Majalahnabawi.com – Dalam memahami keilmuan dan pemikiran ada dua aliran modern, yaitu orientalisme dan oksidentalisme. Siapakah dua kelompok tersebut? Berikut penjelasannya.

Definisi Orientalisme

Orientalisme berasal dari kata latin “oriens” yang berarti the rising of the sun (terbit matahari), the eastern part of the world (belahan dunia timur).

Secara epistemologi, orientalisme adalah merepresentasikan cara berpikir dan epistemologi (asal-usul dan sumber pengetahuan) Barat tentang dunia Timur. Dalam hal ini orientalisme bergerak dalam bidang sains-sosial-humaniora seperti kajian sejarah, seni, sastra, geografi, dan budaya mengenai dunia Timur. 

Sejarah Orientalisme

Orientalisme lahir dengan adanya usaha penjelajahan Barat terhadap wilayah-wilayah yang berada di Timur, dengan tujuan awal untuk kepentingan ekonomi dalam perspektif non-akademik. Jika ditinjau dari perspektif pengetahuan, ini merupakan salah satu tujuan penting bagi Barat untuk mengetahui lebih jauh perihal Timur seperti Budaya, sosial, politik, dan ekonomi.

Latar belakang munculnya Orientalisme adalah perbenturan antara Islam dan Kristen di Andalusia dan Silsilia, dan kekalahan Kristen pada perang Salib menjadi motivasi terbesar bagi bangsa Eropa Kristen untuk mempelajari lebih jauh Islam khususnya bagian Timur.

Tujuan Orientalis Mempelajari Islam

  • Membuat keraguan terhadap keabsahan al-Quran sebagai firman Allah. Para Orientalis mengatakan tentang humanismenya al-Quran sehingga mereka berkesimpulan bahwa ia bukan besumber dari Allah, tapi merupakan ungkapan tentang lingkungan Arab yang seorang Rasul karang.
  • Membuat keraguan terhadap kebenaran ajaran Nabi Muhammad. Upaya peraguan yang mereka lakukan mencakup masalah keabsahan hadis-hadis Nabi Muhammad, mereka mencari-cari alasan bahwa hadis Rasulullah mengandung dusta tanpa menghiraukan usaha keras yang ulama-ulama kita lakukan dalam menyeleksi hadis-hadis yang sahih atau tidak.
  • Membuat keraguan terhadap urgensi bahasa Arab sebagai bahasa yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Tidak hayal lagi, bahwa bahasa Arab termasuk salah satu bahasa dunia yang paling kaya kosa katanya, istilah-istilah di dalamnya, dan ia mampu berjalan seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
  • Membuat keraguan terhadap nilai fikih Islami yang asasi. Para orientalis benar-benar membuat kekeliruan ketika menelaah tentang kebebasan undang-undang fikih tersebut. jadi mereka langsung saja menduga bahwa fikih yang luar biasa ini bersumber dari undang-undang Romawi (Eropa).

al-Quran dalam Pandangan Orientalisme

1. Kebencian terhadap al-Quran

2. Asumsi Orientalis dari generasi ke generasi adalah bahwa al-Quran bukan firman Tuhan melainkan Karangan Muhammad

3. Mereka menganggap al-Quran bukan kalam Ilahi

4. mereka menjadikan Bibel sebagai tolak ukur untuk menilai Quran. Menurut penilaian mereka, jika isi al-Quran bertentangan dengan kandungan Bibel, maka al-Quran yang salah.