dan Agama
Di samping destinasi wisatanya yang luar biasa, Labuan Bajo memiliki pesona sosial kemasyarakatan yang tidak kalah menarik. Dalam data statistik demografi, masyarakat Kabupaten Manggarai Barat menganut agama Katolik sebesar 77 %, Islam 21 %, dan sisanya merupakan agama Protestan, Budha, Hindu, hingga Konghucu. Kehidupan sosial-keagamaan di Kabupaten Manggarai Barat, khususnya di wilayah Labuan Bajo terpantau kondusif dan sangat menjunjung tinggi toleransi beragama.
Dalam catatan sejarah, agama Islam di Labuan Bajo tersebar seiring dengan berkuasanya kerajaan Gowa dari Sulawesi ke wilayah Flores pada abad ke-17. Kekuasaan Gowa di Flores kemudian melemah setelah kekalahannya dari VOC, kemudian hadirlah kerajaan Bima menguasai wilayah Labuan Bajo. Dari sejarah Kerajaan Gowa dan Bima ini kita bisa melihat bahwa Islam sudah tersebar lebih dulu di Labuan Bajo dari pada Katolik, namun karena adanya Kristenisasi dari Belanda dan Portugis menjadikan agama Katolik berkembang pesat di Flores, yang kemudian mulai berkembang hingga mendominasi di Labuan Bajo.
Dalam catatan sejarah, agama Islam di Labuan Bajo tersebar seiring dengan berkuasanya kerajaan Gowa dari Sulawesi ke wilayah Flores pada abad ke-17. Kekuasaan Gowa di Flores kemudian melemah setelah kekalahannya dari VOC, kemudian hadirlah kerajaan Bima menguasai wilayah Labuan Bajo. Dari sejarah Kerajaan Gowa dan Bima ini kita bisa melihat bahwa Islam sudah tersebar lebih dulu di Labuan Bajo dari pada Katolik, namun karena adanya Kristenisasi dari Belanda dan Portugis menjadikan agama Katolik berkembang pesat di Flores, yang kemudian mulai berkembang hingga mendominasi di Labuan Bajo.
Umat Islam di Labuan Bajo
Umat Islam sendiri hari ini masih cukup banyak di wilayah Labuan Bajo, kemudian masih banyak yang memegang tradisi adat leluhur dalam menjalani kegiatan sosial-keagamaannya, namun sayangnya lembaga pendidikan Islam seperti Pesantren dan TPA/TPQ/Madrasah masih belum banyak eksis di sini. Seiring berkembangnya Labuan Bajo sebagai destinasi wisata, dan dengan kurangnya lembaga pendidikan Islam seperti Pesantren dan TPA/TPQ/Madrasah, mulai banyak pemahaman-pemahaman yang masuk ke Labuan Bajo, bahkan sampai ada organisasi yang memiliki paham radikal yang ingin mendirikan Negara Islam dengan dasar Syari’at Islam di Labuan Bajo, yang ternyata berafisiliasi dengan organisasi teror dari pemerintah.
Masyarakat mulai sadar akan pentingnya lembaga pendidikan Islam seperti Pesantren dan TPA/TPQ/Madrasah, hal ini kemudian terwujud dengan berdirinya beberapa Pesantren, TPA, hingga Majelis Ta’lim dalam naungan Ormas-ormas Islam di Labuan Bajo. Salah satu Ormas Islam di Labuan Bajo yang menyadari pentingnya meningkatkan wawasan dan keilmuan Islam di Labuan Bajo adalah Nahdlatul Ulama.
Biksah dan Dakwah
Program Biksah Darus-Sunnah yang berawal dari gagasan (alm.) Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. sejak tahun 2010 telah mengirimkan banyak da’i ke wilayah Papua kini telah menginjak babak baru dengan semakin meluasnya cakupan wilayah dakwah hingga ke Poso (Sul-Teng) dan Labuan Bajo (Manggarai Barat, NTT).
Pada hari Jum’at, tanggal 01 September 2023, saya telah sampai di Labuan Bajo untuk melanjtutkan dakwah Pak Kiai di Indonesia Timur ini. Setelah tiga minggu berada di Labuan Bajo, saya telah melihat semangat masyarakat untuk belajar Islam lebih mendalam, khususnya saya melihat semangat yang membara dari kalangan Nahdliyin. Sekretariat PCNU yang sebelumnya hanya menjadi tempat rapat kini berkembang menjadi majelis ilmu. Setiap hari ada adik-adik dan Ibu-ibu yang belajar Iqra dan al-Quran, setiap malam jum’at dilaksanakan istigosah, dan setiap minggu ada pengajian Ibu-ibu Muslimat.
Walau pun masih banyak kekurangan, namun secara perlahan semangat itu semakin besar, dan cahaya Islam di Labuan Bajo semakin Indah, seindah Sunset di Labuan Bajo. Semoga dalam beberapa waktu kedepan PCNU Manggarai Barat bisa mendirikan Pesantren sebagai gerakan dakwah nyata, sehingga kegiatan keagamaan bisa lebih terpusat dan semakin berkembang.