Majalah Nabawi – Setiap orang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda atau beragam. Atas dasar itu, setiap fenomena dan realitas yang ada pun memiliki luas pemaknaan yang tersendiri dari setiap individunya. Berbicara mengenai kecerdasan, maka kita akan membahas tentang banyaknya cara kerja akal.

Akal yang secara fisik memiliki bentuk sedikit bulat lonjong dan ukurannya pun tidak terlalu besar. Anehnya, dengan bentuknya yang demikian fenomena yang akal bahas bisa melampau jauh ke berbagai perkara. Perkara luar atau pun dalam. Semua alam dari perkara langit dan bumi, hingga perkara ketuhanan yang tidak memiliki batas. Atas dasar itu, sebelum membicarakan tentang akal dan fenomenanya ini, penulis ingin membagikan  nasihat dan pelajaran. Yaitu dari hal itu untuk sama-sama kita sadari, bahwa “Sebagai seorang hamba yang hidupnya penuh dengan hukum Tuhan, baik hukum alam maupun segala tatanan struktur kehidupan itu seharusnya bisa menjadi tanda bahwa diri ini tidak bisa mengatur dan berkuasa sepenuhnya pada tubuhnya sendiri, meski akal bebas pergi kemana”. Atas dasar inilah kita harus menyadari betapa dan alangkah menakjubkannya akal ini hingga harus kita syukuri.

Fenomena Cara Kerja Akal

Kembali kepada cara kerja akal, sadar atau tidak, sebagai makhluk hidup tentu kita akan mendapati banyak fenomena. Salah satunya mengenai cara kerja akal ini. Salah satu contoh cara kerja akal, bagaimana akal menciptakan kesalah pahaman. Yaitu yang menandakan bahwa akal membutuhkan data untuk menghasilkan keserasian pemahaman. Adanya istilah lebih cerdas yang menandakan adanya tingkatan kecerdasan akal. Dan adanya saat di mana akal terasa lemah dan sulit mencerna informasi. Dan juga ketika menghadapi banyak tekanan, ketika perasaan mumet atau pun lelah menimpa, yang hal tersebut menandakan bahwa akal memiliki daya tahan dan bisa diolah. Begitu seterusnya dari berbagai cara kerja atau hasil kerja akal. Hal- hal tersebut menjadikan pemilik akal akan mengantisipasi berbagai sisinya agar potensi buruk yang akal miliki bisa lebih minim hingga tidak merusak segi dan sendi kehidupan pemiliknya.

Dari sekian fenomena yang akal hasilkan, fenomena kebahasaan yang seringkali menjadi penghubung di antara dua insan atau lebih ternyata juga menjadi bagian dari wilayah dan kendali akal. Membicarakan akal tidak bisa dipisahkan dari membicarakan kehidupan, hingga bisa kita lihat bagaimana dalam prosesnya akal bisa mengambil energi tubuh dan mempengaruhi daya hasil kehidupan yang setiap individu jalani. Hubungan kita sebagai manusia yang memerlukan perantara untuk berinteraksi salah salah satunya bahasa termasuk bagian dari yang sangat penting.

Bahasa Sebagai Fenomena Akal

Membicarakan bahasa secara khusus, pada dasarnya mungkin yang namanya bahasa dari bentuk terkecilnya yaitu kata, tentu kata itu memiliki arti (substansi) kata yang tersendiri meskipun substansi dari lafaz kata tersebut terkadang memiliki kesamaan dan pemakaiannya untuk pengistilahan materi atau fenomena kehidupan yang kemiripan. Tetapi perlu kita tahu, terkadang waktu, perbedaan lafaz yang memiliki makna (substansi) lafaz kata yang sama atau yang biasa kita sebut sebagai kata-kata sinonim seringkali menampakkan eksistensinya bahwa dia memiliki perwujudan makna yang berbeda sehingga seberapa besar pun kemiripan makna kata dalam beberapa penggunaannya, tetap saja bentuk kata atau lafaz kata yang berbeda menandakan bahwa dia memiliki makna yang berbeda.

Meskipun demikian, kita harus mengakui bahwa bahasa itu seringkali memiliki banyak sisi pandang dan setiap pengguna bahasa memiliki tujuan. Oleh karna itu, akal pemahaman pengguna bahasa yang mendasari dan melatar belakangi sebuah kata untuk penggunanya ucapkan harus juga mendapat perhatian yang besar. Terutama dalam memahami sebuah ujaran lawan, agar bisa dengan presisi sebuah ujaran disikapi.

Secara garis besar, kedua hal itulah yakni makna yang terkurung dalam bahasa sebagai bahasa yang terdefinisi dan bahasa sebagai penggunaan yang menjadi wadah makna. Juga di akhir nanti penulis akan membahas lebih lanjut bagaimana sebuah akal ikut campur dalam dua segi bahasa tersebut.