MajalahNabawi.com- Siapa yang tak ingin bertemu manusia yang paling sempurna di muka bumi ini? Ya, beliaulah penutup para Nabi, sang baginda Nabi Muhammad saw. Pasti semua umat beliau ingin bertemu dengannya. Namun, ternyata ada juga yang malah menghindar ketika bertemu dengan Rasulullah Saw.

Kejadian ini menimpa salah satu sahabat yang sangat terkenal dan terbanyak periwayatan Hadisnya. Beliau adalah sahabat Abdurrahman bin Shakhr atau yang biasa kita kenal dengan Abu Hurairah Ra. Kejadian Abu Hurairah Ra menghindari Nabi Saw ini terekam jelas di salah satu Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Sahihnya.

Abu Hurairah Menghindar

Suatu ketika Abu Hurairah sedang berjalan pada suatu jalan di kota Madinah dan saat itu beliau sedang dalam keadaan berjunub. Ketika di tengah perjalanan ternyata di saat yang sama Abu Hurairah bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. Melihat Nabi Muhammad Saw, Abu Hurairah segera berpaling darinya.

Dalam redaksi Hadis, kalimat yang digunakan adalah “فَانْخَنَسْتُ مِنْهُ”. Hal ini menarik melihat arti kalimat yang ditawarkan oleh Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Syarhnya berarti pergi secara diam-diam. Apabila kita menggambarkan hal ini, yang dapat kita bayangkan adalah ketika Abu Hurairah bertemu Nabi Saw, beliau secara diam-diam meninggalkannya.

Perlu kita ketahui agar kemudian tidak menimbulkan salah paham adalah bahwa dalam kepergian Abu Hurairah terhadap Nabi Saw memiliki alasan. Yaitu Abu Hurairah ketika itu memiliki hadas besar dan belum berjunub, maka dari itu Abu Hurairah menghindari Nabi Saw.

Dalam kepergiannya, Abu Hurairah melaksanakan mandi besar kemudian langsung kembali lagi menemui Nabi Saw. Seketika itu Nabi Saw bertanya kepadanya, “Dari mana kamu wahai Abu Hurairah?”, kemudian Abu Hurairah beralasan bahwa saat itu dirinya sedang berhadas besar dan tidak ingin menemui Nabi Saw dalam keadaan dirinya berhadas. Nabi Saw pun menjawab, ”Subhanallah, orang mukmin itu tidaklah najis.”

Sekilas alasan yang dikemukakan Abu Hurairah kepada Nabi Saw terlihat sangatlah masuk akal, yaitu malu bertemu Nabi dalam keadaan berhadas. Nabi Saw pun menjawab secara gamblang bahwa seorang mukmin tidaklah najis apabila berhadas besar dan Abu Hurairah tidak perlu menghindar ketika bertemu Nabi Saw dalam keadaan seperti itu.

Memahami Kisah Ini

Menarik apabila kita menarik manfaat lebih dalam, sebagaimana yang dituliskan oleh Syaikh Ibnu Hajar, dari rekaman sejarah yang tertulis di Hadis tersebut.

Pertama, kita disunnahkan untuk tampil dengan keadaan yang paling baik ketika menemui seseorang yang mulia. Alasan Abu Hurairah menghindar dari Nabi Saw. karena keadaannya yang sedang berhadas besar. Dalam syarhnya Syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani menuliskan bahwa Nabi Saw ketika bertemu sahabatnya, beliau akan memanggil dan menjabat tangannya. Kepergian Abu Hurairah dari Nabi Saw adalah ketakutan beliau bahwa dirinya najis saat itu, kemudian beliau pergi untuk mandi lalu kembali lagi.

Kedua, seorang pengikut hendaknya meminta izin kepada pemimpinnya. Hal ini dapat terlihat dari perkataan Nabi Saw kepada Abu Hurairah, “Dimana kamu?”, seakan-akan Nabi Saw merasa kehilangan karena Abu Hurairah pergi secara diam-diam dari sisinya.

Terakhir, sebagaimana yang tertulis jelas di Hadis bahwa terdapat kebolehan mengakhirkan mandi janabah. Saat itu Abu Hurairah masih sempat berjalan di kota dalam keadaan berhadas dan bahkan ketika Nabi Saw mendengarkan alasan yang diberikan Abu Hurairah, seakan-akan beliau menjawab, “Tidak masalah Abu Hurairah, di sini dulu kita berkumpul”.

Simpulan

Dari cerita kepergian Abu Hurairah terhadap Nabi Saw kita dapat mengambil berbagai manfaat. Memang, Imam Bukhari menuliskan Hadis ini dalam kitab yang membahas tentang mandi. Namun, akhlak Abu Hurairah kepada Nabi Saw yang tidak ingin menemuinya dalam keadaan junub juga mendapat peranan besar di Hadis ini.

Begitulah akhlak dari para sahabat, yang dalam hal ini Abu Hurairah, mereka sangat menghormati Nabi Saw dan hanya ingin bertemu Nabi dengan kondisi sebagus-bagusnya. Semoga kita sebagai umat Nabi Saw juga dapat mencontoh akhlak baik para sahabat kepada Nabi Saw. Wallahu A’lam