URGENSI MENUNTUT ILMU
Majalahnabawi.com – Untuk memahami urgensi menuntut ilmu kita perlu memahami Apa itu ilmu dan apa pula pengetahuan? Dua istilah ini seringkali dikacaukan penggunaannya oleh banyak orang. Ilmu juga pengetahuan, dan pengetahuan juga adalah ilmu. Padahal, setiap istilah itu mempunyai hakikat dan pengertian yang berbeda walaupun satu sama lainnya bersinonim (mengandung makna yang miri). Ilmu memiliki karakteristik dan hakikat yang berbeda dengan pengetahuan.
.قَالُوا سُبْحَنَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الحكيمُ
Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Ilmu disebut “al-‘ilm”, pengetahuan disebut “al-ma’rifah”. Al- Ma’rifah lebih dahulu ada daripada al-ilm. Al-‘Ilm bersumber dari “al-ma’rifah”. Al-Ma’rifah adalah konsep tentang sesuatu berdasarkan kenyataan dan pengalaman hidup yang tidak tersusun secara metodologis, sistematis, dan rasional.
Bertambah banyak kenyataan dan pengalaman hidup yang dialami oleh seseorang, maka bertambah banyak pula pengetahuan seseorang. Al-‘Ilm adalah kumpulan konsep-konsep yang bersumber dari pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh berdasarkan penelitian telah tersusun sistematis, metodologis, dan rasional.Seseorang boleh berpengetahuan tentang sesuatu, tetapi belum tentu berilmu tentang sesuatu itu. Seseorang yang berilmu tentang sesuatu pasti sudah berpengetahuan tentang sesuatu itu. Bagaimana ia bisa berilmu tentang sesuatu padahal ia belum berpengetahuan tentang sesuatu itu.
Orang yang berilmu disebut al-‘alim, jamaknya adalah ‘al-‘ulama’, sedangkan yang berpengetahuan disebut al-‘arif (bukan dlm pengertian tasawwuf”, jamak-nya adalah al-‘arifun. .Al-‘alim dan al-‘arif lawannya al-jahil. Yang pertama sangat dipuji dan dicintai Allah, sedangkan yang kedua dicela dan dibenci Allah.Masih lebih baik bergelar “orang yang tidak berilmu” (Al-Qur’an: al-ladzina la ya’lamun) daripada orang yang bergelar “al-jahil”. Untuk mendapatkan predikat al-‘alim dan al-‘arif, seseorang diharuskan untuk senatiasa menuntut ilmu dan pengetahuan itu, di mana dan kapan pun sesuai dengan kemampuannya.Itulah sebabnya, Rasulullah mewajibkan kepada setiap orang dari umatnya untuk menuntut ilmu tanpa batas waktu dan tempat.
PENGERTIAN “MENUNTUT”
Ada 2 istilah yang sering dikaitkan dengan upaya menggapai ilmu “Menuntut” dalam bahasa Indonesia disebut “thalab” dalam bahasa Arab. “Thalab” berarti “mencari dan mendapatkan”. “Thalab” berarti mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk mencapai, menggapai, dan mendapatkannya.”Mencari” = bahatsa, belum tentu sungguh-sungguh. Menggapai =hashala atau nala. Boleh jadi tanpa proses mencari. Itulah sebabnya dalam rangka mencari dan menggapai ilmu- pengetahuan, kata yang paling tepat digunakan dalam bahasa Arab adalah “thalab al-ilm”. Pelakunya “thalib”, yang selalu mencari dengan sungguh-sungguh dan mendapatkannya.
PROSES MENUNTUT ILMU
Menuntut ilmu bukanlah hal yang mudah bagi setiap orang. Menuntutnya sangatlah sulit, sukar, dan rumit. Menuntut ilmu membutuhkan segalanya, bukan sebahagian-nya. “A’thini kullan, sa u’thika ba’dhan” (Berilah seluruhnya untuk aku,tapi aku akan memberi untukmu hanya se-bahagian saja). Menuntut ilmu membutuhkan kemampuan dalam banyak hal, 1) MAU (yang keras), 2) TENAGA (yang besar), 3) WAKTU (yang banyak), 4) UANG (yang cukup), 5) LINGKUNGAN (yang mendukung). Semua kemampuan itu harus dilibatkan secara bersamaan. Salah satunya tidak ada, maka sulit menuntut ilmu.
FAKTOR-FAKTOR KUNCI DALAM MENUNTUT ILMU
Ada beberapa faktor kunci yang harus diperhatikan oleh setiap penuntut ilmu. Seseorang yang memperhatikan dan memperpeganginya, Insya Allah, akan menggapai ilmu itu. Al-Harsh (motivasi yang kuat)Al-Juhd (usaha yang sungguh-sungguh) Al-Thama’ (mau lebih banyak lagi)Al-Hasad (mau seperti yang orang lain capai)Al-Du’a’ (memohon diberikan jalan keluar)Al-Shabr (tahan terhadap bantingan) Al-Syukr (menikmati keberha-silan)Semua kunci itu akan berfungsi jika murid menjaga hubungan dengan dirinya, kawannya, gurunya, dan lingkungannya. Ilmu pengetahuan harus ditutunt, diburu, dan dikejar dengan sunguh-sunguh, baru didapat. Kebahagiaan yang tinggi yang dirasakan oleh murid adalah kebahagiaan ketika ilmu pengetahuan itu sudah didapat. Usaha menuntut ilmu tidak boleh berhenti karena telah mendapatkan yang pertama. Masih banyak yang belum didapat, yaitu yang kedua, ketiga, keempat, dst.
PERBEDAAN ILMU DAN HARTA
Menurut Imam Ali r.a., ada beberapa perbedaan prinsipil antara ilmu dan harta benda.Ilmu tidak dapat dicuri, sedangkan harta benda dapat dicuri.Ilmu menjaga pemiliknya, sedangkan harta harus dijaga oleh pemiliknya.
Ilmu kalau diberikan kepada orang lain tidak akan pernah berkurang, sedangkan harta benda, kalau diberikan kepada orang lain, berkurang.
APALAGI SESUDAH ILMU ?
Sesudah itu masih banyak yang harus dicapai. Kunci dari yang banyak itu ialah menikmati ilmu dengan mengamalkannya agar bermanfaat bagi diri, keluarga, institusi, masyarakat, dan agama. HARUS DIINGAT BAHWA: Murid yang baik, yang cita-citanya banyak. Seorang MURID YANG BAIK ADALAH MURID YANG BANYAK CITA-CITANYA.Ilmu pengetahuan dicapai karena didorong oleh cita-cita. Pangkat juga demikian. Keduanya harus dikejar, di-buru, dan dituntut. Karena semua yang ini tergantung pada si murid.Ada satu hal yang boleh dicita-citakan, tetapi tidak boleh dikejar, “JABATAN”. Setelah periode mencari ilmu dan setelah sampai di ujungnya, boleh bercita-cita memegang sebuah jabatan, tetapi jangan dikejar.Jabatan kalau dikejar, bertambah jauh. Kalaupun didapat, mungkin dengan menghalalkan segala macam cara. Jabatan yang didapat melalui pengejaran akan menimbulkan banyak hal yang negatif pada saat mendudukinya.
APA PONDASI ILMU?
Pendamping ilmu adalah iman dan akhlak mulia. Ilmu harus disertai dengan iman dan akhlak mulia.Iman akan selalu mengendalikan ilmu, agar ilmu itu diarahkan untuk hal-hal yang mashlahat bagi kehidupan, bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Akhlak akan selalu menghiasi ilmu.