Lailatul Qadr ialah malam yang sangat dimuliakan oleh Allah Swt, karena pada malam itu diturunkan kitab yang sangat mulia yaitu al-Qur’an, kepada manusia yang sangat mulia Nabi Muhammad Saw, lewat perantara malaikat jibril yang juga mulia, dan diberikan kepada kepada umat yang mulia manusia. Allah Swt telah berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam Lailatul Qadr, dan apakah engkau mengetahui apa itu Lailatul Qadr?, Lailatul Qadr itu lebih baik dari pada seribu bulan, pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan, malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar”.

Dari firman Allah tersebut kita bisa mengetahui keistimewaan Lailatul Qadr. Disana Allah menyatakan bahwa ia lebih baik dari seribu bulan. Maksudnya ialah beribadah pada malam itu lebih baik dari pada ibadah selama seribu bulan. Maka dari itu mayoritas ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadr itu terjadi setiap tahunnya.

Namun ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa Lailatul Qadr hanya terjadi sekali ketika peristiwa turunnya al-Quran dan tidak akan ada lagi. Hal itu berdasarkan riwayat yang mengatakan bahwa Lailatul Qadr telah terangkat.

Kendati mayoritas ulama sepakat bahwa Lailatul Qadr terjadi setiap tahunnya, mereka berbeda pendapat kapan Lailatul Qadr itu akan jatuh. Karena Rasulullah Saw sendiri tidak pernah memberi tahu kepada para sahabatnya secara pasti. Bahkan pengetahuan beliau sendiri telah diangkat oleh Allah Swt, sehingga hanya Allah Swt yang mengetahuinya secara pasti. Sebagaimana yang diriwayatkan Abu said al-khudri di dalam kitab shahih Muslim:

إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، وَإِنِّي نَسِيتُهَا ، أَوْ أُنْسِيتُهَا ، فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ

“Sungguh aku diperlihatkan Lailatul Qadr, kemudian aku dilupakan atau lupa. Maka carilah disepuluh malam terakhir, pada malam yang ganjil”.

Akan tetapi, banyak juga riwayat dari para sahabat yang menceritakan pengalaman mereka bersama Rasulullah Saw. Diantaranya ialah perkataan sahabat Ubay bin kaab yang tertera di kitab shahih Muslim:

وَاللَّهِ إِنِّي لأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ ، هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا ، هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ ، وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.

“Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam tersebut. Ialah malam ketika Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk menghidupkannya. Yaitu malam kedua puluh tujuh. Dan tanda-tandanya ialah matahari terbit ketika pagi harinya bercahaya yang tidak menyengat”.

Kita juga sering menemukan pendapat para ulama di dalam kitab-kitab mereka mengenai Lailatul Qadr. Baik itu berdasarkan riwayat-riwayat yang telah mereka kumpulkan, atau berdasarkan pengalaman mereka selama ini didalam mencari Lailatul Qadr. Seperti Imam Ghazali yang mencantumkan suatu kaidah guna mengetahui Lailatul Qadr didalam kitabnya Ihya ulumiddin.

Namun yang jelas Rasulullah Saw sudah membeberkan kepada kita bahwa Lailatul Qadr akan terjadi pada malam-malam ganjil disepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana Hadis yang diriwayatkan Sayyidah Aisyah Ra didalam kitab Shahih Bukhari:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah Lailatul Qadr pada malam ganjil di sepuluh malam terakhir pada bulan Ramadhan”.

Dari Hadis itu Rasulullah Saw memang menyuruh kita untuk mencari Lailatul Qadr pada malam-malam ganjil saja di sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Akan tetapi apabila penentuan malam ganjil dan genap itu berbeda karena perbedaan penentuan awal Ramadhan. Apakah kita akan beribadah dan mengisi malam-malam ganjil saja?.

Didalam kitab Ibanatul ahkam karya sayyid Alawi al-Maliki dan syekh Hasan an-Nuri dijelaskan bahwa salah satu hikmah tidak diberi tahukan Lailatul Qadr secara pasti ialah agar ummat muslim tidak hanya beribadah pada satu malam saja. Akan tetapi, tetap giat beribadah dan mengisi malam-malam Ramadhan lainnya.