Perumpamaan Kehidupan Dunia
Dunia merupakan tempat yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt. untuk persinggahan manusia.
Manusia menempati bumi ini memang sudah termaktub sejak pertama kali bumi ini tercipta. Ketika Allah Swt berkata kepada malaikat untuk menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Sebagaimana firman-Nya:
وَ إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَن يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَ نَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَ نُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّيْ أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ
Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka: Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau?. Dia berkata: Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Ayat diatas menjelaskan bahwasannya manusia memang diutus kemuka bumi ini untuk menjadi seorang khalifah atau pemimpin. Memberikan manfaat, menciptakan ketenangan dan ketentraman satu dengan yang lainnya.
Secara ilmiah manusia disebut dengan mahkluk sosial yaitu mahkluk yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Maka selayaknya setiap dari manusia harus menumbuhkan rasa kemanusiaan.
Dunia merupakan tempat dimana manusia saling menyapa dan saling memeberikan manfaat. Entah dari harta, ilmu atau dengan kekuatan yang dimiliki oleh manusia tersebut.
Dengan ilmu manusia menjadi mulia, namun tidak semua orang yang memiliki ilmu itu mulia. Tergantung terhadap dirinya, bagaimana cara ia menggunakan ilmunya. Begitu juga dengan harta.
Harta bisa menjadi alat menabung amal kebaikan, jika memang digunakan dengan jalan kebaikan. Namun tidak semua yang berharta bisa menjadikannya ladangan kebaikan. Tidak sedikit dari manusia di dunia ini tergelincir oleh harta, rasa sombong, merendahkan orang lain, bahkan menggunakannya dengan jalan keburukan.
Nabi Saw. Bersabda dalam perumpamaan dunia yang menerangkan tentang karakter manusia yang bertempat tinggal didunia.
قال حدثني أبو كبشة الأنماري أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ .
ثَلاَثَةُ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ وَأُحَدِثُكُمْ حَدِيْثًا فَاحْفَظُوْهُ قَالَ مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ ,وَلَا ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلَمَةٌ فَصَبَرَ عَلَيْهَا إِلّاَ زَادَهُ اللهُ عِزًا . وَلَا فَتَحَ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ إِلَّا فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ ,أَوْ كَلِمَةُ نَحْوَهَا, وَأُحَدِثُكُمْ حَدِيْثًا فَاحْفَظُوْهُ قَالَ إِنَّمَا الدُّنْيَا لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ : عَبْدٌ رَزَقَهُ اللَهُ مَالاً وَعِلْمًا فَهُوَ يَتّقَيِ فِيْهِ رَبَّهُ وَيَصِلُ فَيٍهِ رَحِمَهُ وَيَعْلَمُ للهُ فِيْهِ حَقًا فَهَذَا بِأفْضَلِ المَنَازِلِ . وَعَبْدٌ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقُهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِيَّةِ يَقًوْلُ: لَوُ أَنُ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيّتَهٍ فَأَجْرَهُمَا سَوَاءٌ . وَعَبْدٌ رَزَقَهُ اللهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزَقَهُ عِلْمًا فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمِ لَا يِتَّقِيْ فِيْهِ رَبّهُ ,وَلَا يَصِلُ فِيْهِ رَحِمَهُ وَلَا يَعْلَمُ للهُ فِيْهِ حَقًا فَهَذَا بِأَخْبَثِ المَنَازِلِ . وَعَبْدٌ لَمْ يَرْزُقُهُ اللهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهوَ يَقُوْلُ لَوْ أَنْ لِي مَالًا لَعَمِلْتُ فِيْهِ بِعَمَلٍ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرَهُمَا سَوَاءٌ (قَالَ أَبُوْ عِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
Abu Kabsyah Al Anmari ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Tiga hal, aku bersumpah atasnya dan aku akan mengatakan suatu hal pada kalian, hendaklah kalian menjaganya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Tidaklah harta seorang berkurang karena sedekah, tidaklah seseorang diperlakukan secara lalim lalu ia bersabar melainkan Allah akan menambahkan kemuliaan untuknya dan tidaklah seorang hamba membuka pintu minta-minta melainkan Allah akan membukakan pintu kemiskinan untuknya -atau kalimat sepertinya- dan aku akan mengatakan suatu hal pada kalian, hendaklah kaian menjaganya.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu untuk empat orang;
Pertama, seorang hamba yang dikarunia Allah harta dan ilmu, dengan ilmu ia bertakwa kepada Allah Swt. dan dengan harta ia menyambung silaturrahim dan ia mengetahui Allah Swt. memiliki hak padanya dan ini adalah tingkatan yang paling baik.
Kedua, hamba yang diberi Allah ilmu tapi tidak diberi harta, niatnya tulus. Ia berkata: Andai saja aku memiliki harta niscaya aku akan melakukan seperti amalan si fulan. Maka ia mendapatkan apa yang ia niatkan, pahala mereka berdua sama.
Ketiga, selanjutnya hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu, ia melangkah serampangan tanpa ilmu menggunakan hartanya. Ia tidak takut kepada Rabbinya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahimnya serta tidak mengetahui hak Allah padanya, ini adalah tingkatan terburuk.
Keempat, selanjutnya orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia bekata: Andai aku punya harta tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan si fulan yang serampangan meneglola hartanya, dan niatnya benar, dosa keduanya sama.” Berkata Abu Isa: hadits ini hasan shahih.
Hadis diatas menjelaskan tentang karakter manusia yang berada didunia. Dalam hadis tersebut mencengkup permasalahan Ilmu dan Harta, dimana keduanya merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Ilmu merupakan sesuatu yang seharusnya dimiliki oleh manusia, melalui pembelajaran, diskusi, dan lain sebagainya. Ilmu membawa manusia menuju kepada maqom yang mulia, namun kembali kepada niatnya. Apakah ilmu tersebut untuk memberikan manfaat atau untuk menumbuhkan kesombongan.
Begitu juga dengan harta, manusia juga dapat menabung kebaikan melalui harta dengan cara bersedekah. Diatas sudah dijelaskan pula, bahwa orang yang bersedekah tidak akan mengurangi hartanya sedikitpun. Namun semua ini akan kembali terhadap dirinya, apakah ketika di dunia harta tersebut digunakan untuk menebar kebaikan atau digunakan untuk jalan keburukan.
Seseorang yang diberikan oleh Allah Ilmu dan Harta, lalu ia menggunakannya untuk sebuah kenaikan, kemaslahatan, dan kedamaian, maka dia merupakan orang yang mulia. Dan orang yang hanya diberikan ilmu tanpa harta, namun ia dengan tulus mempunyai niat yang baik, berkata “seandainya aku mempunyai harta seperti dia, maka aku akan melakukan apa yang dia lakukan” maka orang tersebut akan mendapatkan pahala dari niatnya. Maka ketentuan keduanya tergantung bagaimana seseorang tersebut menggunakan karunia yang diberikan oleh Allah Swt.
Namun ternyata tidak semua yang memiliki Harta dapat menabur kebaikan.
Sebab jika hanya memiliki Harta namun tidak memiliki ilmu dapat menjadikan harta tersebut dalam sesuatu kemaksiatan. Jika Harta tersebut untuk menjatuhkan karir orang lain, melakukan kemaksiatan, maka harta tersebut membawa dampak buruk kepada pemiliknya, sebab dengan dia tidak mempunyai ilmu hartanya digunakan untuk sesuatu yang buruk.
Tetaplah menebar kebaikan, dengan ilmu maupun harta. Memberikan bibit kedamaian, menabur pupuk kebahagiaan. Karena setiap manusia berhak memillih, kemana ia melangkah, kemana ia memilih, dan bagaimana dia mengimplemtasikannya.
Semoga setiap karunia yang diberikan oleh Allah Swt kepada kita khususnya, dapat kita jadikan lading kebaikan dan pahala bagi diri kita sendiri.