Kisah Nabi Yusuf A.S. di dalam al-Quran

Al-Quran memuat banyak kisah. Tidak kurang 41 dari 114 surah dinamai berdasarkan kisah yang ada didalamnya. Bahkan surah ke-28 bernama al-Qashash yang artinya kisah-kisah. Ayat-ayat yang memuat kisah jumlahya jauh lebih banyak dibandingkan ayat-ayat tentang akidah dan hukum. Nampaknya, al-Quran ingin menyatakan bahwa bercerita merupakan cara yang efektif untuk menyampaikan ajaran dan peraturan. Kebayakan kisah tersebut disampaikan berulang di beberapa surah, yang memberikan kesan bahwa ajaran agama harus terus menerus dan berulang kali disampaikan agar manusia selalu mengingatnya.

Dari sekian banyak kisah, hanya satu yang diuraikan secara utuh dan urut dalam satu surah, yaitu kisah Nabi Yusuf.

“Sungguh pada kisah Yusuf dan saudara-saudaranya ada ayat (tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang bertanya” (QS. Yusuf ayat 7)

Cobaan Nabi Yusuf A. S.

Pada ayat 4 hingga 42 pada surah Yusuf dikisahkan masa kecil Nabi Yusuf. Beliau diuji dengan saudara-saudara yang iri terhadap dirinya dan sempat berupaya untuk membunuhnya. Diusia yang sangat muda, Nabi Yusuf sudah dipisahkan dari keluarganya. Disaat anak-anak seusianya sedang bermanja dengan ayah dan bundanya, Nabi Yusuf sudah mandiri dan berdikari dengan bekerja dan menjadi hamba sahaya.

Ketampanan Nabi Yusuf membuat jatuh hati banyak perempuan. Dibanyak kesempatan, Nabi Yusuf dirayu dan digoda. Puncaknya, beliau dipaksa berzina oleh majikan perempuannya. Sebagai laki-laki normal, beliau memiliki hasrat kepada majikannya yanng cantik itu (hammat bihi wa hamma biha), namun Allah mengingatkannya bahwa zina perbuatan yang buruk. Dengan sadar, Nabi Yusuf berlari menghindar dari majikannya itu.

Kejadian ini diketahui oleh majikan laki-laki. Singkat kata, setelah dilakukan infestigasi, Nabi Yusuf dinyatakan tidak bersalah. Namun demikian, beliau yang harus menerima hukuman penjara demi menjaga nama baik majikannya. Dalam literatur sejarah, kita dapati bahwaorang besar selalu ditempa dengan ujian dan cobaan yang besar. kemuliaan memang selalu menyertai orang yang menjaga kehormatan dan kebaikan dirinya. Sejarah mencatat bahwa “tradisi” hukum tumpul keatas tajam kebawah sudah ada sejak dahulu kala.

Penjara justru meningkatkan kualitas dan kompetensi diri Nabi Yusuf. Jasad boleh saja dibatasi oleh dinding dan pagar penjara, namun visi dan misi kebaikan harus tetap tumbuh dan berkembang melanglangbuana. Ujian tidak membuatnya galau, justru ibadah dan ilmu pengetahuannya semakin meningkat. Penjara menjadi kawah candera dimuka untuk menyiapkan diri menjadi pemimpin umat manusia.

Nabi Yusuf A. S. Penafsir Mimpi

Keahliannya menafsirkan mimpi yang diasah selama di penjara menjadi kunci baginya untuk keluar dari penjara. Diawali dengan keberhasilannya menafsirkan mimpi dua rekannya di dalam penjara. Nabi Yusuf diminta menafsirkan mimpi raja yang oleh pembantunya diangap hanya sekedar buah mimpi (adghats ahlam) yang tidak bermakna.

“Raja berkata: Sungguh aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus, serta tujuh batang (gandum) yang hijau dan tujuh batang yang kering” (QS. Yusuf ayat 43)”

Ketika seluruh pakar diistana gagal memberikan penjelasan, Nabi Yusuf mampu memberikan penjelasan yang valid dan dapat dimengerti oleh semua orang.

“(Nabi Yusuf) berkata: hendaknya kalian menanam selama tujuh tahun sebagaimana biasanya. Apa yang kalian tuai (panen), hendaknya dibiarkan tetap pada batangnya, kecuali sedikit saja untuk kalian makan. Karena setelah itu akan datang tujuh tahun (paceklik) yang amat menyulitkan yang akan menghabiskan apa-apa yang sebelumnya kalian simpan. Sisakan sedikit simpanan (berupa bibit). Setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberikan curahan hujan dan dimasa itu mereka akan memeras anggur” (QS. Yusuf ayat 47-49)

Tidak perlu menjadi sarjana pertanian atau ahli tata boga untuk mengetahui bahwa nasi akan rusak (menjadi basi) jika dibiarkan selama dua hari. Beras akan apek jika disimpan selama sebulan, sementara gabah bisa bertahan beberpa bulan. Ketika hasil panen masih dalam batangnya, maka kualitasnya akan terjaga bertahun-tahun.

Mengelola Uang ala Nabi Yusuf A. S.

Dalam konteks tafsir maqashidi, penjelasan Nabi Yusuf bisa kita aktualisasikan dan kontekstualisasikan. Ada saat di mana rezeki yang kita terima melimpah, melebihi kebutuhan kita. Sebagian dari kita memiliki kesadaran untuk menabung dan berinvestasi, sementara yang lain sibuk menghabiskannya dalam kemewahan gaya hidup (life style).

Banyak kita dapati orang yang meningkat pendapatannya namun rekening tabungannya tidak bertambah secara signifikan, ia justru sibuk membuat list destinasi wisata yang akan dikunjungi dan gadget mewah yang akan dibeli. Tidak jarang orang yang sangat berkelimpahan harta dimasa mudanya, namun diusia tua ia hidup berkekurangan dan meninggal dunia dalam kemiskinan.

Seseorang memiliki pendapatan satu juta dalam sebulan, ia bisa memenuhi kebutuhannya. setahun kemudian pendapatannya meningkat menjadi tiga juta, maka seharusnya ia bisa menabung. Bukankah hari ini porsi makan kita satu piring, sebagaimana kemarin, dan esok hari juga masih satu piring? Saat pendapatannya lima juta ia sudah memiliki tas, dan saat pendapatannya naik dua kali lipat ia membeli tas bermerek yang harganya sangat mahal padahal tas lamanya belum rusak. Dulu uang satu juta cukup untuk biaya hidup sehari-hari, namun saat pendapatannya melimpah uang sebesar itu bahkan tidak cukup untuk membeli sepasang sepatu untuknya.

Realita yang menyedihkan, ketika pendapatan bertambah maka biaya untuk gaya hidup juga bertambah. Terkadang peningkatan pendapatan terjadi sangat tepat, dan percepatan penigkatan gaya hidup juga akseleratif. Berapa lama peningkatan pendapat itu bertahan? Saat biaya untuk gaya hidupsudah tinggi tiba-tiba terjadi penurunan pendapatan, maka yang terjadi adalah pasak yang lebih besar dari pada tiang. Defisit keuangan sering kali tidak dibarengi dengan kesadaran untuk melakukan penyesuaian (adjusment) pengeluaran, sehingga mengakibatkan kerusakan ekonomi. Sebagaimana kita semua tahu, masalah ekonomi akan memicu keretakan keluarga. Dalam konteks bernegara, Inflasi yang tidak terkendali dan neraca keungan yang defisit akan memicu kerawanan sosial.

Saat musim hujan berlangsung, persediaan air melimpah. Perilaku berhemat air sering ksli diabaikan. Padahal musim hujan berlangsung selama setengah tahun, dan setengah tahun lainnya merupakan musim kemarau. Berapa banyak keluarga yang menyediakan lubang biopori di halaman rumahnya untuk menabung untuk menampung curahan air hujan? Berapa rumah yang tidak menutup perkarangannya dengan adukan semen dan pavin dengan pertimbangan bahwa air hujan yang harus diserap tanah, bukan dialirkan ke parit yang akhirnya di terbuang ke laut?

Dalam konsep tafsir maqashidi, Nabi Yusuf mengajarkan kota manajemen keuangan yang baik. Ada saat rezeki melimpah (yabsuth al-rizq) dan menyempit (yaqdir). Perubahan pendapat bisa terjadi sangat cepat. Kita harus bisa menabung dan berinvestasi saat pendapatan melimpah, dengan keteguhan hati (determinasi) untuk menahan diri dari sikap boros (israf dan tabdzir) mengikuti hawa nafsu. Sehingga saat pendapatan menuru, kita tetap dapat menjalani hidup dengan layak dan berkecukupan.

Jangan lupa, tabungan dan investasi terbaik adalah apa yang kita nikmati dalam jangka panjang. Manusia hidup di dunia selama 60 hingga 70 tahun. Setelah itu ada akhirat yang tidak akan terputus waktunya. Itu artinya saat pendapatan meningkat, kita harus memperbanyak tabungan dan juga sedekah. Karena sedekah adalah investasi hakiki yang akan kita ambil manfaatnya di akhirat nanti.

By Andi Rahman, MA.

Dosen di Darus Sunnah International Institute for Hadith Sciences