Majalahnabawi.com – Sering kita temukan nama Muhammad bin Sirin dalam kitab-kitab turots, khususnya kitab hadis. Ya, tentu demikian, karena beliau merupakan salah satu perawi hadis dari kalangan tabiin. Bagaimana sosok Muhammad bin Sirin? Mari simak sedikit biografinya.

Abu Bakr Muhammad bin Abu ‘Amrah Sirin al-Basri, mawla Sayyidina Anas bin Malik lahir pada dua tahun akhir masa kekhalifahan Sayyidina Umar bin al-Khattab. Muhammad bin Sirin dilahirkan tahun 33 H/653-4 M, meninggal 110 H/729 M.

Sosok Bapak, Sang Budak dari Pembantunya Rasulullah

Bapaknya Muhammad yaitu Sirin adalah salah satu budak dari daerah Jarjaraya. Tuannya adalah Sayyidina Anas bin Malik, kemudian Sirin memukatabahkan dirinya – membebaskan diri dari perbudakan dengan cara melunasi pembayaran kepada tuan sesuai kesepakatan – seharga 1000 dari hartanya. Lalu Sirin melunasinya sebelum jatuh tempo. Lalu Sayyidina Anas bin Malik mencegahnya untuk mengambil hartanya karena uangnya sirin sudah melimpah dengan sebab berdagang. Sayyidina Anas ibn Malik ingin mewarisi perbudakannya ke anaknya Sirin yaitu Muhammad. Sirin melaporkan hal tersebut kepada Sayyidina Umar dan kemudian Sayyidina Umar memutuskan untuk menyegerakan pelunasan akad mukatabahnya.

Keluarga Perawi

Sirin mempunyai lima anak dan semuanya menjadi perawi hadis, yaitu Muhammad, Anas, Ma’bad, Hafshah, dan Karimah. Tetapi yang terkenal dan banyak muncul dalam sanad hadis adalah Muhammad, Anas, dan Hafshah.

Guru dan Murid

Muhammad bin Sirin meriwayatkan hadis dan mengaji dari Sayyidina Abu Hurairah, Imran bin Hushain, Abdullah bin Abbas, ‘Adi bin Hatim, Abdullah bin Umar, ‘Abidah al-Salmani, Syuraih al-Qadhi, Anas bin Malik, dan lainnya. Murid salah satu tabiin ini antara lain adalah Qatadah, Ayyub, Yunus bin Ubaid, Ibnu Awn, Khalid al-Hadzdza, Hisyam bin Hassan, ‘Auf al-A’rabi, Qurrah bin Khalid, Mahdi bin Maimun, Jarir bin Hazim, Abu Hilal Muhammad bin Sulaim, Yazid bin Ibrahim al-Tustari, ‘Uqbah bin Abdullah al-Asham, Sa’id bin Abi ‘Arubah, Abu Bakr Sulma al-Hudzali, Hayyan bin Husain, Syabib bin Syaibah, Sulaiman bin al-Mughirah, dan Khulaid bin Da’lam.

Penilaian Ulama

Hammad bin Zaid berkata, dari Utsman al-Batti yang telah berkata: Tidak ada yang lebih alim tentang qadha (keputusan fikih) selain Muhammad bin Sirin. Ibnu Yunus berkata: Ibn Sirin lebih cerdas daripada al-Hasan al-Basri dalam beberapa perkara. ‘Awf al-A’rabi berkata: Ibn Sirin termasuk orang yang bagus dan cerdas ilmu faraidh, qadha (keputusan hukum), dan hisab.
Sependek pengetahuan kami, jika dimutlakkan penyebutan kata “Ibnu Sirin atau Muhammad” pada tingkatan tabiin maka yang dimaksud adalah Muhammad bin Sirin karena masyhurnya, kealimannya, dan usianya. Beliau merupakan ahli fikih, ahli hadis dan perawi hadis, dan juga ahli takwil mimpi.

Pesan Muhammad bin Sirin

Beliau pernah berpesan:

إِنَّ هٰذَا الْعِلْمَ دِیْنٌ، فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُوْنَ دِیْنَکُمْ

“Sungguh ilmu ini (ilmu keislaman) adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu (ajaran agama)”


Dari perkataan di atas, intinya adalah kita harus benar dalam mencari guru, khususnya guru ngaji. Di antara pelajaran yang dapat dipetik dari sosoknya adalah tidak gengsi dalam belajar meskipun bukan dari keluarga bangsawan atau tokoh. Belajar dan kesuksesan tidak memandang tingkat sosial. Di mana ada kemauan dan semangat, insya Allah ada jalan kemudahan dan kesuksesan.
Masih banyak lagi pengetahuan tentang Muhammad bin Sirin. Kami hanya sekedar menerjemahkan dan mengambil sedikit dari isi kitab Siyar A’lam al-Nubala. Semoga bermanfaat.
Untuk biografi anak-anaknya Sirin selanjutnya Insya Allah di tulisan berikutnya.

By Faiz Aidin

Dilahirkan tanggal 25 Juni 2000 di Jakarta Barat, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan H. Muharifin dan Hj. Nurhayati, bertempat tinggal di jalan raya Kembangan, Kembangan Utara Rt 09/02 No. 83 Gang H. Naim, Kembangan, Jakarta Barat. Mahasantri Darus-Sunnah angkatan Auliya dan mahasiswa PAI FITK UIN Jakarta.