Majalahnabawi.com – Saat pertama kali masuk perpustakaan Lirboyo, kami tertegun. Melihat sederet kitab hadis dan syarahnya. Komplit. Terlebih syarah Shahih al-Bukhari dan Muslim. Mulai dari Syarah Ibni Bathal karya Imam Ibnu Bathal (449 H), Fath al-Bari karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani (852 H), ‘Umdah al-Qari’ karya Imam Badruddin al-‘Aini (855 H), al-Tausyih karya Imam al-Suyuthi (911 H), Irsyad al-Sari karya Imam al-Qasthalani (923 H), dan lainnya.

Melihat Sekilas

Ada satu kitab syarah Shahih Muslim, 26 jilid. Baru kali ini, kami memegangnya. Lebih dulu mengenal nama dan pengarangnya. Tepatnya adalah kitab al-Kaukab al-Wahhaj Karya Syaikh Muhammad Amin bin Abdullah al-Harari (2019). Dalam hati bergumam, ternyata Perpus Lirboyo sudah punya duluan dibanding perpus lain. Selain ditulis oleh ulama kontemporer, kitab ini adalah paling tebal. Sependek pengetahuan kami, belum ada syarah Shahih Muslim setebal kitab ini.

Fakta Menarik

Setidaknya, ada 3 hal menarik dari kitab al-Kaukab ini. Khususnya dalam kajian sanad.

Pertama, memaparkan setiap guru Imam Muslim (204-261 H). Sebagai misal, dalam hadis nomor 152. Imam Muslim meriwayatkan dari Imam Manshur bin Abi Muzahim. Secara bernas, kita disajikan data bahwa guru Imam Muslim ini wafat pada tahun 235 H. Tidak hanya Imam Muslim saja yang meriwatkan dari dari Imam Manshur, tetapi juga Imam Abu Dawud (202-275 H) dan Imam al-Nasa’i (215-303 H). Dari data ini, kita jadi mafhum bahwa Imam Muslim, Imam Abu Dawud, dan Imam al-Nasa’i adalah teman seperguruan.

Selain itu, juga disajikan data penilaian ulama terkait Imam Manshur ini. Semisal penilaian dari Imam al-Daraquthni (306-385 H) dan Imam Ibnu Hajar al-Asqalani (852 H). Dimana keduanya menyatakan tsiqah. Yang menarik lagi, Syaikh Muhammad Amin al-Harari juga memberikan data berapa banyak hadis yang diriwatkan Imam Muslim dari Imam Manshur. Termasuk penempatannya dalam Kitab Shahih Muslim. Data menyatakan bahwa Imam Muslim meriwayatkan hadis dari Imam Manshur dalam kitab yang beragam. Di antaranya adalah di dalam Kitab Iman, Nikah, Jihad, dan Fitan.

Kedua, mengulas geografis perawi setiap hadis. Masih dari contoh yang sama, hadis nomor 152 di atas. Terdapat 5 perawi. Mulai dari Mansur bin Abi Muzahim, Ibrahim bin Sa’ad, Ibnu Syihab al-Zuhri, Sa’id bin al-Musayyab, dan Abu Hurairah. Oleh Syaikh Amin al-Harari, kita dijelaskan bahwa sanad hadis ini masuk katagori khumasiyah. Sanad yang di dalamnya terdapat 5 perawi. Kesemuanya adalah perawi Madinah, kecuali 1 perawi. Yakni Manshur bin Muzahim. Beliau adalah perawi dari Baghdad. Dapat kita imajinasikan, besar kemungkinan, Imam Muslim bertemu beliau di Baghdad. Salah satu kota yang dulu disinggahi Imam Muslim.

Ketiga, membahas komparasi sanad hadis dalam satu bab. Sehingga ada yang menjadi syawahid dan tawabi’. Contoh sederhananya adalah di awal juz 3, bab iman adalah amal paling utama. Di bab ini, terdapat matan hadis yang memiliki benang merah sama. Diriwayatkan oleh 3 sahabat; Abu Hurairah, Abu Dzar, dan Abdullah bin Mas’ud. 2 di antara 3 jalur ini disebut syawahid. Satu hadis didengar oleh banyak sahabat. Secara tidak langsung, kita jadi mafhum bahwa hadis ini jamak diketahui banyak orang. Bukan hanya satu sahabat saja. Selain itu, juga ditunjukan adanya tawabi’. Tepatnya adalah jalur sanad dari Abu Hurairah. Dimana Ibnu Syihab al-Zuhri tidak hanya meriwayatkan kepada Ibrahim bin Sa’ad saja, tapi juga kepada Ma’mar.

Tentu, ini hanya contoh analisa dari 8 hadis yang terdapat dalam 1 bab dalam Shahih Muslim. Lebih lanjut, kita akan menjumpai analisa dan data ciamik ini di setiap hadis dan bab berikutnya. Mengingat ada 12 ribu hadis yang termaktub dalam Shahih Muslim. Tulisan ini baru berpijak dari 8 hadis saja. al-Kaukab al-Wahhaj akan memandunya.

Lantas tertarikah anda?

By Muhammad Hanifuddin

Dosen di Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences