Majalahnabawi.com – Sebagian dari kita mungkin tidak asing dengan nama Said Nursi. Yaps, penulis buku Risalah al-Nur yang terkenal ini sebagian dari kita mungkin sudah pernah membacanya. Lantas, siapakah sebenarnya sosok yang bernama Said Nursi ini? Apa sajakah kontribusinya untuk umat Islam yang membuat namanya begitu dikenal di dunia Islam?

Masa Kecil dan Pendidikannya

Said Nursi lahir di Nurs, sebuah desa kecil yang berada di selatan Danau Van di Provinsi Bitlis, provinsi yang terletak di Anatolia Timur. Ada yang mengatakan beliau lahir pada tahun 1873, namun menurut S. Vahide beliau lahir tahun 1877. Beliau merupakan anak dari pasangan Mirza dengan Nuriye, anak keempat dari tujuh bersaudara dan nasabnya sampai kepada Rasulullah Saw. Ayah beliau merupakan seorang sufi yang terkenal saleh di daerahnya, hingga dia dijuluki dengan Sufi Mirza.

Said Nursi kecil mulai belajar al-Quran pada umur 9 tahun. Melihat potensi Said kecil yang begitu hebat, kakaknya, Mullah Abdullah, mengantarkan dia untuk belajar ke Medrese Mehmed Emin Effendi di Desa Tag, 2 jam perjalanan dari Nurs. Ia juga sempat belajar di Medrese Mir Hasan Veli, namun tidak lama. Lalu beliau pun pindah ke Medrese Bayezit. Di sanalah beliau belajar di bawah bimbingan Muhammad Celali, yang memberikan kunci pondasi spiritual bagi Said Nursi. Di sana beliau juga nahwu dan sharf serta beberapa keilmuan lainnya hingga akhirnya dia lulus dari sana lebih cepat dari para siswa di sana pada umumnya.

Beliau pun pergi ke medrese di Sirvan untuk menemui kakaknya dan mereka pergi bersama ke Siirt untuk pergi menemui Mullah Fethullah Efendi, seorang ulama terkenal di sana. Fethullah pun keheranan sebagaimana kakaknya, karena Said telah menguasai berbagai literasi yang cukup banyak dalam umur yang relatif muda, seperti Maqamat al-Haririyyah dan Jam’ al-Jawami’. Beliau pun dites oleh Mullah Fethullah dan berhasil menjawab dengan jawaban yang meyakinkan. Hingga akhirnya Said Nursi pun dijuluki Bediuzzaman (Keajaiban Zaman) olehnya karena keajaibannya dalam kecerdasan dan kekuatan hafalannya. Dari sinilah Said Nursi mulai terkenal namanya ke berbagai penjuru negeri. Beliau pun banyak diundang dalam kajian keilmuan, diskusi, debat, dan berhasil menjawab berbagai tantangan yang membuatnya semakin terkenal.

Masa Muda Said Nursi

Said Nursi muda merupakan pemerhati politik. Dia bergabung dengan Komite Persatuan dan Kemajuan (CUP), organisasi politik yang mewadahi Turki Muda. Bersama CUP beliau memperjuangkan konstitusi demi mendapatkan kebebasan yang menurutnya terkekang. Akan tetapi hubungan beliau dengan CUP tidak berlangsung lama, beliau kecewa karena menurutnya CUP dan Turki Muda telah menyimpang sehingga cenderung sekuler dan tidak mengindahkan syariat Islam.

Dari Turki Muda inilah lahir Mustafa Kemal, seorang tirani yang menjatuhkan kekhalifahan di Turki dan nantinya menjadi lawan politik Said Nursi karena kebijakan-kebijakannya yang sekuler. Tidak hanya berpolitik, beliau juga turut serta dalam peperangan demi membela Turki. Tercatat beliau pernah mengikuti perang Tripoli (1911), Balkan (1912), dan Gallipoli (1915).

Selain aktif dalam pergolakan politik di Turki, Said Nursi juga menaruh perhatiannya pada pendidikan. Setelah kembalinya konstitusi pada tahun 1908, beliau cenderung aktif menulis dan berceramah bahkan ikut berperang melawan penjajah. Setelah mendapatkan dukungan resmi, beliau pun diminta untuk mendirikan Medrestuz Zehra di dekat Danau Van. Sayangnya, pembangunan universitas tersebut tidak terlaksana karena kurangnya dana. Akhirnya beliau diamanahi untuk mengajar di Medrese Horhor. Karena sumbangsihnya, beliau pun mendapat jabatan mahrec dan menjadi anggota Darul Hikmetil Islamiye.

Melawan Sekulerisme di Turki & Gerakan Nursiyyah

Setelah penghapusan kekhalifahan di Turki oleh Mustafa Kemal dan menggantinya menjadi republik, sekulerisme di Turki semakin merajarela. Kebijakan-kebijakannya banyak menimbulkan kontroversi bagi umat Islam, seperti penutupan medrese-medrese lalu diganti menjadi sekolah-sekolah pembinaan untuk imam, pelarangan penggunaan bahasa Arab bahkan pada lafaz azan, pelarangan pemakaian hijab, sorban, fez (topi turki yang berwarna merah) dan diganti dengan pakaian ala barat, alih fungsi Aya Sofia menjadi museum, dan masih banyak yang lainnya. Hal ini tentu saja menimbulkan perlawanan dari umat Islam, termasuk Said Nursi. Beliau pun mendirikan gerakan Nursiyyah yang bertujuan untuk membendung ideologi sekulerisme di Turki.

Setelah semakin berkembang, pengikutnya dikenal dengan sebutan Nurcu. Beliau berulang kali masuk-keluar penjara karena dianggap melawan pemerintah. Di penjara, beliau banyak menulis hingga ia berhasil merampungkan bukunya yang fenomenal, yaitu Risalah an-Nur. Akan tetapi, buku itu dilarang pemerintah karena dituduh sebagai ancaman. Beliau pun disidang dan diasingkan karena buku tersebut. Akan tetapi, hal tersebut tidak menyurutkan spirit para pengikutnya untuk menyebarkan buku Risalah al-Nur tersebut. Di masa pengasingannya, kesehatan beliau terus menurun. Hingga akhirnya beliau tutup usia pada hari Rabu, 23 Maret 1960 M bertepatan dengan tanggal 25 Ramadan 1379 H. Beliau pun dikuburkan di Dergah, Provinsi Urfa, Turki. Semoga beliau senantiasa dirahmati dan mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.