majalahnabawi.com – Sejarah munculnya sekularisme, tentunya tak bisa lepas dari sejarah panjang agama Kristen dan Barat. Menurut para ahli sejarah, bahwasanya Eropa Barat telah mengalami sekularisasi sejak 250 tahun terkahir. Sekularisasi di Barat, seperti diakui oleh banyak pakar sejarah, sebenarnya bertolak dari ajaran Kristen sendiri. Salah satu bunyi ayat yang menunjukkan hal itu adalah apa yang ada dalam Gospel Matius XXII :21 yang berbunyi “urusan kaisar serahkan saja pada Kaisar, dan urusan Tuhan serahkan kepada Tuhan.”

Hal serupa juga sama seperti yang diungkapkan oleh Bernar Lewis, ia mengatakan, “sejak awal mula, kaum Kristen diajarkan baik dalam persepsi maupun praktis untuk memisahkan antara Tuhan dan kaisar dan dipahamkan tentang adanya kewajiban yang berbeda antara keduanya.” Dari perkataan Lewis ini dapat kita simpulkan bahwasanya dalam ajaran Kristen sudah ada pendikotomian antara agama dan negara/ dunia. Namun hal yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apa sebab yang melatarbelakangi sekularisme tersebut
di Dunia Barat?.

Pertanyaan mengenai apa alasan yang kemudian melatarbelakangi sekularisme di Barat adalah setidaknya tercakup dalam tiga alasan/ faktor. Pertama, Trauma sejarah, khususnya yang berkaitan langsung dengan dominasi agama Kristen. Kedua, Problem teks Bible. Ketiga, problem teologis Kristen. Pada dasarnya ketiga poin tersebut adalah saling berkaitan satu sama lainnya, maka tak aneh jika selanjutnya orang-orang Barat menjadi sekuler-liberal.

a. Trauma Sejarah

Sejarah Kristen, hakikatnya telah banyak melalui lika-liku yang sangat sulit dalam melewatinya, karena banyak diwarnai oleh perpecahan dan kekafiran, dan berujung pada konflik antar kelompok. Hal ini bermula dari perpecahan antara gereja konstantinopel, Antioch, dan Alexandria, antara Kristen Katholik dan protestan. Dari sini, muncullah pemikiran bahwa cara untuk menyudahi berbagai macam konflik ini adalah dengan cara menghilangkan peran gereja dalam mengatur politik.

Seiring waktu berjalan, peradaban Barat mengalami apa yang mereka sebut sebagai kemunduran atau kehancuran yang terjadi pada “zaman kegelapan” (The dark ages). Hal ini terjadi tepatnya saat Imperium Romawi Barat runtuh pada tahun 476, dan dimulailah fase kehidupan baru Barat, yang ditandai dengan munculnya gereja Kristen sebagai institusi Yang dominan dalam masyarakat Kristen dan Eropa Barat sampai datangnya masa Renaissance sekitar abad ke-14. Pada zaman ini gereja seolah memegang kekuasaan mutlak, untuk mengatur kehidupan orang-orang Barat saat itu. Mereka mengklaim sebagai wakil Tuhan di muka bumi, yang mengatur kehidupan manusia, hingga kekuasaan gereja pada saat itu sangat besar.

Trauma sejarah yang terjadi pada masa ini adalah ketika Gereja memegang penuh Kekuasaan, mereka menghegemoni kehidupan masyarakat, yang pada akhirnya melakukan banyak penyimpangan-penyimpangan. Berawal pada abad pertengahan, gereja melakukan
pembentukan institusi kepausan yang terorganisasi, yang dikenal dengan istilah “The Great“. Pada zaman ini sering terjadi perselisihan antara para pemuka Gereja dengan para raja di Eropa. Contohnya seperti kasus perselisihan antara paus Gregory dan raja Henry, Yang mana awal mula perselisihannya disebabkan ada larangan raja untuk ikut campur dalam pengangkatan pejabat gereja.

Sejarah Gereja dan Kejahatannya

Pada zaman ini pula lahir sebuah institusi Gereja yang sangat terkenal kejahatannya, yang dikenal dengan istilah “INQUISISI”. Ia merupakan sistem pengadilan yang dimiliki oleh gereja Kristen pada saat itu. INQUISISI ini merupakan bentuk pengadilan tinggi gereja yang dipenuhi dengan banyak penyiksaan bagi mereka yang dianggap menyimpang oleh gereja, semisal disalib dll. Pihak gereja sendiri merasa tidak bersalah dengan sistem penyiksaan seperti itu, karena mereka mengklaim sebagai wakil Tuhan di bumi yang berhak menghukum manusia yang dianggap menyimpang, sebagai ganti dari peran Tuhan yang telah mewakilkannya kepada institusi Gereja.

Fenomena lain yang membuat orang-orang Barat menjadi trauma pada sejarah adalah karena adanya praktik jual beli surat pengampunan dosa. Hal ini mendorong Seorang tokoh bernama Marthin Luther untuk melakukan pemberontakan, yang pada akhirnya membentuk sebuah ajaran baru yang disebut Kristen protestan. Ketika terjadi pembelahan kelompok menjadi Katholik dan Protestan banyak terjadi pembantaian dimana-mana, seperti yang terjadi pada tahun 1572 , yang mana sebanyak 10.000 orang protestan meninggal dibantai oleh kaum Katholik di Paris.

Pada saat itu juga banyak para ilmuwan Barat yang dibunuh secara sia-sia oleh pihak gereja, disebabkan apa yang mereka kemukakan dalam bidang keilmuan berbeda dengan apa yang disimpulkan oleh gereja. Seperti contoh mengenai kasus Galileo Galilei yang di hukum mati disebabkan ia mendukung dan membenarkan teori heliosentris yang pernah dikemukakan oleh Copernicus, yang berlawanan dengan pendapat gereja yang menganut teori geosentris yang menyimpulkan bahwa bumi itu pusat tata Surya dan mataharilah yang mengelilingi bumi.

Hal ini pula yang membuat Trauma orang-orang Barat, sehingga muncul paham sekularisme, yang memisahkan agama dari negara adalah disebabkan para pemuka agama dari Kristen mendapatkan hak istimewa bersama para bangsawan, salah hak istimewanya adalah pembebasan pajak. Dalam hal ini para pemuka agama bersekutu dengan pemerintah untuk menindas rakyat. Dari sinilah muncul luka yang sangat mendalam di kalangan masyarakat Barat yang nantinya berwujud pada paham sekularisme dan paham-paham menyimpang lainnya.

b. Problem Teks Bible

Problem yang kedua ini lahir disebabkan kebingungan para pemeluk agama Kristen mengenai mana sebenarnya teks Bible yang benar, hal ini tentunya berkaitan dengan otentisitas teks Bible. Contohnya adalah kebingungan mengenai siapa yang menulis kitab perjanjian lama. Begitu pun dengan perjanjian baru yang terdapat problem, mana sebenarnya kitab perjanjian baru yang sebenarnya, Karena banyak versi dari kitab-kitab perjanjian baru yang diklaim merupakan tulisan pertama.

Banyaknya versi Bible hari ini menyebabkan banyaknya variasi yang berbeda-beda mengenai isi teks Bible. Hal ini disebabkan karena tidak adanya dokumen Bible yang original dan bahan-bahan yang ada pun sekarang ini bermacam-macam. Tidak adanya manuskrip Bible yang lengkap Mendorong para penulisnya mencampurkan berbagai macam versi bible ke dalam kitabnya untuk melengkapi bagian Bible karyanya yang belum sempurna.

Tentunya hal ini terjadi disebabkan pendahulu mereka yang selalu menambah, mengurangi, dan mengubah apa yang ada dalam kitab asli mereka . Padahal Allah Swt telah menurunkan wahyunya yang menjadi sebuah kitab, untuk menjadi pedoman hidup bagi kehidupan mereka, namun justru mereka mengubah isinya lantaran mengejar materi yang tak seberapa nilainya. Pada akhirnya yang terjadi di kalangan Barat-kristen hanyalah kebingungan mengenai mana sumber pedoman kehidupan mereka yang benar dan harus diikuti, yang pada akhirnya kebingungan ini berujung pada sikap skeptisisme di kalangan mereka.

c. Problem Teologi Kristen

Hal ini berangkat dari tidak tersusunnya doktrin teologi Kristen pada masa awal eksisnya agama ini. Salah satu hal yang menjadi permasalahan adalah mengenai Tuhan itu sendiri di kalangan Kristen.

Konsep Tuhan di dalam agama Kristen bisa dikatakan tidak jelas, karena mereka sendiri tidak mengetahui pasti siapa itu Yesus, yang di klaim sebagai tuhan mereka. Contohnya adalah apa yang terjadi pada kelompok Cathary yang hidup di selatan Prancis. Mereka adalah penganut Catharasm, satu Kelompok heresy radikal di zaman pertengahan. Mereka percaya bahwasanya Yesus itu bukanlah manusia, sebab menurut mereka daging itu merupakan suatu hal yang jahat. Mereka juga berpendapat bahwa Yesus itu bukan tuhan, tapi malaikat.

Doktrin teologis baru tersusun setalah beberapa beratus tahun setelahnya, yakni pada tahun 325 dalam konsili Nicea, yang di pelopori oleh kaisar Constantine guna menyatukan dan memilih teologi resmi Gereja. Cara yang dilakukan untuk menentukan teologi resmi ini dengan cara voting. Maka dapat disimpulkan bahwasanya teologi Kristen hari ini bukanlah murni ajaran yang ada di zaman Yesus, tapi teologi yang ada hari ini adalah hasil dari konsili Nicea. Ada beberapa perubahan yang terjadi setelah ini, semisal ditetapkannya hari Minggu sebagai hari istirahat. Padahal, sebelumnya, Kristen tetap menghormati hari Sabtu. Hari kelahiran Yesus pun yang dianggap penting dan di peringati setiap tahunnya pada 6 Januari, diubah menjadi 25 Desember.

Problem yang selanjutnya harus dihadapi oleh kaum Kristen adalah bagaimana menjelaskan kepada akal yang sehat, bahwa Yesus adalah Tuhan dan sekaligus manusia. Tentunya hal ini tidaklah masuk akal dan Sulit jika ingin menjelaskan kepada orang-orang, karena hal ini
sangat tidak masuk akal dan sangat bertentangan dengan akal sehat.

Mengenai disalibnya Yesus untuk menebus dosa-dosa manusia pun ini merupakan hal yang diperselisihkan di kalangan teolog Kristen, karena dianggap tidak masuk akal. Meskipun doktrin Yesus disalib merupakan ajaran pokok dalam agama Kristen, namun hal itu tidak bisa lepas dari perselisihan antar teolog Kristen. Pada akhirnya muncul pertanyaan-pertanyaan mengenai apakah sosok Yesus itu benar adanya atau hanya sekedar cerita belaka saja.

Semua problem yang disebutkan di atas merupakan sebab adanya perdebatan-perdebatan yang terjadi dalam agama Kristen, yang berujung pada kebingungan dan skeptisisme terhadap agama. Ketiga faktor yang disebutkan di atas hakikatnya satu sama lainnya saling berkaitan dan dari satu sebab akan berpengaruh pada sebab yang seterusnya.