Ustadz Ali Nurdin: Sistem Pendidikan Terbaik ada di Pesantren
Khadim ma’had Nurul Quran Dr Ali Nurdin MA mengajak para santri dan mahasantri Darus-Sunnah agar bangga menjadi seorang santri dan bangga terhadap pesantrennya. Ia mengungkapkan bahwa pesantren memiliki sistem pendidikan yang sangat baik yang diakui oleh para ahli.
“Tidak ada sistem pendidikan terbaik yang diakui oleh para ahli sampai saat ini kecuali pesantren,” ujar pembantu rektor Institut PTIQ saat memberikan tausyiah pengajian umum bulanan pesantren Darus-Sunnah Ciputat, Kamis (06/02/2020).
Dalam kesempatan tersebut, ia mengungkapkan bahwa banyak yang menggunakan sistem pesantren hanya saja agar terkesan lebih modern istilah yang dipakai adalah boarding school, padahal isinya sama-sama ngaji ala pesantren.
“Banggalah menjadi santri, dan gak usah mikirin nanti bakal jadi apa, yang pasti jadi manusia”
Rahasia memperoleh ilmu
Setidaknya ada dua rahasia cara memperoleh ilmu, sambungnya.
Pertama, alldzi ‘allama bi al-qalam
Kata qalam menunjukkan adanya upaya dan usaha. Dalam hal ini seseorang yang menginginkan ilmu haruslah belajar dan berupaya menghilangkan segala tantangan ketika belajar. Tantangan tersebut sangat erat kaitannya dengan makhluk yang namanya santri, yaitu: malesan, ngantukan dan ngobrolan. “Santri kalau tidak males ya ngantuk. Kalau sedang tidak dua-duanya ya ngobrol” tukasnya.
Kedua, ‘allama al-insana ma lam ya’lam
Semangat yang dapat ditarik dalam ayat ini adalah kewajiban seorang santri agar memiliki adab yang baik, sikap yang sopan, tawadhu serta segala yang berkaitan dengan akhlak al-karimah.
Dalam sebuah penelitian, ilmu hanya berperan 20% untuk mewujudkan sebuah kesuksesan. Sisanya, 80% yang paling berpengaruh dalam menentukan kesuksesan adalah akhlak.
Akhlak Penuntut Ilmu
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱسۡتَعِينُواْ بِٱلصَّبۡرِ وَٱلصَّلَوٰةِۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Qs. Al-Baqarah: 153)
Allah memanggil hambanya dengan kalimat “ya ayyuha alladzina amanu” dan tidak menggunakan “ya ayyhuha an-nas” ini menunjukkan bahwa syarat santri haruslah al-iman (yakin). Yakin dan percaya pada orang tua sebagai wakil Allah di bumi dan juga percaya terhadap guru-guru mereka sebagai wakil Rasulullah.
Berikutnya seorang santri haruslah memiliki kesabaran dalam menjalani proses belajar, terus istiqomah dalam menjalankan ibadah hingga tanpa terasa apa yang sedang ia cari suatu saat akan terwujud. Konon katanya, ilmuan penemu DNA tidak pernah keluar laboratorium sampai ia menemukannya dalam waktu 50 tahun lamanya.
Dan yang terakhir ada dalam kata shalat. Yakni, agar senantiasa berdoa memohon kepada Allah Swt dan berpasrah diri kepada-Nya atas segala usaha dan jerih payah dalam bingkai thalabul ‘ilmi.