Ramadhan adalah bulan yang ditunggu-tunggu umat muslim di seluruh dunia. Bulan yang penuh ampunan dan barokah, bulan di mana semua amal kebaikan dilipatgandakan. Memasuki bulan Ramadhan, biasanya banyak menyebar tulisan atau ceramah yang memuat hadis-hadis tentang Ramadhan, salah satunya hadis tentang tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah.

Benarkah tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah?

Adapun teks hadisnya sebagai berikut:

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ، وَصَمْتُهُ تَسْبِيحٌ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ، وَذَنْبُهُ مَغْفُورٌ 

Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amalnya dilipatgandakan (pahalanya), do’anya dikabulkan, dosanya diampuni”

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya  Syu’ab al-Iman. Juga dinukil di beberapa kitab di antaranya oleh  Abu Fadhl al-‘Iraq dalam al-Mughni ‘an Haml al- Asfar, al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanz al-‘Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af’al, Imam al-Suyuthi dalam al-Jami’ al-Shagir. Namun jalur periwayatan hadis ini tidak ditemukan di kitab hadis yang mu’tamad.

Di dalam hadis ini terdapat perawi yang bernama ‘Abd al-Malik bin ‘Umair yang dinilai dha’if, bahkan ada yang mengatakan  beliau sangat dha’if. Ada juga Sulaiman bin ‘Amr al-Nakha’i. Menurut Imam Ahmad bin Hanbal Sulaiman bin ‘Amr al-Nakha’i adalah seorang pemalsu hadis, Imam al-Bukhari mengatakan Sulaiman bin ‘Amr al-Nakha’i adalah  matruk (semi palsu karena perawi tertuduh pendusta).

Yazid bin Harun mengatakan “ Siapapun tidak halal meriwayatkan hadis dari Sulaiman bin ‘Amr.  Maka dapat disimpulkan bahwa hadis ini adalah hadis palsu yang tidak boleh disandarkan kepada Rasulullah Saw.

Ketika hadis ini populer di kalangan masyarakat awam maka akan berdampak buruk, karena mereka akan berkesimpulan lebih baik tidur dari pada bekerja, toh tidur di bulan Ramadhan adalah ibadah. Ini akan membuat orang-orang untuk bermalas-malasan dalam bekerja dan mencari nafkah untuk keluarganya.

Memang benar, tidurnya orang yang berpuasa tetap mendapatkan pahala. Akan tetapi pahala yang diperoleh lantaran melaksanakan puasa, bukan karena tidur. Pada akhirnya orang-orang-orang akan bekerja sebagaimana mestinya, bukan malah belomba-lomba untuk tidur di siang hari pada bulan Ramadhan.

Hendaknya kita lebih cermat lagi dalam menerima dan menyampaikan hadis-hadis Nabi Saw kepada masyarakat. Jangan sampai salah mengamalkan atau bahkan ikut menyebarkannya tanpa memberikan penjelasan.

WaAllahu A’lam