Menghafal Al-Quran dan Ihwal Ayam Ketawa Pak Aldin
Majalahnabawi.com – Saya sedari kecil sudah lama tinggal bersama Pak Aldin di sebuah desa kota Bondowoso. Pak Aldin adalah tentanga yang murah senyum, baik dan simpatik. Beliau terkenal sebagai orang yang ekstrovert, ramah dan mudah bergaul dengan para tetangganya. Pak Aldin mewarisi sepetak pekarangan yang lumayan luas, di atasnya beliau membangun rumah. Dan di rumah itulah dia dengan penuh kasih sayang dan bahagia menjalani kehidupannya bersama istri serta tiga orang anaknya.
Beliau tidak bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di instansi pemerintah atau sebagai karyawan sebuah perusahaan. Ia berwirausaha. Itu adalah pilihan profesi, dan jalan hidup yang dia tempuh secara konsisten. Hobi Pak Aldin adalah memelihara itik dengan skala besar. Hobi inilah yang dia lakoni secara telaten selama bertahun-tahun, dan menjadi usaha dengan hasilnya yang sangat menjanjikan.
Sepasang Ayam
Di pekarangan rumah yang cukup luas itu, Pak Aldin tidak hanya memelihara itik. Pak Aldin, dia juga memelihara sepasang ayam di pekarangan rumahnya yang dia tempatkan di sebuah kurungan. Ketika ada yang bertanya, mengapa dia masih memelihara ayam di samping itik yang menjadi lahan bisnisnya? Ia menjawab bahwa hal itu hanya sebagai kesenangan, ia merasa senang dengan warna bulu warna warni dan kokokan panjang ketika pagi hari.
Di sangkar itu terjadi perkawinan antara dua ayam tersebut. Maka ayam betina pun bertelur. Dia jaga dan rawatnya dengan penuh kasih sayang, lama kemudian telurnya pun menetas, dan lahirlah ayam mungil yang lucu, menawan, mempesona. Atas perawatan dan pemeliharaan induknya yang penuh kasih sayang, anak ayam itu terus bertambah besar dan warna warni bulu mulai tumbuh serta tampak cantik dan indah di pandang mata.
Demikianlah ihwal sepasang ayam peliharaan Pak Aldin yang ada di kurungan. Keduanya berbeda jenis kelamin, berkawin bertelur; dan telur itu kemudian ia kerami, menetas dan lahirlah anak ayam. Semuanya berproses dan berjalan secara normal dan menurut alur naluri kelaziman kodrat yang berlaku di mana saja dan kapan saja.
Melawan Kodrat
Sedangkan ihwal sepasang ayam milik Pak Aldin yang dia pelihara di kurungan lain mempunyai kisah dan cerita tersendiri. Keduanya berbeda jenis kelamin, berkawin bertelur; namun telur tersebut dipatok sampai pecah tanpa sisa. Semuanya tidak berproses dan berjalan secara normal dan menurut alur naluri kelaziman kodrat yang berlaku. Dalam keadaan keawaman Pak Aldin, ia bertanya-tanya, ternyata si betina mematuk telur untuk ia minum sebagai jamu bagi diri sendiri tanpa mempersoalkan telur itu milik sendiri.
Menanggapi maraknya penghafal al-Quran di berbagai instansi pendidikan atau mandiri, Pak Aldin mempertanyakan, adanya penghafal al-Quran dengan usaha yang sangat keras, namun jarangnya ayoman, pemeliharaan bahkan tidak pernah sama sekali, hingga hilang tak tersisa, itupun hanya beralasan malas. Pak Aldin, kemudian berkata, “merupakan hal yang bodoh dan merugi, seorang penghafal al-Quran yang berihwal seperti sepasang ayam dengan susah payah bertelur namun dipatok untuk diminum, dengan alasan kepuasan hawa nafsu sampai meminum habis telur tersebut.”