Majalahnabawi.com – Salat khauf dapat dilaksanakan dengan tiga cara:

Pertama

Bila musuh berada tidak pada arah kiblat, maka imam membagi pasukan menjadi dua kelompok, satu kelompok berdiri menghadap dan mengawasi  musuh, dan kelompok yang satunya berada di belakangnya kemudian ia salat bersama kelompok yang ada di belakangnya sebanyak satu rakaat, kemudian kelompok tersebut menyempurnakan salatnya bagi diri mereka sendiri dan setelah selesai mereka menghadap ke arah musuh. Lalu datanglah kelompok yang tadi menghadap ke arah musuh kemudian kelompok tersebut salat bersamanya sebanyak satu rakaat dan menyempurnakan salat bagi diri mereka masing – masing kemudian imam salam bersama mereka.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits dari Sholih bin Khowwat:

عَمَّنْ شَهِدَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

يَوْمَ ذَاتِ الرِّقَاعِ صَلَّى صَلَاةَ الْخَوْفِ أَنَّ طَائِفَةً صَفَّتْ مَعَهُ وَطَائِفَةٌ وِجَاهَ الْعَدُوِّ فَصَلَّى بِالَّتِي مَعَهُ رَكْعَةً ثُمَّ ثَبَتَ قَائِمًا وَأَتَمُّوا لِأَنْفُسِهِمْ ثُمَّ انْصَرَفُوا فَصَفُّوا وِجَ الْعَدُوِّ وَجَاءَتْ الطَّائِفَةُ الْأُخْرَى فَصَلَّى بِهِمْ الرَّكْعَةَ الَّتِي بَقِيَتْ مِنْ صَلَاتِهِ ثُمَّ ثَبَتَ جَالِسًا وَأَتَمُّوا لِأَنْفُسِهِمْ ثُمَّ سَلَّمَ بِهِمْ

“Dari orang yang menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan salat khauf saat perang Dzatur Riqa’, bahwa sekelompok pasukan berbaris dalam saf bersama beliau, sedangkan kelompok lain berjaga-jaga menghadap musuh. Beliau lalu salat beserta kelompok pertama satu rakaat, beliau tetap berdiri sementara kelompok tersebut menyelesaikan salat mereka masing-masing, setelah itu mereka beranjak dan berjaga-jaga menghadap musuh (menggantikan kelompok kedua). Kemudian datang kelompok lain yang semula berjaga-jaga lalu salat satu rakaat bersama beliau dari salat beliau yang masih kurang, kemudian beliau duduk. Sedangkan kelompok kedua, menyelesaikan kekurangan rakaat mereka masing-masing, setelah itu beliau salam bersama mereka.”

Kedua

Bila musuh berada di arah kiblat. Maka imam membagi mereka menjadi dua saf dan bertakbir bersama mereka. Bila imam sujud maka saf pertama ikut sujud sementara saf yang lain menjaga mereka. Bila imam telah bangkit saf kedua bersujud dan menyusul imam.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata:

قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ فَكَبَّرَ وَكَبَّرُوا مَعَهُ وَرَكَعَ وَرَكَعَ نَاسٌ مِنْهُمْ مَعَهُ ثُمَّ سَجَدَ وَسَجَدُوا مَعَهُ ثُمَّ قَامَ لِلثَّانِيَةِ فَقَامَ الَّذِينَ سَجَدُوا وَحَرَسُوا إِخْوَانَهُمْ وَأَتَتْ الطَّائِفَةُ الْأُخْرَى فَرَكَعُوا وَسَجَدُوا مَعَهُ وَالنَّاسُ كُلُّهُمْ فِي صَلَاةٍ وَلَكِنْ يَحْرُسُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan salat dan diikuti sekelompok orang bersamanya. Beliau lalu bertakbir dan mereka pun bertakbir bersama beliau. Kemudian beliau rukuk dan orang-orang yang bersamanya ikut rukuk. Lalu beliau sujud dan orang-orang yang bersamanyanya pun sujud. Kemudian beliau berdiri untuk rakaat kedua, maka orang-orang yang sujud bersama beliau berdiri dan berjaga-jaga untuk saudara mereka. Kemudian datanglah sekelompok yang lain (yang sebelumnya berjaga dan belum salat), mereka lalu rukuk dan sujud bersama beliau. Dan masing-masing orang melanjutkan salat mereka namun dengan tetap berjaga-jaga satu sama lain.”

Ketiga

Bila dalam keadaan sangat takut dan perang sedang berkecamuk, maka salat dengan cara yang memungkinkan baik berjalan ataupun berkendara dengan menghadap kiblat ataupun tidak menghadap kiblat.

Allah ta’ala berfirman:

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ * فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالًا أَوْ رُكْبَانًا ۖ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَمَا عَلَّمَكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُون

“Peliharalah semua salat dan salat wustha. Dan laksanakanlah (salat) karena Allah dengan khusyuk. Jika kamu takut (ada bahaya), salatlah sambil berjalan kaki atau berkendaraan. Kemudian apabila telah aman, maka ingatlah Allah (salatlah), sebagaimana Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang tidak kamu ketahui.” QS. Al-Baqarah: 238-239.

Shalat wustha adalah salat ashar.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dalam menggambarkan tata cara salat khauf:

فَإِنْ كَانَ خَوْفٌ هُوَ أَشَدَّ مِنْ ذَلِكَ صَلَّوْا رِجَالًا قِيَامًا عَلَى أَقْدَامِهِمْ أَوْ رُكْبَانًا مُسْتَقْبِلِي الْقِبْلَةِ أَوْ غَيْرَ مُسْتَقْبِلِيهَا قَالَ مَالِكٌ قَالَ نَافِعٌ لَا أُرَى عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ ذَكَرَ ذَلِكَ إِلَّا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Jika keadaan lebih menakutkan daripada itu, mereka salat dengan berjalan kaki atau dengan menunggangi tunggangan, baik menghadap qiblat atau tidak.” Malik berkata, Nafi’ berkata; “Saya tidak melihat Abdullah bin Umar menceritakannya melainkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”

Wallahu ‘alam bi as-shawab.

By Thoha Abil Qasim

Mahasantri Ma'had Aly Situbondo