Syekh Abdullah al-Fatani dan Kitab Hadis Karyanya

Majalahnabawi.com – Abdullah bin Abdul Mubin Pauh Bok al-Fatani adalah putra Syekh Imam Lebai Abdul Mubin bin Muhammad Jailani Pauh Bok al-Fatani, seorang ulama asal Patani di Thailand Selatan yang sezaman dengan Abdurrauf al-Fansuri (1615-1693 M). Syekh Abdullah bin Abdul Mubin Pauh Bok al-Fatani memiliki saudara yang bernama Syekh Abdur Rahman Pauh Bok, telah ditemui beberapa buah karyanya, di antaranya disalin oleh Syekh Abdur Rahman Pauh Bok bertarikh 1121 H/ 1709 M. Adik beradik Syekh Abdur Rahman Pauh Bok ada 11 orang.

Mengenai keturunan Syekh Abdur Rahman Pauh Bok belum banyak diperoleh keterangan. Namun yang dapat diketahui hanya dua orang, ialah Syekh Muhammad Shalih dan Syekh Ahmad.

Syekh Muhammad Shalih bin Abdur Rahman Pauh Bok tinggal di Mekah. Beliau adalah seorang ulama besar yang mengajar di Masjidil Haram, Mekah. Kedua yang bernama Syekh Ahmad Pauh Bok juga seorang ulama. Beliau ini juga menghasilkan karangan, yang telah ditemui manuskripnya ialah Qawa’id Masail al-Faraidh.

Murid-muridnya Menjadi Ulama Juga

Anak Syekh Muhammad Shalih Pauh Bok yang menjadi ulama ialah Syekh Abdullah. Terdapat tiga orang yaitu dua orang anak dan seorang cucu beliau itu adalah ulama-ulama besar yang mengajar di Masjidil Haram, Mekah. Sangat ramai ulama dunia Melayu yang belajar kepada kedua-duanya di Mekah terutama Syekh Muhammad Shalih Pauh Bok yang tersebut. Di antara murid Syekh Abdul Rahman Pauh dan anaknya, Syekh Muhammad Shalih yang terkenal ialah:

  • Syekh Abdus Shamad al-Falimbani yang terkenal dengan kitab Hidayatus Salikin dan Siyarus Salikinnya.
  • Syekh Daud bin Abdullah al-Fathani, yang maklumat tentang beliau sudah cukup banyak diperkenalkan.
  • Syekh Abdur Rahman bin Abdul Ma’ruf al-Fathani. Beliau ini juga berasal dari kampung Pauh Bok. Salah satu karya beliau yang masih berupa manuskrip juga telah ditemui.
  • Syekh Abdur Rauf bin Abdul Wahid al-Fathani. Beliau ini juga berasal dari Pauh Bok. Syekh Abdus Shamad al-Falimbani pernah belajar kepada ulama ini.
  • Syekh Wan Hasan bin Syekh Wan Ishaq al-Fathani. Beliau ini juga berasal dari Kampung Pauh Bok, kemudian menyebarkan Islam di Terengganu, berpusat di Besut. Di antara karya beliau yang telah ditemui baru dua buah, iaitu Hidayatul Mukhtar dan terjemahan Ayyuhal Walad al-Ghazali.
  • Syekh Wan Ali bin Syekh Wan Ishaq al-Fathani. Beliau adalah saudara kandung kepada Syakh Wan Hasan.

Pada periode abad berikutnya, Dawud bin Abdullah al-Fatani (lahir 1718 M), yang dalam kebanyakan sumber lebih sering disebut sebagai penulis karya-karya fikih dan tasawuf saja, ternyata juga memiliki karya-karya di bidang hadis.

Kitab hadis karya ulama Nusantara adalah Tanbih al-Ghafilin yakni karya Abdullah bin Lebai Abdul Mubin Pauh Bok al-Fatani, yang selesai ditulis pada 1184 H/1770 M.

Karya Beliau

Setelah mengetahui biografi Syekh Abdullah, dapat diketahui bahwa beliau berasal dari Pattani, sekarang merupakan bagian dari Thailand Selatan. Dengan adanya sebuah karya dalam bidang hadis menandakan bahwa Islam telah menyebar di negara Gajah Putih pada masa itu. Islam masuk melalui Aceh, Malaka, Semenanjung Malaya, dan Siam di Thailand. Sebelumnya, Pattani merupakan kerajaan yang melekat dengan agama Hindu bernama Langkasuka. Setelah memakan waktu beberapa abad, Pattani berubah menjadi Kerajaan Islam sekitar Abad ke-16. Raja Islam pertama yang menduduki Kerajaan Pattani adalah Phya Tuq Naqpa.

Secuplik Sejarah Pattani dan Tailand

Pada abad ke-17 terdapat kebijakan-kebijakan baru yang berpengaruh besar terhadap perkembangan agama Islam dan pengetahuannya, salah satunya yaitu; pembangunan pesantren-pesantren dan masjid. Sehingga pada masa itu, Pattani disegani sebagai pusat kajian Islam yang bercorak al-Quran dan hadis. Kemudian melahirkan ulama-ulama di Pattani.

Namun, Pattani dan Thailand mengalami kisah yang kelam serta kemunduran. Terjadi konflik besar, yang memicu pertikaian yang luar biasa. Pattani, yang merupakan bagian dari negeri Gajah Putih ini, mengalami separatisme pada tahun 1902, yang disebabkan oleh terjadinya diskriminasi terhadap muslim Thailand yang merupakan mayoritas dengan budaya asli Thailand yaitu Budha.

Konflik berlangsung berkepanjanan, menewaskan ratusan muslim Thailand. Setelah konflik mereda, Thailand menghapuskan nilai-nilai Islam dan kembali menjadikan Thailand sebagai negara Budha kembali. Begitu naas, apa yang dialami oleh umat-umat muslim Thailand, khususnya pattani pada masa itu. Akibat konflik besar tersebut melahirkan kemunduran penyebaran agama Islam kala itu. Begitulah, kilas balik dari sejarah yag terjadi di Pattani yang merupakan tanah air Syekh Abdullah al-Fattani.

Setelah mengenal beliau dari segi historis tanah kelahirannya, yakni, Pattani, dikatakan bahwa pada masa lampau Pattani merupakan bagian dari Nusantara. Nusantara meliputi Asia Tenggara yang menyusut menjadi Indonesia pada masa kini sebagaimana kita ketahui. Beliau merupakan salah satu ahli hadis dari Nusantara dengan kitab Tanbih al-Ghafilin sebagai karya dari coretan tintanya. Sekilas, nama kitab in terdengar asing bagi pemuda-pemudi bahkan pelajar di Nusantara, namun, perlu dibanggakan, bahwa karya beliau menggunakan bahasa Melayu sebagai pengantarnya.

Isi Kitab Tanbih al-Ghafilin

Mari, mengenal salah satu karya ahli hadis nusantara, Kitab Tanbih al-Ghafilin. Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab Tanbih al-Ghafilin karya Imam Abu al-Laits al-Samarqandi Nasr Ibn Muhammad (w. 375 H) serta diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, sehingga memudahkan siapapun dalam mempelajarinya. Kitab ini ditulis pada tahun 1186 H, dan selesai penulisannnya pada malam Selasa, pada 03 Sya’ban 1306 H.

Adapun pembahasan yang terkandung dalam kitab Tanbih al-Ghafilin, terdapat dua belas bab, yang keseluruhannya menjelaskan mengenai hukuman-hukuman bagi muslim yang berbuat dosa dan hal-hal gaib, seperti hari kiamat dan surga serta disertakan al-Quran dan Hadis dalam setiap bab. Dua belas bab tersebut antara lain adalah:

1. Siksaan bagi peminum khamr.

2. Siksaan bagi anak yang durhaka kepada orang tua.

3. Siksaan bagi pezina.

4. Siksaan bagi orang yang meninggalkan salat.

5. Siksaan bagi pelaku homo seksual.

6. Siksaan bagi pemakan riba.

7. Siksaan bagi orang yang tidak ridha dengan ketentuan dan takdir dari Allah serta, pahala yang dijanjikan bagi orang yang bersabar.

8. Siksaan bagi orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat.

9. Siksaan bagi orang-orang yang membunuh orang lain tanpa hak yang dibenarkan syar’i.

10. Siksaan bagi hak wanita kepada suaminya dan pemutus tali kekeluargaan (Silaturrahim).

11. Membahas mengenai hari kiamat.

12. Membahas mengenai surga dan seisinya.

Penulis artikel ini adalah Aminah dan Maya Rohmayati.

Similar Posts