majalahnabawi.com – Alhamdulillah, tidak terasa hari ini adalah hari terakhir bulan Ramadhan. Biasanya di pondok pesantren Salafiyah, setiap sore selalu diadakan kajian pasaran Ramadhan kitab kuning. Kajian pasaran merupakan pengajian yang biasa diadakan setiap bulan Ramadhan. Akan tetapi Ramadhan kali ini berbeda dari Ramadhan sebelumnya yang dirasakan oleh Udin, Idin, dan Akim. Mereka masih disibukkan dengan tugas kampusnya selama Ramadhan. Sore ini di masjid Muawanah yang berada dekat dengan pondok yang Udin, Idin dan Akim tempati akan mengadakan BUKBER atau buka bersama. Biasanya, menu BUKBER setiap akhir Ramadhan itu berlimpah, sehingga akan banyak jamaah yang datang ke sana untuk menikmatinya.

Mengemis Sejak Bocil

Sore itu terlihat masyarakat sekitar masjid Muawanah sudah mulai bergegas menuju masjid. Baik dari kaum bapak, ibu, anak muda, para santri dan santriwati, serta tidak ketinggalan dari kaum peramai masjid, yaitu BOCIL (Bocah Kecil) atau kita sebut anak-anak kecil. Udin, Idin, dan Akim pun tidak mau kalah dengan warga sekitar, mereka pun ikut meramaikan agenda buka bersama.

Udin : “Gaess, yuk cepetan kita ke masjid Muawanah biar dapet makanan berbuka..!!!

Akim : “Yukk, udah siap nih, tinggal berangkat aja”

Idin    : “Buru-buru banget, santai aja…., makanannya banyak koq!”

Udin  : “Makanan sih banyak, tapi kan warganya juga banyak. Yaudah ane duluan ya…

Akim : “Eh Idin, bareng dongg mumpung udah siap nih..”

Idin   : “Eh ehh, tungguin dong bentar lagi nih, satu halaman lagi”, jawab idin yang mempercepat tilawah al-Qurannya guna menyelesaikan bacaannya.

Akhirnya mereka pun pergi bersama menuju masjid Muawanah dan menempati posisi di barisan depan.

Ceramah Kiai

Sebelum berbuka, Ada ceramah agama dari Kiai Said, pimpinan pondok pesantren yang ditempati Udin, Idin dan Akim.

“Alhamdulillah, tidak terasa kita sudah menjalankan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh, dan Insya Allah esok adalah hari raya Idulfitri”, tiba-tiba ada suara bocil di barisan belakang berteriak “yeahhh, besok lebaran, aku pasti dapet uang banyak dari paman dan saudara..”, “iya nak, besok jangan lupa minta yang banyak ya ke paman dan bibi kamu ya..,” saut ibu dari si bocil dengan lugas dan semangat seakan-akan memberikan motivasi kepada anaknya. Kemudian kiai Said melanjutkan ceramahnya “ehhh siapa hayo di belakang itu…

Rasulullah Melarang Kita untuk Meminta-minta

Para jamaah sekalian, hari raya Idulfitri itu bukan momen untuk meminta-minta ya. Idulfitri itu sebagai momen bersilaturahmi dengan sanak saudara, karena Rasulullah Saw pun tidak memerintahkan kita untuk meminta-minta ketika hari raya Idulfitri, bahkan melarang kita untuk meminta-minta. Rasulullah bersabda:

لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ، خَيْرٌ لَهُ ‌مِنْ ‌أَنْ ‌يَسْأَلَ أَحَدًا، فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ (رواه البخاري ومسلم)

Sungguh jika salah satu dari kalian membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya, kemudian menjualnya, maka itu lebih baik daripada dia meminta-minta, baik dikasih atau tidak dikasih. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Lagi pula niat kita untuk bersilaturahmi itu justru lebih baik daripada kita harus meminta-minta layaknya pengemis, apalagi buat yang masih kecil nih.. Ibu-ibu dan bapak-bapak, jangan mengajari anaknya untuk mengemis sejak kecil ya,,, hehehe. Silaturahmi itu banyak sekali manfaatnya dan keutamaannya. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ ‌سَرَّهُ ‌أَنْ ‌يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه البخاري ومسلم)

Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya atau meninggalkan nama sebagai orang baik setelah kematiannya, maka hendaklah ia menyambung silaturahim (HR. Bukhari dan Muslim).

Maka dari itu, para jamaah sekalian, mari kita perbaiki niat kita dalam menyambut hari raya Idulfitri. Niatkan untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan.. Sampai di sini paham semuanya….?”

“Alhamdulillah, paham Kiai”, saut serentak jamaah masjid Muawanah pada saat itu.

Duk, duk, duk.. Allahu Akbar, Allahu Akbar..” suara azan menyambut jawaban dari para jamaah. Kiai Said pun mengakhiri ceramahnya dengan salam.

Kemudian para jamaah masjid Muawanah menyambut santapan bukber dengan semangat. Begitu juga dengan Idin, Udin dan Akim yang baru kali itu menikmati buka puasa dengan menu yang melimpah.

By Arif Irham Hakim

◾Mahasiswa Institut PTIQ Jakarta, Fakultas Ushuluddin Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.◾Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences