www.majalahnabawi.com – Saat membaca kutubusitah, sering kita mendapati Abdullah bin Mas’ud, perawi hadis di level sahabat. Secara kuantitatif, sahabat yang wafat pada tahun 32 H ini meriwayatkan 848 hadis. Orang keenam yang memeluk Islam. Sebabnya, melihat dengan mata kepala, Baginda Nabi dapat “mendatangkan” susu. Domba yang kurus seketika melimpah air susunya. Hanya berkat kapur susunya diusap tangan mulia Baginda Nabi. Sejak itu, Abdullah bin Mas’ud mengabdikan diri melayani kebutuhan sehari-hari Baginda Nabi.

Kemana-mana, selalu membawakan dan menjaga sandal Nabi. Lebih dari itu, bertugas membangunkan Kanjeng Nabi. Tidak aneh, Abdullah bin Mas’ud punya privilage bebas keluar masuk kamar Nabi. Karenanya, dijuluki dengan “shahib sirr al-mushtafa” (orang yang memegang rahasia Nabi). Kedekatan ini, menjadikan beliau sebagai sahabat yang paling tahu tempat dan sebab turunnya wahyu. “Andaikata ada seseorang yang lebih tahu terkait turunnya al-Qur’an dibandingkan saya, niscaya aku akan segera mendatanginya.” Demikian kelakar Abdullah bin Mas’ud.

Kedua Betis Yang Lebih Berat Dari Uhud

Karena saking hormat dan memuliakan Baginda Nabi, Abdullah bin Mas’ud selalu berpakaian rapi dan harum memakai wewangian. Hal ini dilakukan karena beliau akan menjaga dan membawakan sandal Nabi. Suatu hari, dua betis Abdullah bin Mas’ud tersingkap, terbuka karena terpaan angin kencang. Sahabat lain menertawakan, melihat kedua betis Abdullah bin Mas’ud yang kecil. Sontak Baginda Nabi menegur sahabat lain. Bahkan memberi penegasan, bahwa kedua betis Abdullah bin Mas’ud itu kelak di akhirat, timbangannya lebih berat melebihi gunung Uhud.

Di masa kekhalifahan Sayidina Umar, Abdullah bin Mas’ud dipercaya menjadi qadhi di Kufah. Serta menjadi penanggung jawab kas keuangan (baitul mal). Amanah prestisius ini dipegang hingga masa uzur. Tepatnya hingga awal kekhilafahan Sayidina Ustman bin Affan. Di hari-hari sakit jelang wafat, Sayidina Utsman berkunjung menjenguk. “Apa yang membuat engkau menangis tersedu?” Tanya sang khalifah. “Dosa-dosaku.” Jawab singkat Sayidina Abdullah bin Mas’ud.

“Apa yang paling engkau inginkan saat ini?” Tanya Sayidina Utsman. “Ampunan.” “Apakah engkau tidak meminta hadiah dariku, setidaknya untuk anak cucu?” Tawaran dari sang khalifah. “Aku tidak pernah khawatir terhadap anak cucuku. Aku telah mengajari dan membiasakan mereka membaca surat al-Waqiah tiap malam. Sungguh, aku telah mendengar Baginda Nabi bersabda: ((Barang siapa yang membaca surat al-Waqi’ah tiap malam, maka tidak akan pernah tertimpa kefakiran selamanya))”.

Sayidina Abdullah bin Mas’ud wafat di usia 60-an. Jenazah mulia beliau dikebumikan di pemakaman Baqi’ Madinah. Semoga kelak kita diperkenankan sowan kepada beliau di surga-Nya. Aamiin.

By Muhammad Hanifuddin

Dosen di Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences