Konsep Catur Piwulang dalam Memanusiakan Manusia Melalui Pendidikan

Majalahnabawi.com – Manusia adalah makhluk ciptaan sang Khalik Allah Swt. yang paling istimewa di  antara makhluk ciptaan Allah Swt yang lain. Manusia Allah ciptakan sebagai makhluk sempurna yang memiliki akal dan nafsu yang makhluk ciptaan Allah lainnya hanya memiliki satu dari dua di antaranya. Dengan kesempurnaan tersebut, uniknya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain dalam menjalani kehidupan di dunia yang kita sebut sebagai makhluk sosial.

Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Makhluk sosial adalah makhluk yang masih membutuhkan komunikasi, interaksi, dan sosialisasi dengan sesama. Implementasinya, sesama manusia harus dapat mengerti, memahami, menghormati, kasih sayang dan toleransi dengan sesamanya karena manusia sejatinya membutuhkan pengakuan dan penghargaan oleh orang lain dan tidak suka diperlakukan semena-mena. Kondisi tersebut kerap kita sebut dengan manusia yang memanusiakan manusia. Dan kondisi tersebut bisa kita capai hanya dengan pendidikan.

Kenyataannya, beberapa masyarakat di Indonesia yang berpendidikan pun rendah akan kemanusiaan. Selaras dengan jurnal yang dikutip oleh Esther Christiana dalam penelitiannya yang mengungkapkan bahwa ada salah seorang dari masyarakat Baduy mengeluarkan ungkapan yang menyatakan bahwa tidak ada keuntungan bersekolah jika anak yang bersekolah hanya menjadikan pribadi pintar namun cenderung membodohi atau menipu orang lain. Ungkapan tersebut menyadarkan generasi bangsa akan arti krusial kata kemanusiaan dalam tujuan sebuah pendidikan.

Alasan masyarakat Baduy menjadi masuk akal apabila benar realisasi tujuan dari pendidikan hanya menjadikan pribadi generasi bangsa yang pintar, kreatif, berpengetahuan, handal bekerja, namun tidak memiliki kemanusiaan pada dirinya sendiri maupun orang lain. Apa gunanya menjadi orang terdidik namun minim kemanusiaan dan hanya menjadi parasit bagi orang lain?

Komponen Utama dalam Sistem Pendidikan

Dewey mengungkapkan pendapatnya tentang pendidikan yang ingin mengedepankan yang utama, yaitu kemanusiaan tidak semata-mata demi masa depan tetapi demi manusia itu sendiri. Pendidikan dan menjadi manusia adalah satu bagian yang tak bisa terpisahkan, terlepas dari apa yang akan menjadi cita-cita atau harapan kita di masa depan. Relevansinya menunjukkan bahwa idealnya, pendidikan berorientasi pada kemanusiaan manusia.

Problemnya, apakah lembaga-lembaga pendidikan telah memberikan fasilitas yang memadai melalui proses pendidikan bagi pengembangan kemanusiaan manusia atau hanya untuk persiapan masa depan. Apabila pendidikan berorientasi pada masa depan akan mendidik manusia pada perburuan yang sangat ketat. Hal ini membuat lembaga pendidikan hanya berorientasi pada masa depan dan terjebak dengan hasil belaka tanpa melihat prosesnya. Seperti layaknya berburu, manusia-manusia yang berburu dengan sangat ketat untuk mendapatkan targetnya. Satu target menjadi buruan puluhan bahkan ratusan manusia.

Dampak Negatif Globalisasi dalam Sistem Pendidikan

Membayangkannya, tentu sangat mengerikan sekali. Manusia hanya melihat target tanpa memperhatikan sesamanya. Sehingga tidak mustahil karena keterdesakannya, manusia memakan sesamanya demi meminimalisir persaingan dan memenangkan perburuan berupa target. Saat mendapatkan targetnya ia memakannya namun karena tidak puas sehingga mulailah kembali mengincar target lain dan mulai berburu dengan taget yang baru. Begitulah proses manusia dalam menghabiskan waktu hidupnya.

Refleksikan kembali, betapa runyam dan tidak tenangnya kehidupan manusia jikalau hal tersebut terjadi. Padahal dalam agama Islam, manusia dan kemanusiaan menjadi perhatian yang krusial dan eksplisit dalam Islam. Tidak ada pembedaan status antara yang kaya atau miskin, tua atau muda, cantik atau jelek dan seterusnya. Semua makhluk ciptaan Allah Swt. sama dalam penciptanya. Hanya saja yang membedakan adalah amal perbuatan manusia ketika di dunia. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Quran surat Al- Isra’ ayat 70 sebagai berikut;

ولقد كرمنا بني ادم وحملناهم فى البر والبحر ورزقناهم من الطيبات وفضلناهم على كثير ممن خلقنا تقضيالا

Artinya: Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.

Penjelasan surat Al- Isra’ ayat 70 mengungkapkan bahwa manusia harus mensyukuri nikmat yang Allah berikan dengan berperilaku baik dan rukun dengan sesama, saling tolong menolong dan gotong royong. Hal tersebut dapat kita lihat pada diri Nabi Muhammad Saw., para sahabat dan filsuf- filsuf Islam terdahulu maupun sekarang.

Konsep Pendidikan Menurut Catur Piwulang Sunan Drajat

Konsep memanusiakan manusia yang dicontohkan oleh filsuf terdahulu salah satunya adalah 4 pengajaran catur piwulang Sunan Drajat yaitu wenehono teken marang wong kang wuto (berikan tongkat pada orang yang buta), wenehono mangan marang wong kang luwe (berikan makan pada orang yang kelaparan), wenehono busono marang wong kang wudho (berikan pakaian pada orang yang telanjang), wenehono iyupan marang wong kang kudanan (berikan peneduh pada orang yang kehujanan).

Penjelasan dari Masing-masing Konsep

Empat pengajaran tersebut sangat relevan dengan konsep memanusiakan manusia. Pertama, wenehono teken marang wong kang wuto (berikan tongkat pada orang yang buta) maksudnya yaitu sebagai manusia harus saling tolong-menolong kepada siapapun terutama kepada orang yang lemah. Sebagai makhluk sosial, manusia harus memiliki responsibilitas yang tinggi dengan sesamanya. Ketika kita senang bagaimana orang di lingkungan kita juga harus senang dan harus berbagi kebahagiaan. Bukan senang di atas penderitaan orang lain. Kedua, adalah wenehono mangan marang wong kang luwe (berikan makan pada orang yang kelaparan), maksudnya adalah sesama manusia harus saling berbagi dengan orang yang membutuhkan, harus mempunyai rasa empati yang tinggi dengan sesama. Jangan foya-foya apalagi pelit dan kikir. Berusaha dermawan dengan memberikan sebagian uang kita kepada yang rendah ekonominya dan bersedekah pada masjid maupun lembaga pendidikan.

Ketiga, wenehono busono marag wong kang wudho (berikan Pakaian pada orang yang telanjang) maksudnya adalah ajari dengan kasih sayang dan tak segan-segan mengingatkan orang yang minim akhlak dan tidak berilmu. Dengan tujuan agar mereka dapat menginspirasi kepada sesamanya dan tidak menjadi virus pada orang lain. Keempat, adalah wenehono iyupan marang wong kang kudanan (berikan peneduh pada orang yang kehujanan) maksudnya adalah sesama manusia hendaknya memberikan perlindungan, pengayoman dan tempat tinggal yang layak serta aman kepada sesama yang tidak mempunyai rumah serta sesama yang sedang terkena musibah baik itu banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus, tsunami maupun kebakaran. Contoh kecil yaitu mempersilahkan masuk ke dalam rumah bagi orang yang sedang kehujanan. Marilah tingkatkan rasa solidaritas yang tinggi dengan sesama sebagai bukti nyata manusia yang tinggi akan jiwa kemanusiaannya.

Dampak Positif dari Empat Konsep Tersebut jika Sudah Teraplikasikan

Keempat ajaran Sunan Drajat atau catur piwulang tersebut seyogyanya sebagai manusia yang membutuhkan manusia serta dibutuhkan oleh manusia harus mengimplementasikannya di kehidupan bermasyarakat sebagai wujud rasa syukur kita diberi kenikmatan dan kesempurnaan oleh Allah Swt. Apabila salah satu atau bahkan semua empat ajaran Sunan Drajat dalam catur piwulang kita aplikasikan maka kehidupan rakyat di Indonesia akan gemah ripah loh jinawi, aman dan sejahtera serta semboyan negara kesatuan republik Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika serta lima dasar negara Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 akan terealisasikan di bumi Indonesia tercinta.

Similar Posts