Ibadah Utama menjelang Nisfu Sya’ban

Majalahnabawi.com-Bulan Sya’ban merupakan bulan mulia yang berada antara dua bulan mulia lainnya, yakni Rajab dan Ramadan. Sya’ban adalah bulan ke delapan dalam penanggalan kalender Hijriyah. Keistimewaan bulan ini terletak pada pertengahannya yang jatuh pada tanggal 15 Sya’ban. Pertengahan bulan ini masyhur kita sebut dengan nisfu Sya’ban.

Kaum muslimin menyakini Malam Nisfu Sya’ban sebagai malam pergantian catatan amalan perbuatan manusia. Malaikat Raqib dan Atid menyerahkan catatan amalan tersebut kepada Allah SWT. dan kelak berganti dengan buku catatan amalan yang baru.

Pada malam Nisfu Sya’ban sering kita jumpai ragam amaliah yang lahir dari akar tradisi masyarakat. Seperti orang-orang berkumpul di Masjid untuk melaksanakan sholat maghrib berjamaah, kemudian setelahnya membaca surat yasin sebanyak tiga kali, dilanjutkan dengan memperbanyak istighfar, dan diakhiri dengan do’a Nisfu Sya’ban. Amaliah tersebut semata-mata ikhtiar untuk meraih keutamaan-keutamaan malam Nisfu Sya’ban.

Bacaan Doa Nisfu Sya’ban

Seorang Mufti Betawi Sayyid Utsman bin Yahya, dalam karyanya Kitab Maslakul Akyar halaman 78-80 menulis bacaan do’a malam Nisfu Sya’ban, sebagai berikut.

اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ. 

اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُك الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ

Artinya, “Wahai Tuhanku yang maha pemberi, engkau tidak diberi. Wahai Tuhan pemilik kebesaran dan kemuliaan. Wahai Tuhan pemberi segala kekayaan dan segala nikmat. Tiada tuhan selain Engkau, kekuatan orang-orang yang meminta pertolongan, lindungan orang-orang yang mencari perlindungan, dan tempat aman orang-orang yang takut. Tuhanku, jika Kau mencatatku di sisi-Mu pada Lauh Mahfuzh sebagai orang celaka, sial, atau orang yang sempit rezeki, maka hapuskanlah di Lauh Mahfuzh kecelakaan, kesialan, dan kesempitan rezekiku. Catatlah aku di sisi-Mu sebagai orang yang mujur, murah rezeki, dan taufiq untuk berbuat kebaikan karena Engkau telah berkata–sementara perkataan-Mu adalah benar–di kitabmu yang diturunkan melalui ucapan Rasul utusan-Mu, ‘Allah menghapus dan menetapkan apa yang Ia kehendaki. Di sisi-Nya Lauh Mahfuzh.’ Semoga Allah memberikan shalawat kepada Sayyidina Muhammad SAW dan keluarga beserta para sahabatnya. Segala puji bagi Allah SWT.”

Amalan Rosul Pada Bulan Sya’ban

Selain itu, bulan Sya’ban merupakan bulan yang Rasulullah ﷺ suka. untuk memperbanyak puasa sunnah. Sebagaimana dalam hadis riwayat Aisyah r.a. 

عَنْ عَائِشةَ قالت : لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللّٰهِ صلى الله عليه وسلم في شَهْرٍ مِنَ السَّنَةِ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ في شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

Rasulullah Saw. tidak pernah berpuasa satu bulan dalam satu tahun yang lebih banyak dari puasanya beliau ketika di bulan Sya’ban. Beliau berpuasa di bulan Sya’ban (satu bulan penuh).”  (H.R. an-Nasai No. 2180)

Amaliah Nisfu Sya’ban seringkali ada yang menudingnya sebagai bid’ah. Padahal Q.s. Fathir ayat 10 telah menjadi dalil yang sangat kuat terhadap amaliah tersebut. Selain itu, Abdullah bin Umar meriwayatkan hadis bahwa malam Nisfu Sya’ban adalah malam saat Allah mengampuni dosa-dosa. Rasulallah Saw. bersabda :

يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَ جَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ اِلاَّ اثْنَيْنِ : مُشَاحِنٍ وقَاتِلٍ نَفْسٍ.

“Allah Azza wa Jalla akan mengamati makhluk-Nya pada malam pertengahan bulan Sya’ban. Lalu Dia akan mengampuni dosa hamba-hambaNya itu, kecuali dua orang: yaitu orang yang suka bermusuhan dan yang membunuh seseorang.” (H.R. Ahmad No. 6353)

Wallahu a’lam

Similar Posts