Majalahnabawi.com – Hadis ini menjelaskan seputar tetangga dan tamu.

بسم الله الرحمن الرحيم

عن أبي هريرة رضي الله عنه أنّ رسول اللهِ صلّ اللهُ عليه و سلّم قال: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ اللآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أوْ لِيَصْمُتْ, وَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ, وَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ. (رواه البخاري و مسلم)

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berbicara baik atau diam. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia memuliakan tamunya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Penjelasan Hadis

Dalam hadis ini secara tekstual membahas tentang orang yang beriman. Namun, maksud hadis ini adalah barang siapa yang berkeinginan sempurna imannya. Maka isi hadis ini sebenarnya anjuran atau tips agar kita sebagai umat Nabi Muhammad dapat meningkatkan kesempurnaan iman. Dapat kita sebut pula objek iman di atas mencakup hari akhir. Hari akhir adalah hari kiamat, hari kebangkitan dan pembalasan. Hari kiamat disebutkan secara khusus tanpa menyebutkan objek iman lainnya seperti kenabian Muhammad, Kitab yang empat, dan seterusnya. Hal itu berkaitan bahwa meyakini keberadaan hari kiamat sangat sulit. Karena itu semacam ramalan masa depan yang tidak dapat kita buktikan secara rasional.

Tips Menyempurnakan Iman Ala Hadis

Hadis tersebut memberikan tiga tips yang perlu diterapkan agar seseorang bisa menyempurnakan iman:

Pertama. Berkata kebaikan atau diam. Berkata kebaikan di sini mencakup ucapan berpahala seperti dzikir, membaca Al-Quran, pendidikan, dan lain-lain. Diam memiliki makna lebih luas, mencakup diam dalam artian tidak berkata, tidak melakukan keharaman dan kemakruhan. Artinya, diam bukan hanya mengacu kepada pasifnya kegiatan mulut, namun lebih luas lagi menahan anggota badan dari seluruh kesia-siaan. Diterangkan bahwa kesia-siaan bukan hanya kemakruhan atau keharaman. Ia mencakup juga perkara mubah dengan sudut pandang membuang-buang waktu sehingga rugi jika tidak kita isi dengan hal bermanfaat.

Kedua. Memuliakan tetangga. Sebelumnya, perlu kita tahu siapa saja yang masuk kategori tetangga. Tetangga adalah mereka yang bertempat tinggal di sekitar rumah kita. Yakni mereka yang rumahnya berdempetan, bersebrangan, dan empat puluh rumah dari berbagai sisi (depan, belakang, kanan, kiri) rumah.

Sebagian ulama menyebutkan kebaikan untuk tetangga itu ada pada empat perkara. Menolong tetangga dengan apa yang kita mampu, tidak makan sesuatu milik tetangga, menahan diri mengganggu tetangga, sabar atas apa yang tetangga lakukan. Sejalan dengan hadis yang diriwayatkan Mu’awiyah ra. di dalam Kitab al-Jawahirul-Lu’luiyah: 169.

Ketiga. Memuliakan tamu. Baik satu atau lebih, kaya atau miskin. Memuliakan tamu caranya adalah memasang wajah gembira, mengobrol dengan suka-ria, menghamparkan alas untuk duduk (bisa kursi atau karpet), memberikannya hidangan sesuai kondisi kemampuan, kemudian melepas perpisahan dengan kelembutan.

Hadis yang Berkenaan dengan Akhlak

Hadis ini adalah hadis yang begitu urgent, di mana terdapat nilai-nilai adab baik. Bahkan, dapat kita katakan bahwa hadis ini merupakan separuh Islam. Dapat kita pandang juga bahwa hukum Islam terbagi dua, adakalanya berkenaan dengan hak dan adakalanya berkenaan dengan akhlak. Hadis ini berkenaan dengan yang kedua, akhlak. Karena inti daripada hadis di atas bahwa siapa saja yang ingin kesempurnaan iman ia harus bersifat kasih-sayang terhadap seluruh makhluk dengan perkataan baik, meninggalkan keburukan, mengerjakan kebaikan dan manfaat, meninggalkan sesuatu yang mudharat.