Majalahnabawi.com – Setelah beberapa pekan kami mempelari dan berdiskusi tentang kandungan buku karya Prof. K.H. Ali Mustafa Yaqub, Ma. yang berjudul “Sejarah Dan Metode Dakwah Nabi Saw” hal yang muncul di benak saya adalah buku ini cukup luar biasa membahas tema utamanya, dakwah. Dalam buku itu terdapat susunan dan kerangka praktis dalam berdakwah sesuai tuntunan Rasulullah.

Walaupun buku ini terbit pertama kali pada 1997, akan tetapi masih sangat relevan untuk mendapat kajian atau bahkan sebagai referensi dalam metode dakwah pada masa sekarang ini.

Buku ini membahas sejarah dan metode ala Rasulullah dalam proses dakwahnya, baik itu dakwah secara terang-terangan, sembunyi-sembunyi, dakwah kepada orang yang memiliki derajat yang rendah (budak), dakwah kepada para penguasa dan pendekatan-pendekatan nabi kepada para sahabatnya dalam membangun ukhuwah.

Adapun judul yang menarik perhatian saya pada buku ini, yaitu berkaitan dengan kode etika dakwah Nabi Saw mungkin karena saya berasal dari luar Jawa jadi pikirku hal ini sangat relevan diterapkan di tempat saya yaitu Poso.

Karena dakwah itu merupakan sebuah upaya atau usaha seseorang dalam mengajak orang lain untuk bisa mengikutinya, maka seorang pendakwah itu dituntut untuk memiliki etika-etika yang terpuji dan menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela.

Seorang pendakwah itu menjadi tolak ukur bagi orang lain yang ingin mengikutinya. Oleh sebab itu buku ini memberikan kita beberapa karakteristik seorang dai yang telah dicontohkan oleh Nabi Saw

Pertama, seorang dai itu tidak memisahkan antara perkataan dan perbuatannya. Dengan demikian orang yang ingin mengikutinya tidak merasa kesulitan untuk mempraktikkan hal tersebut dikarenakan dia telah melihat secara langsung hal itu. Hal ini juga berguna menambah keyakinan orang yang mengikutinya untuk selalu mengikuti dakwahnya.

Kedua yaitu tidak diskriminasi kepada orang-orang yang menjadi objek dakwah. Artinya tidak membeda-bedakan antara yang memiliki jabatan dengan yang tidak memiliki jabatan. Dalam pandangan Allah semua hambanya sama, yang membedakan mereka yaitu tingkat ketakwaannya.

Dan yang tidak kalah penting juga yaitu tidak melakukan toleransi akidah. Islam memang menganjurkan kita untuk melakukan toleransi akan tetapi hal ini memiliki batasannya yaitu ketika toleransi itu telah menyentuh masalah akidah, maka hal ini sangat terlarang.