Alam, Manusia, dan Tanggung Jawabnya Sebagai Khalifah
majalahnabawi.com – Disadari atau tidak, bumi kita saat ini meski belum kiamat, memang sedang sekarat dan ini tentunya tidak lepas dari ulah manusia sendiri yang telah berbuat semena-mena dan israf (berlebihan) dalam memanfaatkan sumber daya alam.
Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 30 menobatkan manusia sebagai khalifah di bumi. Khalifah adalah ia yang bertanggung jawab untuk melestarikan dan menjaga alam semesta. Namun apa yang dilakukan manusia saat ini terhadap alam jauh sekali dari tanggung jawabnya sebagai khalifah.
Sejenak mari kita lihat apa saja kerusakan-kerusakan yang dibuat manusia dan mengapa title sebagai khalifah terlalu muluk-muluk untuk diberikan kepada manusia saat ini.
Pemanasan Global (Global Warming)
Bumi kita tak hanya dilapisi oleh awan, di atas awan ada atmosfer. Atmosfer memiliki efek seperti bangunan rumah kaca, yakni tak hanya melindungi kita dari sengatan panas matahari langsung, ia juga menyimpan panas matahari untuk menjaga suhu bumi tetap stabil di malam hari. Ini disebut dengan efek rumah kaca atau greenhouse effect.
Atmosfer menahan apa yang disebut para ilmuan dengan gas-gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH2) dan nitrogen oksida (N2O) yang berfungsi menjaga panas matahari, sehingga suhu bumi tidak turun drastis di malam hari. beberapa gas rumah kaca muncul melalui proses alami seperti letusan gunung vulkanik sebagai bagian dari siklus alami di atmosfer.
Namun beberapa GRK bisa timbul disebabkan aktifitas manusia. Aktifitas manusia seperti pembakaran bahan fosil, asap kendaraan bermotor, proses industri dan deforestasi (penggundulan hutan) telah menambah konsentrasi GRK (gas rumah kaca) di atmosfer secara signifikan. Ini menyebabkan atmosfer lebih banyak menyimpan panas dari biasanya. Akibatnya suhu udara meningkat dimana-mana dan udara menjadi begitu panas. Hal inilah yang disebut dengan pemanasan global atau global warming.
Jika terus berlanjut pemanasan global dapat menimbulkan berbagai macam ancaman seperti: kebakaran hutan, peningkatan suhu rata-rata bumi, mencairnya es di kutub, kenaikan volume permukaan laut, gangguan ekosistem dan habitat, peningkatan frekuensi dan intensitas banjir, kerusakan Kawasan mangrove serta ancaman terhada sosial-ekonomi Masyarakat pesisir.
Penggundulan Hutan (Deforestasi)
Hutan memiliki peranan penting dalam menjaga stabilitas alam. Selain berfungsi menjadi habitat bagi berbagai macam hewan dan tanaman, hutan juga menyerap karbon dioksida di atmosver dan merubahnya menjadi oksigen yang bisa dihirup manusia dan hewan. Hewan (termasuk juga manusia) mengeluarkan karbon dioksida ketika bernafas, yang akan diserap Kembali oleh hutan. sehingga siklus karbon dan oksigen bisa terus berlanjut. Oleh karena itu hutan juga di sebut dengan stabilator alam.
Selain itu hutan juga bisa mencegah terjadinya bencana alam seperti tanah longsor dan banjir melalui akar-akar pohon yang berfungsi menyerap air hujan. Hutan juga memiliki sejumlah peranan penting lainnya, yaitu menjaga kesuburan tanah, menjaga Cadangan air bersih, menjaga keaneka ragaman hayati, dan sebagai sumber bagi tanaman obat-obatan.
Sayangnya aktifitas manusia seperti pembakaran hutan, penebangan liar, pembukaan lahan untuk industri, pertambangan dan pengeboran minyak, Pembangunan pemukiman penduduk, jalan tol, dan sebagainya telah mengurangi ruang lingkup hutan sedikit demi sedikit. Meningkatnya permintaan akan produk-produk berbahan dasar kayu seperti kertas dan furniture rumah tangga juga kian memperparah aktifitas penebangan liar dan deforestasi hutan secara besar-besaran.
Dampak deforestasi bisa kita lihat dan alami langsung. kita lebih sering melihat terjadinya banjir di perkotaan dari pada di desa-desa. Tingkat pencemaran Polusi udara di pedesaan juga lebih rendah dari udara di pekotaan. Suhu udara di daerah yang hutannya masih terjaga jauh lebih sejuk dibanding daerah dengan minim Kawasan hutan. Ini semua Kembali pada fungsi hutan sendiri sebagai kawasan serapan air hujan dan stabilator iklim.
Sampah Anorganik dan B3
Jika kita kelompokkan sampah terbagi menjadi tiga
Pertama, sampah organik. Sampah organik merupkan sampah sisa mahluk hidup dan alam seperti sisa makanan, syuran, amapas teh atau kopi, kotoran dan bangkai hewan. Sampah organik cenderung lebih kompleks dan mengandung cairan (basah). ini membuatnya mudah terurai oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. sampah organik juga bisa menjadi bahan alternatif kompos dan pupuk organik cair. Hal-hal tersebut membuat saampah organik mempunyai sifat degradable, yakni mudah terurai secara alami dan Kembali ke alam tanpa menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan yang tentunya menjadikannya lebih ramah lingkungan dari pada sampah lainnya.
Kedua, sampah anorganik. Berkebalikan dengan sebelumnya sampah anorganik adalah sampah yang tidak berasal dari mahluk hidup Seperti plastik, kresek, styroafom, botol dan kaleng minuman. Sampah jenis ini sulit sekali terurai secara alami. Beberapa diantaranya bahkan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai sempurna seperti botol kaca dan sampah plastik. Satu botol Plastik membutuhkan waktu 50-100 tahun untuk terurai, puntung rokok 10 tahun, dan kaleng minuman 100 tahun. Inilah mengapa sampah anorganik menjadi momok menakutkan bagi kelestarian lingkungan. Bayangkan, stiap satu botol plastik yang kita buang ke Sungai akan terus mengambang sampai tujuh turunan sekalipun. Botol itu akan terus terombang ambing sampai kelaut. Dalam sekala besar sampah-sampah itu dapat mencemarkan air laut dan merusak lingkungan.
Ketiga, sampah bahan berbahaya dan beracun (B3). Adalah sampah yang mengandung zat kimia berbahaya dan memerlukan penanganan khusus dalam pembuangannya, seperti batre bekas, deterjen, zat radio aktif, limbah pabrik berbahaya dan semacamnya.
Selain 3 problem diatas masih banyak masalah lainnya, yang menjadi momok menakutkan bagi kelestarian lingkungan seperti limbah pabrik, penebangan liar, eksploitasi Kawasan hutan lindung, pemburuan satwa dilindungi, pencemaran aliran Sungai, pencemaran tambang, dan sederet permasalahan lingkungan lainnya.
Masalah lingkungan ini telah sekian lama menumpuk, sampai para ilmuan memprediksi jika manusia tetap tidak bijak dalam mengatasinya maka 2050 dan seterusnya suhu udara akan naik samapai 60⁰C. yang akan membuat kekeringan melanda Dimana-mana. Es kutub akan mencair dan membuat pemukaan air laut naik sehingga kota-kota besar di pesisir Pantai seperti Bangkok, New York, tokyo dan Jakarta akan tenggelam di rendam air laut.
Isu-isu ini telah lama mejadi perbincangan dunia internasional. Pada tanggal 5 juni tahun 1974, PBB mengadakan konfrensi di Stockholm swedia untuk membahas masalah lingkungan hidup dan menetapaknnya sebagai hari lingkungan hidup sedunia. Konfrensi ini dihadiri oleh lebih dari 100 negara dan berisi deklarasi untuk melakasanakan Pembangunan yang seiring dengan kelestarian lingkungan hidup.
Tugas Manusia Saat Ini
Deklarsi di atas belum lah cukup untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan harus digalakkan secara masif. Setiap individu Masyarakat harus ikut andil dalam menjaga alam sekitar sehingga bumi kita masih bisa dihuni oleh anak cucu kita kelak, 2050 sampai sterusnya.
Hal ini bisa terealisasi dengan melakukan kegiatan yang mengarah akan pelestarian lingkungan seperti mengurangi penggunaan plastik, menghemat energi, menghindari penggunaan bahan kimia berbahaya, mendaur ulang dan mengelola sampah dengan benar, menanam pohon dan mendukung poroduksi barang-barang ramah lingkungan. Masyarakat juga harus aktif dalam menolak aktifitas yang merusak lingkungan seperti pertambangan, penebangan liar, pencemaran air Sungai dan semacamnya.
Walhasil, apa yang disebutkan para ilmuan terkait bencana di 2050 di atas hanyalah sebuah prediksi. Sebuah pediksi bisa benar-benar terjadi bisa tidak. Prediksi tersebut tidak akan pernah terjadi jika kita segera menyadari pentingnya merawat lingkungan dan segera betanggung jawab dalam memperbaiki lingkungan.
Al-Quran menobatkan manusia sebagai khalifah bukan untuk memanfaat kan dan mengeksploitasi alam sesuka hati, tapi untuk menjaga dan merawat alam dengan sebaik-baiknya. Khalifah sejati adalah mereka bertanggung jawab dan hidup berdampingan dengan alam, merawatnya dengan penuh perhatian. Khalifah sejati adalah ia yang berjiwa rahmatan lil ‘alamin, tak hanya pada sesama manusia tapi juga rahmat pada pohon, sungai, lautan, tanah, udara, hewan dan semua makhluk tuhan di persada bumi ini.