Idul Adha, kalimat ini terdiri dari dua suku kata, yaitu ied yang artinya hari raya, dan adha yang artinya menyembelih hewan. Jadi Idul Adha adalah hari raya dimana umat muslim berudhiyah (menyembelih hewan), alasan penamaan ini antara lain karena pada waktu itu disyariatkan kepada seluruh umat muslim bagi yang mampu untuk menyembelih binatang berupa hewan kambing, sapi maupun unta sebagai sarana untuk lebih dekat dengan Allah dan sebagai wujud kepatuhan dan ketaatan kepada- Nya. Rasulullah SAW bersabda: “Hari raya fitrah (‘Idul Fitri) adalah pada hari manusia berbuka menyudahi puasa Ramadan. Sedangkan hari raya Adha (‘Idul Adha) adalah pada hari manusia ber-udhiyah (menyembelih hewan)“. (HR. Tirmizi).

Pensyariatan Qurban Bermula di Zaman Nabi Ibrahim

Anjuran untuk melakukan penyembelihan hewan kurban itu bermula pada zaman nabi Ibrahim Alaih As-Salam. Sebagaimana yang telah Allah abadikan dalam al- Qur’an Surat as-Shaffat ayat: 102- 107, dimana pada waktu itu Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putra terkasihnya Isma’il Alaih as- Salam, dan dengan rasa sabar Nabi Isma’il pun menyanggupi perintah Allah sebagai wujud ketaatan dan kepatuhan kepada Allah. Padahal jika dikaji dalam konteks sejarah, peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Allah untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Allah atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintah-Nya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba. Legenda mengharukan ini diabadikan dalam al-Qur’an Surat As-Shaffat ayat 102- 107.

Kisah Penuh Hikmah

Kisah tersebut merupakan potret puncak kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim mencintai Allah melebihi segalanya, termasuk darah dagingnya sendiri. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putra kesayangannya tidak menghalangi ketaatan kepada Allah. Model ketakwaan Nabi Ibrahim ini patut untuk kita teladani.

Kisah di atas menunjukkan betapa pentingnya bagi kaum muslimin yg mampu untuk menyembelih kurban pada saat Idul Adha, sebagai wujud kepatuhan terhadap Allah ta’ala. Dalam al- Qur’an ditegaskan, “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang- orang yang tunduk patuh (kepada Allah)” [QS. Al Hajj : 34]

Dalam sebuah hadis ditegaskan; Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam kead lapang, lalu ia tidak berkurban, 172 janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” [HR. Ahmad dan Ibnu Majah].

Keistimewaan Berkurban

Selain Allah memerintahkan untuk berkurban, Allah juga menyediakan keistimewaan- keistimewaan yang akan diberikan kepada yang melaksanakannya, diantaranya sebagaimana yang telah tertera dalam hadis, Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Kurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan”.

“Mereka menjawab: “Kalau bulu- bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah].

Dalam Hadis lain ditegaskan pula; Dari Aisyah Ra, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya kurban yang lebih disukai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan kurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduk-tanduknya, kuku-kukunya, dan bulu- bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah sebagai kurban- di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” [HR. Ibn Majah dan Imam at-Tirmidzi. At-Tirmidzi menyatakan: Hadits ini adalah Hasan Gharib].

Dengan demikian, setiap muslim yang lapang hendaknya berkurban. Karena telah menjadi kewajiban sebagaimana perintah Allah dalam al-Quran Surat al- Kautsar, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” [QS. Al Kautsar: 2]

Makna Idul Adha

Idul Adha memiliki makna yang penting dalam kehidupan. Makna ini perlu kita renungkan dalam-dalam dan selalu kita kaji ulang agar kita lulus dari berbagai cobaan Allah. Makna Idul Adha tersebut perlunya kesabaran dan keihklasan dalam ketaatan kepada Allah, karena pada hakikatnya setiap rizki yang Allah beri akan diuji. Termasuk harta yang kita miliki, kita harus menyadari kembali bahwa segala nikmat yang diberikan Allah pada hakikatnya adalah sebagai cobaan atau ujian apabila nikmat itu diminta kembali oleh yang memberi, maka manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Hari ini jadi konglomerat, esok bisa jadi melarat dengan hutang bertumpuk jadi karat. Sekarang berkuasa, lusa bisa jadi hina tersia-sia oleh massa. Kemaren jadi kepala kantor dengan mobil Timor, entah kapan, mungkin bisa jadi bahan humor karena naik sepeda bocor. Sedang nikmat yang berupa harta, hendaknya kita ikhlas untuk berinfaq di jalan Allah, seperti untuk ber-udhiyah (berkurban). Wallahu A’lam bi al-Showab.

Image: Sindonews.com