Majalahnabawi.com – Saba’ merupakan sebuah nama salah satu kabilah Arab al-‘Aribah di negeri Yaman, dan merupakan salah satu moyang bangsa Arab yang memiliki banyak keturunan di jazirah Arab. Kabilah Saba’ adalah nama kakek mereka dari Arab yang bernama Saba’ bin Yasyjub bin Ya’rub bin Qahthan.

Negeri Saba’ merupakan satu dari sekian banyak kisah yang diabadikan di dalam Al-Qur’an yang mengisahkan sebuah negeri yang baik dan makmur.

Negeri Saba’ dalam Kacamata Tafsir

Qatadah dalam tafsir al-Thabari salah seorang ahli tafsir menggambarkan betapa subur dan makmurnya negeri Saba’ dalam tafsirnya:

Apabila seorang wanita berjalan di bawah pepohonan dengan memanggul keranjang di atas kepalanya untuk mewadahi buah-buahan yang berjatuhan, maka keranjang itu penuh tanpa harus susah payah memanjat atau memetiknya.

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (۱۵) فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ (۱٦) ذَٰلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا ۖ وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ (۱۷)

Artinya: “(15) Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. (16) Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (17) Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.”

Dari penggalan ayat di atas, kita bisa melihat bahwa selama kita mensyukuri nikmat Allah dengan melakukan amal shaleh dan berusaha, maka selama itu pula negeri akan tetap baik. Jika negeri sudah aman dan baik, padi di sawah menguning dan yang di ladang akan menghijau. Bunga-bunga bermekaran, tanaman tiba saatnya musim panen. Maka dari penghasilan bumi tumbuhlah kemakmuran. Dengan kemakmuran suatu negeri, semoga semakin bertambah kedekatan kita kepada Sang Pemberi Nikmat, sehingga segala dosa diampuni oleh Allah. Dan apa pun yang kita lakukan, Allah tidaklah dilupakan.

Dalam ayat 15 surah Saba’ Allah memerintahkan agar kaum Saba’ bersyukur atas semua yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Dengan menyadari sumber nikmat Allah Swt, masyarakat Saba’ diminta untuk bertauhid mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. Syukur juga meliputi pemanfaatan sumber daya yang ada untuk melestarikan nikmat dengan cara bekerja keras, menjaga agar nikmat terus mengalir. Masyarakat Saba’ diminta untuk bersyukur dengan menjaga sumber nikmat berupa bendungan, yang mengairi pertanian mereka sebagai sumber kehidupan mereka, tempat memperoleh makanan dan minuman. Namun mereka enggan sehingga akhirnya sedikit demi sedikit terjadi pengikisan pada bendungannya dan akhirnya jebol.

Akibat Tidak Mengindahkan Peringatan Allah

Demikian sunah Allah yang berlaku terhadap kaum-kaum yang menyombongkan diri dan menolak untuk menaati perintah Allah, yaitu bersyukur. Mereka adalah kaum yang membangkang, durhaka dan tidak pernah mengindahkan peringatan dari Tuhannya yaitu untuk menjaga sumber daya alam yang mereka miliki dan tidak berbuat sewenang-wenang. Allah tidak akan pernah mengazab suatu kaum kecuali kaum itu adalah kaum kafir yang mengingkari nikmat yang Allah beri kepada mereka.

Sebuah negara tidak cukup hanya dengan mengurusi masalah-masalah pembangunan ekonomi yang bisa membuat warga negaranya tercukupi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Hal yang juga perlu diperhatikan, bahkan menjadi dasar pembangunan adalah pembangunan spiritual masyarakat, sehingga sampai kepada pemahaman bahwa segala kesejahteraan yang mereka dapatkan adalah karunia Allah. Karena itu, negara harus didesain sebagai perangkat yang bisa mengarahkan warganya untuk juga bisa memahami dari mana mereka berasal dan ke mana akan kembali. Kesadaran itulah yang sering dilupakan oleh para penyelenggara suatu negara.

Merefleksikan Kisah Negeri Saba’ dalam Melestarikan SDA

Kisah-kisah dalam Al-Quran disampaikan untuk menjadi pedoman, pelajaran, dan peringatan bagi manusia agar menjadi renungan. Allah hendak menyeru agar manusia menapaki jalan keimanan yang benar, akhlak mulia dan ilmu bermanfaat. Melalui kisah-kisah itu diharapkan mampu mengubah perilaku manusia menuju ke jalan yang lurus.

Namun, di tengah gemuruh peradaban modern, banyak manusia yang tidak lagi memedulikan nilai penting kisah-kisah dalam Al-Quran. Mereka mengabaikan cerita-cerita Qur’ani yang sarat kebijaksanaan dan keutamaan. Mereka lebih memilih kisah-kisah tentang kebenaran dan kebatilan gubahan manusia, padahal banyak di antara kisah-kisah itu yang salah menuturkan fakta.

Aktivitas melestarikan dan memperbaharui kelestarian alam adalah kewajiban setiap manusia. Tugas ini jelas karena alam sekitar adalah nadi kehidupan manusia. Maka dalam pelestarian alamnya, kita sebagai warga Negara Indonesia dapat mengambil pelajaran berharga dari kisah negeri Saba’. Kondisi sebenarnya hampir relatif sama dengan kaum Saba’. Sebab kita sebagai negeri yang beriklim tropis dan berada dalam lingkar equator sehingga kita mendapat banyak sekali kekayaan alam, seperti halnya negeri Saba’ dahulu. Kebun-kebun di kanan dan kiri tiap tempat di negeri kita, benar-benar membuktikan bahwasanya negeri kita mendapat banyak nikmat dari Allah, bahkan bisa jadi jauh lebih banyak dari nikmat yang diberikan Allah kepada negeri Saba’. Maka sangatlah patut bagi kita untuk mengambil pelajaran berharga dari kisah mereka.

Menjaganya juga sangat penting. Karena bukan tidak mungkin bahwa nantinya kita akan mengalami hal yang sama dengan negeri Saba’ apabila melalaikan masalah menjaga nikmat Allah ini, menjaganya tetap asri dan terjaga dari tangan-tangan jahil manusia akhir-akhir ini. Maka segala tindakan perusakan, pembakaran, perombakan hutan secara berlebihan dan penebangan kayu dari hutan yang tidak terkontrol semestinya menjadi fokus kita dalam menjaga alam ini.