Majalahnabawi.com – Siapa yang tidak mau sukses di usia muda? jadi orang terpandang di kalangannya, disegani oleh orang se-kota dan keteladanannya menjadi ikon se-jagat raya. Kalau mau, mari kita simak, bagaimana Rasulullah Saw. menjadi orang terpandang dengan taktik jitu berbisnis ala Rasulullah Saw.

Sekapur Sirih

Rasulullah Saw. mendapatkan ilmu berbisnis dari pamannya, Abu Thalib. Kala itu umur beliau 12 tahun. Walaupun harus berjalan kaki dan terkadang naik unta ketika pulang pergi Makkah-Syam, Rasululullah Saw. tidak pernah patah semangat hingga dirinya menjadi saudagar kaya.

Kesuksesan Rasulullah Saw. di usia muda, menarik minat banyak vendor untuk bekerja sama, tidak terkecuali wanita terkaya di kotanya, Makkah, Khadijah namanya. Bak gayung bersambut, Rasulullah Saw. menerima tawaran kerja sama dengan calon istrinya itu.

Khadijah sangat kagum dengan pesona berbisnis Rasulullah Saw. Kabar burung yang dia dengar, bahwa Sang Al-Amin (julukan Rasulullah Saw. artinya yang jujur) ini cara bisnisnya berbeda dengan pebisnis lain.

Penasaran dengan latar belakang dan rekam jejak Rasulullah Saw. dalam bisnis, Khadijah mengutus budaknya yang bernama Maysarah untuk melihat taktik Rasulullah Saw. dalam berbisnis, juga untuk membantu Rasulullah Saw.

Sepulang berbisnis dengan Rasulullah Saw., Maysarah membawa pengalamannya kepada Khadijah, dengan mata berkaca-kaca penuh dengan kesan terpesona Maysarah kala bercerita.

Lalu, apa saja trik yang digunakan oleh Rasulullah Saw. dalam berbisnis hingga bisa meraih kesuksesan besar?

Memanfaatkan Waktu

Jika mendapatkan posisi vendor, orang yang biasa-biasa saja (seperti kita) kemungkinan ada 2 kondisi. Pertama, bergerak cepat dalam menyelesaikan tugasnya dan sisa waktunya untuk hura-hura. Kedua, mengerjakan ketika sudah mepet dengan deadline.

Berbeda dengan Rasulullah Saw., Maysarah menceritakan kepada Khadijah kalau Rasulullah Saw., tidak pernah menyia-nyiakan waktu sama sekali.

Tugas yang Khadijah berikan untuk berbisnis langsung beliau kerjakan seefisien mungkin. Ketika tugas selesai, Rasulullah Saw. langsung melapor kepada Khadijah tanpa jeda waktu untuk hura-hura.

Mengutamakan Kejujuran

Kebiasaan yang sering terjadi, kala tawar menawar, pebisnis akan bilang kalau “modalnya saja kurang”. Kenyataannya, pebisnis masih punya selisih keuntungan yang besar.

Berbeda dengan Rasulullah Saw., beliau selalu menyebutkan modalnya sekian, saya ambil untung sekian (atau dalam akad syariah biasa disebut Murabahah). Atau selalu berkata jujur bahwa barang ini ada cacat di sini dan di sini.

Secara logika, berkata jujur tentang cacat dalam barang dagangan mungkin akan menyebabkan dagangan tidak laku. Iya itu betul, tapi yang Rasulullah Saw. jual selain barang juga beliau menjual kepercayaan. Pembeli memang tidak akan beli dagangan cacat, tapi pembeli akan mencari penjual yang jujur agar terhindar dari barang yang cacat.

Dalam hal ini, terdapat salah satu hadis Riwayat Abu Hurairah Ra. perihal kejujuran dalam berbisnis maupun berdagang.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ، فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا، فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلًا، فَقَالَ ” مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ ؟ ” قَالَ : أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ : ” أَفَلَا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ، كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ، مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي (رواه مسلم) “.

Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah SAW pernah lewat di hadapan orang yang menjual setumpuk makanan. Lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan makanan itu, ternyata tangan beliau mengenai tumpukan yang basah di dalamnya. Kemudian beliau bertanya kepada orang itu, “Mengapa ini basah wahai penjual makanan?” orang itu menjawab, “Makanan yang di dalam itu terkena hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa tidak kamu letakkan di atasnya supaya diketahui oleh orang yang akan membelinya? Barangsiapa menipu, dia bukan termasuk dari golonganku.” (HR. Muslim)

Melayani Pelanggan dengan Baik

Beberapa pelanggan biasanya pergi ke lokasi jual-beli hanya dengan membawa uang pas-pasan. Pebisnis yang melihat pelanggan seperti ini terkadang diperlakukan dengan buruk. Ada yang tidak dilayani, diusir, dan sebagainya.

Berbeda dengan Rasulullah Saw., melayani pelanggannya sama rata, mulai dari pelanggan dengan finansial bawah, hingga yang kaya sekali pun, semuanya sama-sama puas atas pelayanan yang Rasulullah Saw. berikan.

Maysarah dan Khadijah terpesona, terkesima, terperanjah dari tempatnya mengetahui sifat Rasulullah Saw. di zaman orang-orang yang lebih mementingkan harta.

Dari Rasulullah Saw. kita belajar, bahwa berbisnis itu harus memanfaatkan waktu. Berbisnis harus mengedepankan kejujuran. Juga, berbisnis harus mengutamakan kepuasan pelanggan.