Hand drawing illustration of two boys, teenagers. One is asking questions. The other solves problems with smartphone.

Majalahnabawi.com – Fase remaja seringkali menjadikan seseorang merasa telah lebih bebas dan tidak suka terlalu diatur bahkan orang tua mereka sendiri. Kedewasaan menuntut agar seseorang mengerti banyak hal termasuk suatu aturan, sehingga mereka akan menyesuaikan dan membatasinya sendiri. Menjadi manusia pasti memiliki hak dan kewajiban masing-masing, begitu pula dengan peraturan dan larangan. Hampir semua hal itu memiliki aturan tersendiri menurut versi ukurannya.

Hal ini juga berlaku pada agama Islam, yang mana antara tuhan atau Sang Pencipta kepada seluruh hamba-Nya. Disana diajarkan banyak pengetahuan tentang ketuhanan beserta sesuatu yang mencakup keagamaan kepada para pemeluk agama ini, salah satunya untuk melaksanakan ibadah rukun islam yang berulang, yaitu Sholat. Nah, ibadah ini dilakukan berulang kali disela-sela waktu seharian. Namun, justru inilah yang membuat tantangan kuatnya iman seorang pemeluk agama Islam.

Tantangan di Fase Remaja

Mungkin fase remaja pada umumnya itu menempuh pendidikan berlanjut setinggi-tingginya sampai selesai. Sebagai contoh, ketika memasuki dunia perkuliahan rata-rata para remaja berkuliah di luar kota yang jauh dari rumah asalnya. Otomatis mereka menjalani hidup sendiri di perantauan. Mereka jauh sekali dari pengawasan orang tuanya bahkan bisa jadi tidak tahu apapun yang dilakukan anaknya karena tidak bertemu secara langsung.

Mereka hanya bersama dirinya sendiri, maksudnya mereka akan mengatur kehidupan dirinya sendiri ke arah mana, Mereka hanya percaya kepada dirinya sendiri, dan bergantung pada diri sendiri bukan orang lain. Sebab yang akan selalu bersama apapun dimanapun keadaan terjadi hanya dengan dirinya sendiri sehingga itulah yang mengetahui semuanya.

Karena dalam salah satu pendekatan konteks studi islam, yaitu secara pendekatan filosofis bahwasanya pendekatan ini dapat digunakan untuk menggali permasalahan dari akarnya dan metode ini bersifat dasar dengan cara revolusioner dan mendasar sesuai konteks. Dalam hal ini sudah jelas bahwa manusia pasti akan membutuhkan tuhannya. Mereka berdo’a dan meminta kesejahteraan hidupnya masing-masing disamping beribadah itu memang sudah kewajiban. Kemudian ketentraman hati yang dirasakan ketika dekat dengan tuhan menjadi perasaan tersendiri bagi hubungan hamba dengan tuhannya.

Tetapi, kadang kala kesibukan membingungkan hamba dalam menyempatkan beribadah sholat sehingga hal ini bisa saja ditinggalkan. Sebenarnya memang kehidupan manusia pada umumnya pasti memiliki kesibukan masing-masing di lain beribadah. Ada yang ketika masa remaja merantau untuk melanjutkan pendidikan dan ada juga yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan secara agama manusia diciptakan tidak lain hanya untuk beribadah kepada tuhannya. Pada dasarnya tuhan memiliki hak untuk disembah, begitu pula hamba atau manusia sendiri memiliki hak atas kapasitas rezekinya

Alangkah baiknya manusia mensyukuri semua rezeki yang telah diberikan oleh tuhannya dalam bentuk hal apapun. Manusia menjadi bisa menikmati hidupnya dan menjalani kehidupan selanjutnya. Tetapi, terkadang jika terdapat suatu cobaan atau masalah dalam hidupnya, manusia akan teruji keimanannya. Apakah dia tetap patuh kepada tuhannya atau malah imannya berubah kemudian dia menjadi tidak patuh kepada tuhannya. Seharusnya manusia yang percaya Tuhan itu memiliki ketakutan karena kuasa Tuhannya yang berwenang bisa melakukan apa saja terhadap hamba-Nya.