Bahasa, Islam dan Soempah Pemoeda

Menurut pendapat sebagian sejarawan, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi. Harrry W. Hazard berpendapat bahwa pada abad ke-7, para pedagang muslim singgah di pantai timur Sumatera dalam perjalanannya ke Cina. Sebenarnya, ada banyak perdebatan tentang masuknya Islam di Indonesia, penyebaran Islam pun memengaruhi kehidupan sosial di nusantara kala itu bahkan terhadap perkembangan bahasa.

Adanya kontak antaretnis dan terjadinya perdagangan menuntut terciptanya bahasa pidjin antara mereka dan diyakini bahwa Melayu Pasar lah bahasa pidjin tersebut yang akhirnya menjadi lingua franca.

Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa penyebaran agama Islam dan lingua franca di nusantara saat itu adalah bahasa Melayu. Persentuhan budaya Arab dan Melayu di Nusantara mengakibatkan adanya kontak bahasa dan melahirkan tata aksara Arab Melayu atau disebut juga dengan abjad jawi. Kemunculan abjad jawi menjadi bukti kedatangan Islam di nusantara.

Bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa ilmu di kalangan santri dan bahasa diplomatik di kalangan elit politik atau kesultanan kala itu. Dalam Api Sejarah jilid I dikatakan bahwa pada Kongres Pemoeda II, Partai Sjarikat Islam Indonesia atau Jong Islamieten Bond mengusulkan agar adanya sumpah yang menjunjung tinggi bahasa Indonesia. Bahasa Melayu pun diangkat menjadi bahasa Indonesia pada 28 Oktober 1928. Kongres Pemoeda II dipimpin oleh Soegondo Djojopoespito dari Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia.

Walaupun usulan ini diterima ternyata ada pihak yang menafikan adanya pengaruh Islam terhadap bahasa Indonesia seperti Mohammad Yamin yang berpendapat bahwa bahasa Indonesia hadir karena pengaruh agama Budha dan Hindu. Dalam 45 Tahun Sumpah Pemuda, Mohammad Yamin pun menentang adanya bentuk fusi dalam Indonesia Moeda.

Kembali pada 1928, rasanya kurang pantas apabila dalam buku sejarah disebutkan bahwa Soempah Pemoeda merupakan inisiatif dari Jong Java yang merupakan organ pemuda Boedi Oetomo karena faktanya, Boedi Oetomo lebih mengutamakan seni bahasa Jawa, seni Jawa dan Jawa Raya.

Singkatnya, bahasa Indonesia tersebar selain karena adanya perdagangan dan perkawinan juga karena adanya dakwah para ulama. Dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan pada Kongres Pemoeda II pun tak lepas dari usulan para pemuda muslim kala itu. Walaupun bahasa Jawa penuturnya lebih banyak, bahasa Melayu sudah digunakan sekitar 40 kekuasaan politik Islam sebagai bahasa diplomatiknya dalam artian, bahasa Melayu memiliki kekuatan lebih untuk mejadi bahasa persatuan dan telah menjadi bahasa yang digunakan dalam penyampaian ilmu pengetahuan terutama ilmu agama Islam.

 

 

Similar Posts