Resensi Kitab Taisir Musthalah Hadis

majalahnabawi.com – Syekh Dr. Mahmud Thahan adalah salah seorang dosen yang mengajar mata kuliah ilmu Hadis di Fakultas Syariah, Universitas Islam Madinah. Kitab yang beliau tulis ini bermula dari “keresahan” beliau ketika melihat para mahasiswanya mengalami kesulitan dalam memahami beberapa kitab ilmu hadis.

Di antaranya; kitab Muqaddimah Ibn Shalah dan kitab Taqrib al-Nawawi karya Imam al-Nawawi. Kedua kitab tersebut memang terbilang cukup sulit untuk dipahami karena bahasanya yang tinggi. Pun beberapa kesulitan lainnya, dalam kitab Muqaddimah Ibn Shalah misalnya, sebagian pembahasannya terlalu panjang.

Sedangkan dalam kitab Taqrib al-Nawawi, sebagian pembahasannya justru terlalu ringkas. Beberapa bab juga tidak disertai dengan definisi, contoh, faidah, dan nama-nama kitab terkait sebagai pendukung untuk dipelajari. “Keresahan” tersebut akhirnya melahirkan suatu inovasi untuk menyusun sebuah kitab yang beliau namai dengan “Taisir Musthalah al- Hadits”.

Kelebihan Kitabnya

Kitab yang dirilis pertama kali pada tahun 1977 ini memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri karena disusun secara detail, sistematis dan berurutan. Hal tersebut dapat dilihat dari pembagian pada tiap bab menjadi beberapa sub bab, yang mana pada setiap sub bab disajikan definisi dari segi etimologi dan terminologi, syarat dan hukumnya, contoh, dan diakhiri dengan jenis atau pembagian dari sub bab tersebut.

Pilihan bahasa yang digunakan juga begitu sederhana, ringan, singkat, padat, dan jelas sehingga mudah untuk dicerna dan dipahami oleh para pembaca. Maka layak dan wajar jika kitab tersebut menjadi salah satu kitab ilmu hadis yang demikian populer, bahkan di beberapa pesantren di Indonesia kitab tersebut wajib untuk dipelajari. Namun bukan berarti hanya dipelajari oleh kalangan akademisi pesantren saja, tapi kitab tersebut juga dipelajari oleh para siswa, mahasiswa, atau siapa saja yang ingin menggeluti ilmu hadis.

Bab dan Topiknya

Kitab setebal 179 halaman ini memiliki empat bab utama yang mana setiap bab memiliki topik tersendiri. Empat bab beserta topik tersebut, yaitu:

Bab I: Khabar

Topik pertama membahas pembagian khabar, dilihat dari sisi sampainya kepada kita. Seperti khabar Mutawatir dan khabar Ahad.

Topik kedua membahas mengenai khabar yang dapat diterima, mulai dari sebab diterimanya khabar tersebut sampai pada jenis-jenisnya.

Topik ketiga berisi tentang khabar yang ditolak; sebab ditolak dan jenis-jenisnya. Topik keempat membahas tentang khabar yang bercampur; antara dapat diterima atau ditolak.

Bab II-III dan Topiknya

Bab II: Sifat orang yang diterima riwayatnya dan kaitannya dengan Jarh wa Ta’dil. Maksudnya adalah penilaian para ulama hadis terhadap para periwayat yang nantinya berimbas pada diterima atau ditolaknya suatu hadis.

Topik pertama membahas tentang periwayat dan syarat-syarat diterimanya. Topik kedua mengenai kitab-kitab yang membahas tentang Jarh wa Ta’dil. Seperti kitab Tarikh al-Kabir karya Imam al-Bukhari, al-Jarh wa al-Ta’dil karya Imam Ibnu Abi Hatim, dan kitab-kitab lainnya.

Topik terakhir membahas tingkatan Jarh Wa Ta’dil.

Bab III: Adab periwayatan hadis dan cara menjaganya

Topik pertama membahas tentang tata cara menjaga riwayat dan metode penerimaannya. Seperti mendengar atau membacakan hadis dari dan kepada guru, melalui ijazah, tulisan dan lain sebagainya.

Topik kedua membahas mengenai adab periwayatan hadis. Maksudnya, adab yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru dan pelajar hadis.

Bab IV: Seputar Sanad

Topik pertama membahas mengenai jenis-jenis sanad, seperti sanad ‘Aliy, Nazil, dan lain sebagainya.

Topik terakhir membahas tentang para perawi hadits, mulai dari kalangan sahabat Nabi Saw hingga kalangan Tabi’in (generasi setelah sahabat).

Kekurangannya

Sayangnya kitab ini tidak dilengkapi dengan biografi penulis. Kebanyakan orang mungkin tidak peduli, apalagi mempermasalahkannya. Namun, bagi sebagian orang mengetahui biografi penulis buku yang mereka baca secara lengkap adalah kepuasan tersendiri, terlebih jika disertai dengan daftar buku karya penulis, prestasi, rihlah ilmiah dan lain sebagainya.

Beberapa pembahasan juga sebaiknya menggunakan tabel agar lebih mudah dan sistematis. Tabel tersebut dapat berisi negara asal, tahun wafat, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan para periwayat. Misalnya saja pada pada halaman 153 mengenai orang yang paling banyak meriwayatkan hadis beserta jumlah hadis yang diriwayatkan olehnya, atau pada Tarikh al-Wafayat (informasi mengenai tahun wafat) Imam Mazhab halaman 171, mungkin akan lebih menarik dan memudahkan para pembaca untuk menghafal jika disajikan dalam bentuk tabel. Terakhir, kitab ini kurang cocok untuk para pembaca yang menyukai tipe teks narasi deskriptif.

Resensi kitab Taisir Musthalah al-Hadits, cetakan Markaz al-Madani li al-Dirasat, tahun terbit 1416H/ 1995 M.

Similar Posts