Mengenal Kitab Mafatihul Ghaib Karya Fakhruddin Ar-Razi
www.majalahnabawi.com – Imam Fakhruddin ar-Razi memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Umar ar-Razi. Beliau lahir pada 554 H/ 1150 M., di Ray yang merupakan salah satu kota di Iran dan wafat usia 61 tahun pada tahun 606 H/1210 M., di Herat, Afganistan. Beliau memiliki banyak julukan, di antaranya: Sultanul Mutakallimin, Syaikhul Islam, Abu Abdillah, Fakhruddin dan Abu al-Ma’ali.
Dalam pengembaraan ilmiahnya beliau memiliki banyak guru di antaranya yaitu Dhiyaudin Umar bin al-Hasan (ayahnya), Muhyi al-Sunnah Abi Muhammad al-Baghawiy, Abu al-Qasim al-Aushariy (murid Imam Haramain), al-Kamal al-Sam’ani (Gurunya dalam bidang fikih dan ushul fikih), Majdi al-Jaili (Gurunya dalam bidang Filsafat dan Teologi) dan lain sebagainya. Sedangkan murid dari imam Fakhruddin ar-Razi sendiri berjumlah banyak. Kurang lebih 300 orang, di antaranya: Zainuddin al-Kasysyi, Ibrahim bin Abi Bakr al-Ashbahaniy, dan Tajuddin Al-Arnawiy.
Semasa hidupnya beliau telah menulis banyak karya seperti: Mafatih Al-Ghaib (Tafsir Al-Kabir), Ihkamul Ahkam, Al-Burhan fi Qiraatil Qur’an, Al-Mathalib Al-Aliya, Ibthalul Qiyas, Asrar At-Tanzil wa Anwar Al-Takwil dan lain-lain. Dikatakan karya-karyanya mencapai 200 judul akan tetapi hanya sedikit yang bertahan hingga saat ini.
Sumber Penafsiran
Dalam sumber penafsirannya, tafsir ar-Razi memuat pandangan-pandangan para mufasir, seperti Ibnu Abbas, Ibnu al-Kalabi, Mujahid, Qatadah dan Sa’id bin Zubair. Dalam bidang bahasa, ar-Razi menukil pendapat dari perawi-perawi besar, seperti al-Ashamiy, Abu Ubaidah, dan dari golongan ulama seperti al-Farra, al-Ajjaj, dan al-Mubarrid. Sedangkan dalam bidang tafsir beliau menukil pendapat Muqatil bin Sulaiman al-Marwaziy, Abu Ishaq as-Tsa’labiy, Abu al-Hasan, ‘Ali bin Ahmad al-Wahidi, Ibnu Qutaibah, Muhammad bin Jarir at-Thabari, Abu Bakar al-Baqilani, al-Qaffal as-Syasyi al-kabir, dan Ibnu Urfah. Adapun Ulama Mu’tazilah yang dinukil pendapatnya oleh ar-Razi, di antaranya Abu Muslim al-Isfahaniy, al-Qadiy Abd al-Jabbar, az-Zamakhsyari.
Corak dan Karakteristik
Dalam kitab karangannya, Imam ar-Razi menerapkan ilmu pengetahuan saintis atau tafsir ilmi. Beliau juga menggunakan pendekatan munasabah, yakni menghubungkan suatu ayat dengan ayat lainnya dalam mengungkap makna kandungan Al-Qur’an. Adapun beberapa corak dan ciri penafsiran Imam ar-Razi adalah sebagai berikut:
- Tafsir bercorak ilmi atau saintis adalah kecenderungan menafsirkan Al-Qur’an dengan memfokuskan penafsiran pada kajian bidang ilmu pengetahuan, yakni untuk menjelaskan ayat-ayat yang berkaitan dengan Ilmu dalam Al-Qur’an. Ini merupakan salah satu keistimewaan tafsir ar-Razi, dimana pembahasan tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan keesaan Allah Swt., dikaitkan dengan argumen-argumen rasionalnya. Pada QS. ar-Rahman: 19-20 yang menjelaskan tentang maksud dari Marajal Bahraini, ar-Razi di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Marajal Bahraini mengalir dan bertemu, karena memang secara karakteristik dari air yang berdampingan tidak mungkin tidak bertemu dan tidak bercampur, hanya saja dicegah oleh Allah Swt.
- Corak teologi atau ilmu kalam juga dibahas oleh imam ar-Razi dalam kitabnya. Yang mana beliau mengungkapkan penentangannya terhadap paham Mu’tazilah. Contohnya ketika ar-Razi menafsirkan QS. Fusshilat: 2 yang berkaitan dengan apakah Al-Qur’an itu qadim atau hadis. Beliau memaparkan pendapat golongan Mu’tazilah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu adalah makhluk (hadis) dengan menjelaskan juga apa alasan Mu’tazilah dalam berargumen, hal ini kemudian ditentang oleh beliau.
- Bercorak Falsafi, contohnya pada QS. ad-Dukhan: 17. Ar-Razi menyatakan bahwa fitnah di sini maksudnya adalah Allah Swt., bertindak seperti tindakan orang penguji dengan mengutus seorang Rasul kepada kaumnya. Terlihat dalam tafsirannya dengan jelas bagaimana ia menjelaskan kata fitnah yang digabungkan (muttasil) dengan kata ganti “kami” untuk Allah Swt., yang mengagungkan Dzat-Nya dan dlomir tersebut mengisyaratkan adanya keterlibatan Allah Swt., dalam menguji Fir’aun dan kaumnya.
Metode Penafsiran
Dalam menafsirkan Al-Qur’an, Fakhruddin ar-Razi menggunakan metode tahlili, yakni menafsirkan ayat-ayat suci Al-Qur’an ayat per ayat dan surat demi surat secara berurutan sesuai dengan susunan ayat dan surat dalam Mushaf Utsmani. Tafsir Al-Kabir wa Mafatihul Gaib karya imam Fakhruddin ar-Razi ini termasuk sebagai kitab tafsir ar-ra’yi. Karena menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan metode pendekatan logika.
Bentuk ar-ra’yi yang diterapkan oleh Fakhruddin ar-Razi dalam menafsirkan ayat-ayat suci Al-Qur’an merupakan bagian konsekuensi dari pemahaman intelektualnya yang bukan hanya sebagai ulama tafsir atau fuqaha, namun sebagaimana yang disebutkan sebelumnya ar- Razi juga termasuk seorang teolog dan seorang filosofis.
Meskipun beberapa literatur tentang metode tafsir hampir semua ulama berpendapat bahwa kitab Mafatihul Ghaib termasuk ke dalam tafsir ar-ra’yi. Namun bukan berarti menafikan riwayat atau bil ma’tsur, melainkan didasarkan pada dominannya penggunaan ra’yu. Karena dalam tafsir Fakhruddin Ar-Razi tidak sedikit menggunakan berbagai riwayat yang berkaitan dengan ayat.
Berikut ini merupakan langkah-langkah metode penafsiran ar-Razi dalam menafsirkan Kitab Tafsir Mafatihul Ghaib, di antaranya adalah:
- Al-Razi ketika menafsirkan teks-teks Al-Qur’an terkadang ia memulainya dengan menyebutkan esensi disebutkannya surah ini setelah sebelumnya (Munasabah antara ayat/surah).
- Mengawalinya dengan mengemukakan berbagai macam ragam qira’at.
- Menyebutkan riwayat asbabun nuzul-nya, bila sebuah surat itu memiliki asbabun nuzul. Karena tidak semua ayat atau surah yang ada dalam Al-Qur’an mempunyai asbabun nuzul.
- Menganalisis bahasa secara panjang lebar.
- Menyebutkan nama surah, tempat turun dan jumlah ayatnya.
- Dalam setiap penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, seringkali memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
- Di akhir setiap pembahasan surat yang ditafsirkan, Imam ar-Razi selalu mengatakan “wallahu a’lam“, sekaligus diakhiri dengan shalawat kepada Rasulullah Saw.
Sistematika Penafsiran
Adapun sistematika penulisan tafsir ar-Razy yaitu menyebut nama surat, tempat turunnya, kumpulan ayatnya, kata-perkataan yang terdapat di dalamnya, menyebutkan satu atau beberapa ayat, lalu mengulas munasabah antara satu ayat dengan ayat sesudahnya, sehingga pembaca dapat terfokus pada satu topik tertentu pada kelompok ayat. Namun ar-Razi tidak hanya munasabah antara ayat saja, beliau juga menyebut munasabah antara surat. Setelah itu ar-Razi mulai menjelaskan masalah dan jumlah masalah tersebut. Misalnya ia mengatakan bahwa dalam sebuah ayat Al-Qur’an terdapat beberapa yang jumlahnya mencapai sepuluh atau lebih.
Di beberapa pembahasan, disajikan pula tentang aspek-aspek yang terkait dengan tafsir, seperti bahasa, ushul, fiqh, qira’ah, asbabun nuzul yang terkadang disertakan dengan sanad dan tanpa sanad hadis, kemudian dipaparkan beberapa syi’ir dalam beberapa kesempatan ketika memberikan argumentasi kebahasaan, balaghah maupun lainnya. Sebelum menjelaskan suatu ayat, ar-Razi terlebih dahulu mengungkapkan penafsiran yang bersumber dari Nabi, Sahabat, tabi’in ataupun memaparkan masalah antara nasikh dan mansukh, bahkan jarh wa ta’dil. Kemudian ia menafsirkan ayat disertai argumentasi ilmiyahnya di bidang ilmu pengetahuan, filsafat, ilmu alam maupun yang lainnya.