Majalahnabawi.comMewarisi spirit Nabi dalam mendidik bukan hal yang enteng, maka tak benar jika ada soerang pendidik yang mengentengkan jabatan pendidik ini.

Seorang teladan, tindak tanduk Nabi Muhammad ﷺ dalam menjalani hidup dapat dijadikan sebuah kompas yang dapat menjadi penuntun arah. Sosok seorang pemimpin dambaan, suami panutan, ahli siasat guna mewujudkan kedamaian.

Luar biasanya lagi, beliau adalah sosok pendidik yang ideal sebagai sumber keilmuan. Fuad bin Abdul Aziz al-Syalhub bahkan membuat karangan khusus tentang prinsip dan metode Nabi Muhammad ﷺ sebagai pendidik ideal, ia beri judul al-Mu’allim al-Awwal ﷺ.

Ada ragam istilah yang dapat mencerminkan sosok Nabi, di antaranya: murabbi, mu’allim, mudabbir, dan mursyid.

Dalam kesempatan ini kita akan menggarisbawahi pada istilah mu’allim.

Mu’allim adalah orang yang mampu untuk merekonstruksi bangunan ilmu secara sistematis dalam pemikiran peserta didik dalam bentuk ide, wawasan, kecakapan, dan sebagainya yang ada kaitannya dengan hakikat sesuatu. Mu’allim pula adalah sosok yang memiliki kemampuan unggul dibandingkan dengan peserta didik yang dengannya ia dipercaya menghantarkan peserta didik ke arah kesempurnaan dan kemandirian (Samsul Nizar, 2018).

Pendidik dalam Hadis

Selanjutnya penulis akan menggunakan kata pendidik sebagai kata ganti dari mu’allim, karena pendidik lebih luas maknanya dari pengajar.

Ada dua buah hadis yang penulis ingin tampilkan bekaitan langsung pada term pendidik.

عَنْ أَبِيْ أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ: ذُكِرَ لِرَسُوْلِ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ، أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ. فَقَالَ رَسُوْلُ ﷺ: فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِيْ عَلَى أَدْنَاكُمْ. ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ ﷺ: إِنَّ اللّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرَضِيْنَ حَتَى النَّمْلَةَ فِيْ جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوْتَ لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِمِي النَّاسَ الْخَيْرَ. (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ)

Dari Abu Umamah al-Bahili ra. ia berkata: Dua orang disebutkan di sisi Rasulullah ﷺ, salah seorang adalah ahli ibadah dan yang lain seorang yang berilmu. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: “Keutamaan seorang alim dari seorang abid seperti keutamaanku dari orang yang paling rendah di antara kalian.” Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: “Sesungguhnya Allah, Malaikat-Nya serta penduduk langit dan bumi bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia”. (HR. al-Tirmizi)

عَنْ عَبْدِ اللّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صَلَى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّ اللّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوْسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama (pendidik) hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. al-Bukhari)

Tugas Pendidik

Berdasarkan penelaahan terhadap hadis di atas, seorang pendidik memiliki tugas untuk mencerahkan kehidupan umat dari kejahilan, menjadi tempat mengadu berbagai permasalahan, mengajarkan serta mengamalkan ilmunya kepada umat, meluruskan pemimpin bila salah serta memberikan masukan dalam mengelola suatu problematika.

Dalam wacana pendidikan kreatif, pendidikan pada hakikatnya berusaha untuk mengeluarkan segala kemampuan terpendam yang dimiliki peserta didik. Bukan malah menganggap mereka adalah kertas putih sebagaimana teori tabularasa. Maka pendidikan perlu untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Dahulu berkuda dan memanah adalah jenis olahraga yang sesuai dengan sikon sosial zaman Nabi. Saat ini olahraga seperti bola kaki, badminton dan lain sebagainya ialah cerminan yang sama akan esensi yang dituju dari olahraga. Begitupula dengan olah jiwa dan olah akal yang keduanya ini tak kalah penting untuk diajarkan. Kita semua adalah pendidik, minimal terhadap diri sendiri.

Mewarisi spirit Nabi dalam mendidik bukan hal yang enteng, maka tak benar jika ada soerang pendidik yang mengentengkan jabatan pendidik ini. Ada semacam algoritma permasalahan yang akan dan selalu muncul. Namun, dalam disiplin positif, solusilah yang selalu dicari, memang sulit untuk dijalani, hanya untuk pendidik yang berani.

By Mifta Dwi Kardo

Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences.