Majalahnabawi.com – Ketika kita membaca kitab Shahih Muslim, maka kita akan mendapati beragam jalur sanad sehingga terasa dan terlihat sangat kompleks walaupun maksud matannya sama saja.

Imam Muslim menampilkan ragam sanad tidak untuk sombong, tetapi ada tujuan tertentu. Di antaranya ada tujuh tujuan variasi sanad dalam Shahih Muslim, sebagaimana penjelasan Syekh Muhammad Abdurrahman Thawalabah dalam kitabnya al-Imam Muslim wa Manhajuhu fi Shahihihi (kitab ini merupakan hasil penelitian doktoral beliau di suatu Universitas Tunisia pada tahun 1988).

Berikut sedikit ulasannya:

1. Mengetahui Tersendirinya Perawi pada Hadis

Pada bagian ini terbagi ke dalam dua bagian, yaitu:

1) Tersendirinya pada Matan dan Sanad, disebut juga Gharib Matnan wa Isnadan, yakni tersendirinya perawi pada suatu matan (yang meriwayatkan matan tersebut hanya dia pada tingkatannya) baik berada di sahabat atau di bawah sahabat.

Imam Muslim memberikan syarat diterimanya Hadis yang gharib jika perawinya berserikat dengan perawi yang tsiqat. Perawi yang tersendiri bisa diterima dengan syarat perawi tersebut adil dan dhabith. Sedangkan jika dia tidak tsiqah (kurang dhabith), maka tetap diterima dan kualitas hadisnya hasan. Tetapi jika dia jauh dari kedhabithannya dan tidak ada perawi yang tsiqah, maka ditolak dan tidak diterima riwayatnya.

2) Tersendiri pada Sanad Saja
Yaitu hadis yang diketahui matannya dengan riwayat dari salah satu atau beberapa sahabat kemudian ada salah satu riwayat yang tersendiri dari sahabat yang lain.

2. Mengetahui Berbilangnya Perawi Hadis Beserta Samanya pada Matan

Perawinya banyak, tapi tetap sama lafaz dan makna hadisnya, atau sama maknanya saja.

3. Mengetahui Ikhtilaf Berbilangnya Perawi

Hal ini untuk mengetahui apakah ikhtilaf/perbedaannya pada perbedaan perawi yang diterima dengan perawi yang lebih kuat/arjah, atau perawi yang dha’if menyelisihi perawi yang tsiqah, ataupun pada perawi yang satu tingkatan.

4. Mengetahui Berbilangnya Para Perawi bersama Adanya Perbedaan dalam Tambahan dan Pengurangan Matan

5. Mengetahui Penjelasan Perawi Tadlis dengan Shighat Sama’

Ketika Imam Muslim menampilkan hadis pertama pada suatu bab yang di situ ada perawi yang dianggap pernah tadlis oleh ulama lalu di riwayat tersebut menggunakan ‘an (عَنْ), maka terindikasi mudallis dan lampu kuning menjadi dha’if, tetapi Imam Muslim menambahkan jalur lain yang berujung ke perawi tersebut dengan menggunakan shighat sama’ (السماع) mendengar langsung dari gurunya. Dengan hal tersebut, maka menjadi jelas bahwa perawi yang dianggap “tadlis” itu mendengar langsung dari gurunya pada riwayat Imam Muslim itu.

6. Mengetahui Perbedaan Lafaz Para Perawi ketika Menukil Hadis dan Menerimanya

Imam Muslim sangat memerhatikan perbedaan lafaz, baik di sanad maupun di matan. Beliaupun menampilkan semua perbedaan tersebut.

7. Menghilangkan Kesamaran Yang Ada pada Sebagian Sanad dengan Mendatangkan Keterangan Yang Menjelaska dalam Sanad-sanad Yang Lain

Misalkan pada hadis pertama, hanya ditulis عن عبد الله belum diketahui Abdullah siapa itu, maka kita bisa membaca riwayat selanjutnya, bisa jadi dijelaskan. Jika tidak ada, maka kita bisa melihat syarahnya.

Kira-kira seperti itu tujuan variasi sanad dalam Shahih Muslim. Silahkan baca langsung kitab Shahih Muslim dari Muqaddimah sampai akhir agar lebih jelas.

Ketika mengkaji hadis, perdalamlah sanad dan matannya, tidak cukup dengan memahami isi matannya saja. Bacalah secara terus-menerus semua kitab hadis, khususnya al-kutub al-sittah, walaupun sedikit sing penting kontinu. Dengan istikamah mengkaji kitab tersebut, maka kita bisa merasakan perbedaan dan karakteristik dari kitab-kitab hadis tersebut.

Semoga bermanfaat. Terima kasih.

By Faiz Aidin

Dilahirkan tanggal 25 Juni 2000 di Jakarta Barat, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan H. Muharifin dan Hj. Nurhayati, bertempat tinggal di jalan raya Kembangan, Kembangan Utara Rt 09/02 No. 83 Gang H. Naim, Kembangan, Jakarta Barat. Mahasantri Darus-Sunnah angkatan Auliya dan mahasiswa PAI FITK UIN Jakarta.