Sejarah Pembukuan Ulumul Hadis
Sebagai Tullabul Ilmi tentunya kita harus bersungguh-sungguh dalam mempelajari berbagai Fan (Macam-macam) Ilmu yang kita pelajari. Termasuk mempelajari sejarah perkembangan Fan Ilmu tersebut. Sebagai Tullabul Hadis, tentunya kita juga harus mengetahui sejarah bagaimana perkembangan Ilmu tersebut pada zaman dahulu, bagaimana perhatian ulama terdahulu terhadap ilmu tersebut, terutama sejarah pembukuan kitab ulumul hadis.
Seperti yang telah diketahui Ulumul Hadis belum ditulis atau bahkan dibukukan pada zaman Nabi ﷺ akan tetapi praktek dalam ulumul hadis sudah ada pada zaman Nabi ﷺ. Kemudian berkembang sedikit demi sedikit hingga pada masa Tabiut Tabiin Imam Syafi (204 H) menggunakan istilah hadis Mursal dalam kitabnya {Ar-Risalah} dan {Al-Umm} . Begitu pula dengan Imam At-Tirmidizi (279 H) didalam kitab Sunannya yang menyebutkan pembahasan tentang I’lal Hadis.
Ulama- Ulama Perintis Ilmu Hadis:
Diantara Ulama yang pertama mentashnif (mencetak) kitab Ulumul Hadis adalah Al-Qadhi Abu Muhammad Ar-Romahurmuzi (360 H) dengan kitabnya (المحدث الفاصل بين الراوي والواعي) akan tetapi kitab ini belum menghimpun dari keseluruhan ilmu hadis dan belum menyusun sesuai kelompoknya. Kemudian datang setelahnya Al-Hakim Abu Abdillah An-Naisabury (405 H) dengan kitabnya (معرفة علوم الحديث) yang menghimpun 50 macam hadis, akan tetapi belum menjabarkannya dan menyusun atau merapikan sesuai kelompoknya.
Dan selanjutnya ada Abu Nuaim Al-Asbahani atau Al-Asfahani (430 H) dengan kitabnya (مستخرجا) atas Imam Hakim Abu Abdillah An-Naisabury. Kemudian datang setelah itu Al-Khatib Abu Bakr Al-Baghdadi (463 H) yang memiliki 2 kitab yang pertama ada (الكفاية في قوانين الرواية) dan yang kedua (الجامع لآداب الشيخ و السامع). Dan kitab beliau ini terhitung sebagai kitab yang paling relevan dan dijadikan sebagai sumber rujukan, seperti yang dikatakan Al-Hafidz Abu Bakr bin Nuqtah :
“كل من أنصف علم أن المحدثين بعد الخطيب عيال علي كتبه”
“Setiap Muhaddist yang Adil mengetahui bahasanya Muhaddist yang datang setelah Khatib (Al-Baghdadi) itu merujuk kepada kitab Khatib Baghdadi”.
Datang setelahnya Al-Qadhi Iyadh (544 H) dengan kitabnya (الإلماع في أصول الرواية و تقييد السماع) dan datang setelahnya Abu Hafs Al-Mayanaji (581 H) dengan kitabnya (ما لا يسع المحدث جهله).
Sampai pada akhirnya datang Al-Hafidz Al-Faqih Taqiyyud Din Abu Amr Utsman bin Sholah bin Abdurrahman Asy- Suahrazury (643 H) merupakan pengajar di Madrasah Asyrafiyah dengan karyanya yang paling populer ada lah (معرفة أنواع علوم الحديث) atau masyhur dengan sebutan (مقدمة ابن صلاح) yang berisikan 65 macam dari ilmu hadis. Maka kitab ini diterima oleh para Ulama dan dijadikan sebagai sumber rujukan dalam Ilmu Mustolah Al-Hadis.
Perkembangan dari zaman ke zaman
Dan tak sedikit ulama Hadis yang mengikhtisor (meringkas), mennukat (memberi faedah) dan bahkan menazamkannya. Diantaranya yang mengikhtisor seperti Ibnu Katsir dengan kitabnya (إختصار في علوم الحديث) dan juga Imam An-Nawawi dengan kitabnya (الإرشاد إلى علم الإسناد) yang kemudian diringkas menjadi (تقريب النواوي) dan di syarahkan oleh Imam As-Suyuthi (911 H) dengan kitab yang berjudul (تدريب الراوي). Juga Dari Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany (852 H) dengan kitab (نخبة الفكر في مصطلح أهل الآثر) dan disyarah (dijelaskan) di kitabnya (نزهة النظر في توضيح نخبة الفكر في مصطلح أهل الآثر)
Dan diantara yang menazamkan adalah Imam Al-Iraqy dengan kitabnya (ألفية العراقي) yang disyarahkan oleh beliau sendiri dalam kitabnya (فتح المغيث) yang diselesaikan pada tahun 771 H dan Imam Suyuthi dengan (ألفية السيوطي) yang kemudian beliau syarahkan dengan kitabnya (البحر الذي زخر) yang dimana beliau belum selesai dalam pensyarahannya, kemudian disempurnakan oleh salah satu ulama asli dari Indonesia tepatnya di Termas Pacitan yaitu Syaikh Mahfudz At-Tarmasy (1308 H).
Kemudian datang juga dari Syaikh Allamah Umar atau Taha bin Muhammad bin Futuh Al-Baiquny (1080 H) dengan Mandzumah Al-Baiquniyyah (منظومة البيقونية) yang dimana mandzumah ini sangat populer dan banyak disyarahkan oleh para Ulama, karena ringkas dan memudahkan bagi para pemula untuk mempelajari Ulumul Hadis. Dan tentunya masih banyak lagi karya karya Ulama terhadap ilmu ini.
Wallahua’lam
image: nu.online